Lompat ke isi

Bertje Matulapelwa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 5 Desember 2018 18.20 oleh AABot (bicara | kontrib) (Bot: Perubahan kosmetika)

Bertje Matulapelwa
Informasi pribadi
Nama lengkap Bertje Matulapelwa
Tanggal lahir 26 Mei 1942 (umur 82)
Tempat lahir Indonesia
Tinggi 167 m (547 ft 11 in)
Posisi bermain Gelandang bertahan
Karier senior*
Tahun Tim Tampil (Gol)
???
Pusparagam

Total
Kepelatihan
...-1985
1985-1989
1986
1990-1991
1992-1993
1994-1995
1996-1997
1999-2000
Timnas Indonesia (Assisten)
Timnas Indonesia
Pelita Jaya
Persegres Gresik
PSIM Yogyakarta
PS BPD Jateng
Pelita Bakrie
PSIM Yogyakarta
* Penampilan dan gol di klub senior hanya dihitung dari liga domestik

Bertje Matulapelwa (1 Januari 1941 – 9 Juli 2002) (abaikan tanggal lahir) adalah mantan salah satu pelatih sepak bola dari Indonesia tersukses. Ia kerap dijuluki "sang Pendeta" karena pembawaannya yang dingin. Prestasi terbesarnya adalah membawa tim nasional sepak bola Indonesia merebut emas pada SEA Games 1987 dan masuk semifinal atau menduduki peringkat empat Asian Games 1986[1].

Pelatih Timnas Tersukses

TIDAK banyak publik yang mengetahui siapa sosok di balik layar kesuksesan Indonesia memboyong emas pertama dari cabang olahraga (cabor) sepak bola sepanjang sejarah SEA Games. Ialah Bertje Matulapelwa, sang suksesor pembawa Garuda 1, julukan tim nasional Indonesia kala itu yang sukses membawa emas bergengsi ini pada 1987 silam.

Kenapa suksesor? Ya, kala itu kariernya sebagai pelatih kepala di tim nasional baru berbilang bulan. Dia yang saat itu sebelumnya berstatus asisten pelatih, ditunjuk menggantikan sang pelatih kepala, Sinyo Aliandroe yang diberhentikan lantaran disebut gagal membawa timnas masuk ke fase kualifikasi Piala Dunia 1986.

Menunjuk Bertje Matulapelwa menjadi pelatih bukan tanpa pertimbangan. Terkenal sebagai pelatih yang taktis dalam perhitungan statistik sebuah pertandingan, merupakan keunggulan pelatih kelahiran 1941 tersebut. Bahkan ada anekdot yang menyebutkan, dalam sebuah pergantian pemain saja, Bertje disebut sudah bisa mengubah angin permainan menjadi miliknya.

Tim Merah Putih di tangan Bertje, sebulan sebelum Asian Games digelar, sempat melakukan uji coba lebih dari sebulan di Brasil. Formasi baru 4-3-3 yang memasang Ricky Yakobi sebagai striker tunggal ternyata lumayan paten. Hasilnya terbaca pada Asian Games 1986. Indonesia lolos ke semifinal. Sayang untuk kemudian kandas di tangan Korea Selatan. Seusai Asian Games, Bertje melakukan perubahan besar. Ban kapten dipindahkan dari lengan Herry Kiswanto ke Ricky Yakobi. Padahal, umur Ricky kala itu baru 23. Regenerasi itu berlangsung cemerlang. Indonesia benar-benar terbang tinggi di SEA Games 1987 Jakarta. Di hadapan pendukung setia, Indonesia tampil trengginas. Seusai membabat Burma 4-1 di semifinal, Indonesia menjinakkan Malaysia 1-0 di partai puncak. Ceplosan bola dari penyerang Indonesia kala itu, Ribut Waidi ke gawang Malaysia di partai puncak SEA Games 1987, menjadi satu-satunya gol dan berhasil mengantarkan Indonesia membawa pulang emas dari cabor sepak bola. Kemenangan tersebut sekaligus menjadi bukti jitunya sang pelatih. Kemenangan tersebut kian melengkapi kebahagiaan publik Tanah Air setelah Indonesia dinobatkan sebagai juara umum dalam event tersebut.[2]



Referensi

Jabatan olahraga
Didahului oleh:
Iswadi Idris
pelatih PSSI
1985 - 1989
Diteruskan oleh:
Sinyo Aliandoe

Rujukan