Otot
JARINGAN OTOT
Jaringan otot terdiri atas susunan sel-sel otot yang berfungsi membuat organ-organ tubuh dapat bergerak. Kemampuan tersebut ada karena kemampuan kontraksi dari jaringan otot. Jaringan otot dapat berkontraksi karena molekul-molekul protein pembangun sel otot dapat memanjang dan memendek.
Kemampuan tubuh untuk bergerak dimungkinkan oleh sistem rangka dan otot. Otot terdiri dari sel-sel yang sudah mengalami spesialisasi atau spesifikasi untuk melakukan kontraksi, dengan mengandung protein kontraktil yang dapat mengalami perubahan dalam ukuran dimensi panjangnya dan pula memungkinkan sel-sel otot untuk memendek.
Sifat gerak otot Untuk menghasilkan suatu gerakan, otot bekerja secara berpasangan dengan otot lain. Saat suatu otot berkontraksi, otot yang bersangkutan akan menggerakan tulang yang melekat dengannya ke suatu arah. Sebaliknya otot lain yang merupakan gerak antagonis. Misalnya, otot bisep dan trisep. Bisep memiliki ujung oto yang bercabang 2, sedangkan trisep memiliki ujung otot yang bercabang 3.
Gerak refleksi terjadi karena bisep berkontraksi dan trisep berelaksasi. Sebaliknya, gerak ekstensi terjadi karena bisep berelaksasi dan trisep berkontraksi. Otot bisep disebut fleksor karena saat berkontraksi terjadi gerak ekstensi.
Selain otot antagonis, ada juga beberapa jenis otot yang berbeda, namun kerjanya saling menunjang. Otot ini disebut sinergis.
Jenis-jenis otot
A. Otot rangka (otot lurik)
Merupakan otot yang melekat dan menggerakan tulang rangka. Otot rangka mampu menggerakan tulang karena otot dapat memanjang dan memendek. Gerak apapun yang dapat dilakukan oleh tubuh dikarenakan kedua ujung otot melekat pada tulang-tulang sejati maupun rawan. Gerak otot rangka mencakup gerak yang dilakukan oleh tangan dan kaki, misalnya berjalan, makan, dan menulis. Gerak otot rangka diatur oleh saraf pusat. Dengan kata lain gerak otot rangka berdasarkan kehendak kita. Otot rangka dapat mengalami kejenuhan jika bergerak terus-menerus. Otot rangka dapat digolongkan menjadi 2 kelompok berdasarkan mioglobin pigmen otot penyusunnya.
B. Otot polos Terdiri dari sel-sel yang berbentuk gelendongan dengan satu inti sel yang terletak di tengah. Otot polos tidak melekat di pada tulang rangka tubuh. Aktivitasnya lambat, namun geraknya beruntun. Otot polos mampu berkontraksi dalam waktu lama dan tidak cepat mengalami kelelahan. Otot polos bergerak tidak menurut kehendak kita karena dikontrol oleh saraf tak sadar. Otot polos dapat ditemui di dinding penyusun organ-organ tubuh bagian dalam.
C. Otot jantung Hanya dijumpai pada dinding jantung dan vena kava yang memasuki jantung. Gerak otot jantng dikendalikan oleh saraf tak sadar. Kontraksi dan relaksasi otot jantung menyebabkan serambi dan bilik jantung menyempit dan melebar.
Mekanisme gerak otot Agar sel otot dapat berkontraksi, tempat pengikatan myosin di aktinharus terbuka. Tempat pengikatan myosin di aktin dapat terbuka saat ion kalsium mengikat troponin yang mengubah interaksi antara troponin dan tropomiosin. Pengikatan ion Ca2+ menyebabkan seluruh kompleks troponin-troponin berubah bentuk. Akibatnya, tempat pengikatan myosin pada aktin menjadi terpapar. Saat ada ion Ca2+, terjadi gerakan geseran atau luncuran antara filament halus dan kasar yang tumpang tindih sehingga otot berkontraksi. Pada saat konsentrasi ion kalsium menurun, tempat pengikatan myosin pada aktin tertutup dan kontraksi otot menjadi berhenti.
Bagian-bagian otot - Tendon : urat otot, bagian ujung otot yang mengecil. - Ventrikel : empal otot, bagian tengah otot yang menggembung. - Origo : ujung otot yang melekat pada tempat yang tidak bergerak. - Insersio : ujung otot yang melekat pada tempat yang bergerak. - Normotrofi : otot yang besarnya normal. - Atrofi : otot yang mengecil, lisut. - Hipertrofi : otot yang membesar. - Diskus Interkalaris : bagian khas otot jantung yang merupakan batas.
Karakteristik Otot a. Kontraktinilitas : kemampuan untuk memendek b. Ekstensibilitas : kemampuan untuk memanjang c. Elastisitas : kemampuan untuk kembali ke ukuran semula setelah memendek atau
memanjang
Kerja Otot a. Tonus : ketegangan akibat mengerutnya otot (kontraksi), b. Tetanus : ketegangan maksimum yang terus menerus, c. Fleksi : membengkokkan > < Ekstensi : meluruskan, d. Abduksi : menjauhi badan > < Adduksi : mendekati badan, e. Depresi : ke bawah > < Elevasi : ke atas, f. Supinasi : memutar telapak tangan menengadah > < Pronasi : menelungkup.
Gangguan pada system gerak manusia
Gangguan pada system rangka: A. Gangguan fisik: 1. Fraktura sederhana Fraktura yang tidak melukai otot yang ada di sekitarnya. 2. Fraktura kompleks Fraktura yang melukai otot atau organ yang ada di sekitarnya. 3. Greenstick Fraktura sebgian yang tidak memisahkan tulang menjadi dua bagian. Comminuted merupakan fraktura yang mengakibatkan tulang terbagi menjadi beberapa bagian, tetapi masih berada di dalam otot.
B. Gangguan fisiologis: 1. Rakhitis Penyakit tulang karena kekurangan vitamin D. 2. Mikrosefalus Gangguan pertumbuhan tulang tengkorak sehingga kepala berukuran kecil. 3. Osteoporosis Gangguan tulang dengan gejala penurunan massa tulang sehingga tulang rapuh. 4. Kelainan akibat suatu penyakit seperti tuberculosis tulang dan penyakit tumor.
C. Gangguan persendian: 1. Dislokasi Gangguan yang terjadi karena pergeseran tulang penyusun sendi dari posisi awal. 2. Terkilir Tertariknya ligament sendi karena gerakan tiba-tiba. 3. Ankilosis Gangguan karena tidak berfungsinya persendian. 4. Arthritis Gangguan yang disebabkan adanya peradangan sendi. 5. Gangguan tulang belakang: Skoliosis melengkungnya tulang belakang ke arah samping. Kifosis perubahan kelengkungan pada tulang belakang secara keseluruhan sehingga menjadi bongkok. Lordosis melengkungnya tulang belakang di daerah lumbal atau pinggang kearah depan sehingga kepala tertarik ke belakang. Subluksasi gangguan tulang belakang pada segmen leher sehingga posisi kepala tertarik ke arah kiri atau kanan.
Gangguan pada sistem otot
1. Atrofi merupakan penurunan fungsi otot karena otot mengecil atau kehilangan kemampuan untuk berkontraksi. 2. Hipertrofi merupakan otot yang berkembang menjadi lebih besar dan kuat. 3. Hernia abdominalis merupakan sobeknya dinding otot abdominal sehingga usus memasuki bagian sobekan tersebut. 4. Tetanus merupakan otot yang mengalami kekejangan karena secara terus-menerus berkontraksi sehingga tidak mampu lagi berkontraksi. 5. Distrofi otot merupakan penyakit kronis yang menyebabkan gangguan gerak. 6. Miastenia gravis merupakan otot yang secara berangsur-angsur melemah dan menyebabkan kelumpuhan.