Lompat ke isi

Uni Eropa dan G7

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Uni Eropa adalah anggota dari G7. G7 adalah pertemuan antara negara-negara terkuat secara politis dan ekonomis di dunia. Uni Eropa memiliki hak pribadi dan kepentingan obligasi sebagai bagian dari keanggotaan ini namun tanpa hak untuk menyelenggarakan untuk mengadakan pertemuan tingkat tinggi. Negara-negara tersebut adalah: Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, Amerika dan Canada. Uni Eropa hadir sebagai anggota ke delapan.

Uni Eropa menghadiri pertemuan tingkat tinggi G7 sehubungan dengan keterlibatannya secara politis geografis. Keterlibatan dalam ekonomi dunia bertambah dengan pendirian satu-pasar, mata-uang dan kebijasanaan luarnegeri yang sama dalam wilayah Uni Eropa.

Pertemuan G7 dilaksanakan selama dua hari. Hari Pertama diisi dengan pembicaraan utama yang membahas hal-hal yang berkaitan dengan politik dunia, ekonomi dan isu-isu lain. Hari Kedua berisikan pertemuan informal membicarakan tentang perkembangan terakhir di kawasan dan hubungan antar negara. Pertemuan ini merupakan kesempatan bagi para pemimpin untuk saling bertemu.[1]

Sejarah

Asal-usul G7 merupakan hasil samping dari pertemuan-pertemuan yang diadakan pada tahun 1970 antara Valéry Giscard D’Estaing dari Perancis dan Helmut Schmidt dari Jerman pada saat mereka berdua masing-masing masih menjadi menteri keuangan, untuk membicarakan krisis minyak pada pertengahan tahun 70 yang mempengaruhi ekonomi dunia. Presiden Perancis Giscard D’Estaing meminta para pemimpin dari Jerman, Italia, Inggris, dan Amerika untuk bertemu pada tahun 1975 untuk menanggapi krisis minyak. G7 menjadi lengkap dengan tujuh negara setelah Canada bergabung pada tahun 1976.

Uni Eropa diwakili oleh Komisi Eropa pertama kali diundang ke pertemuan G7 pada tahun 1977 dan Presiden Komisi Eropa telah menghadiri semua sesi sejak tahun 1981.

Saat ini Uni Eropa diwakili oleh Presiden Komisi dan Presiden Dewan Eropa. Yang terakhir mewakili sesuai rotasi dari pimpinan Dewan Uni Eropa dengan kehadiran tidak menentu sejak tahun 1982. Presiden Dewan Uni Eropa seringkali bersamaan dengan salah-satu dari anggota G7, dalam hal demikian, maka yang bersangkutan akan mewakili dengan mandat dari Uni Eropa. Sejak tahun 2009, Presiden Dewan Eropa adalah posisi yang permanen dan selalu hadir pada pertemuan tingkat tinggi. Berhubung Uni Eropa adalah salah-satu anggota, maka hal-hal yang disampaikan pada pertemuan G7 akan selalu mengikat secara politis.

Masuknya Rusia dan Terbentuknya G8

Rusia (sebelumnya USSR) pernah berpartisipasi pada dialog sesi akhir KTT G7 sejak tahun 1991. Setelah pertemuan di Denver pada tahun 1997, Rusia dikukuhkan menjadi partisipan penuh tetapi tanpa kewajiban ekonomi dan finansial tertentu. Partisipasi penuh Rusia ini membentuk G8 atau Grup delapan pada KTT tahun 1998. Uni Eropa hadir sebagai anggota ke sembilan.

Pada tahun 2014, Rusia dibatalkan keikut-sertaan-nya pada rencana pertemuan G8 di Sochi akibat aksi Rusia di Ukraina dan G7 memutuskan untuk memindahkan KTT tahun itu ke Brussel. Dengan demikian G7 kembali ber-anggotakan tujuh negara yaitu: Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, Amerika dan Canada. Dan Uni Eropa kembali sebagai anggota ke delapan.[2]

Pada Bulan Juni 2018, sebelum berangkat menghadiri pertemuan G7 di Quebec, Presiden Trump dari Amerika mengusulkan agar Rusia dimasukkan kembali kedalam pertemuan G7. Presiden Putin menanggapi usulan Trump tersebut sebagai hal yang konstruktif.[3] Usulan Trump ini mengakibatkan banyak reaksi antara lain: Theresa May, PM Inggris, mengingatkan kembali akan keluarnya Rusia dari G8 akibat intervensi di Ukraina dan aneksasi Krimea. Menteri Luar-negeri Canada, Chrystia Freeland, mengatakan bahwa usulan Trump tersebut kemungkinan kecil bisa dibicarakan dan memperoleh kesamaan pendapat dalam pertemuan G7.

Referensi

Pranala Luar