Lompat ke isi

Shahih Bukhari

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Berkas:ArabicSahihBukhari.jpg
Sampul buku Shahih Bukhari
Fathul Bari bisyarhi Shahih al-Bukhari

Kitab Shahih Bukhari merupakan kitab (buku) koleksi hadis yang disusun oleh Imam Bukhariyang hidup antara 194 hingga 256 hijriah. Kitab ini juga dikenal dengan al-Jami al-Musnad as-Sahih al-Mukhtasar min Umur Rasulilah SAW wa Sunanihi wa Ayyamihi.[1]

Koleksi hadis ini di kalangan muslim Sunni adalah salah satu dari yang terbaik karena Bukhari menggunakan kriteria yang sangat ketat dalam menyeleksi hadis. Ia menghabiskan waktu 16 tahun untuk menyusun koleksi ini dan menghasilkan 2.602 hadis dalam kitabnya (9.802 dengan perulangan).

Syarat Bukhari

Imam Bukhari tidak menjelaskan secara gamblang metode seleksi hadis yang dipakai dalam menyusun kitabnya. Namun dilihat dari hadis-hadis yang dicantumkan dalam Shahih Bukhari dan dari pernyataan beliau dalam kitabnya yang lain, at-Tarikh al-Kabir, maka para ahli hadis menyimpulkan sebenarnya ada dua syarat:

  • Kualitas Rijal al-Hadis (para perawi hadis). Dalam masalah ini, Imam Bukhari hanya memilih hadis yang status perawinya tidak dikomentari jelek oleh para pakar hadis. Utamanya dalam hadis yang berkaitan dengan akidah atau dasar Islam. Kalau pun ada, tetapi komentar itu tidak berpengaruh. Sedangkan Imam Muslim juga mencantumkan hadis yang status perawinya diperselisihkan. Inilah alasan Shahih Bukhari lebih utama dari Shahih Muslim.
  • Ittishal as-Sanad (ketersambungan sanad [perawi hadis]). Sedangkan dalam masalah ini, Imam Bukhari menekankan murid mendengar langsung dari gurunya atau paling tidak bertemu walaupun hanya sekali. Beliu tidak mencantumkan hadis mu'an'an (hadis yang di dalamnya ada perawi tidak dikenal). Kecuali jika berasal dari seorang perawi yang terbukti secara kuat telah mendengar dari gurunya. Sedangkan Imam Muslim tidak menetapkan syarat seketat ini.[2]

Penomoran hadis

Ada beberapa perbedaan dalam metode penomoran hadis-hadis dalam kitab Shahih Bukhari. Hal ini disebabkan pada awalnya Imam Bukhari memang tidak memberikan nomor dalam menyusun shahihnya. Penomoran diperkenalkan oleh peneliti hadis kontemporer untuk memudahkan pencarian.

Yang populer digunakan adalah metode penomoran Fuad Abdul Baqi (7563 hadis) yang dipakai dalam kitabnya Fath al-Bari, penomoran Dr. al-Bigha (7124 hadis) dan penomoran al-Alamiyah (7003 hadis). [2]

Referensi

  1. ^ Miswanto, MA, Agus (2012). Agama, Keyakinan, dan Etika. Magelang: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Studi Islam Universitas Muhammadiyah Magelang. hlm. 36. ISBN 978-602-18110-0-9. 
  2. ^ a b "Shahih Bukhari Indonesia". maktabah.istinbat.com. Diakses tanggal 2017-03-02. 

aaaa

Pranala luar

== Unduhan

==

Catatan