Alpaïs dari Cudot
Alpaïs (Alpaida, Alpaidis) dari Cudot (meninggal 1211) merupakan seorang wanita yang divenerasi oleh Gereja Katolik Roma. Alpaïs berasal dari keluarga petani dari Cudot di wilayah Keuskupan Agung Katolik Roma Sens. Ia terserang penyakit Hansen pada usia muda. Vitanya ditulis pada sekitar tahun 1180 oleh rahib Pierre di dekat biara Sistersien di Echarlis.[1]
Ia menolak segala jenis makanan dan konon pada waktu yang lama satu-satunya makanan yang dikonsumsinya hanya Perjamuan Kudus. Sebuah kisah yang berkaitan dengannya bahwa pada suatu hari ia dibawakan sepotong daging babi yang disediakan oleh para rahib dari Cudot. Merasa takut untuk memakannya, ia mengirimkan potongan daging babi tersebut untuk seorang wanita tua yang tinggal di wilayah itu kepada siapa ia kerap mengirim memo meja dan yang lebih miskin daripadanya.[2]
Kultusnya dikonfirmasikan oleh Paus Pius IX pada tahun 1874.
Dari kehidupan Alpaïs dari Cudot
Dan Yang diberkati Maria berkata kepada [Alpaïs]: "...karena, saudari yang terkasih, kau menahan kelaparan yang panjang dengan rendah hati dan kesabaran, kelaparan dan kehausan, tanpa bergumam, Aku menjaminmu sekarang dikenyangkan dengan makanan malaikat dan spiritual. Dan selama kau berada di dalam tubuh yang kecil ini, makanan jasmani dan minuman tidak akan diperlukan untuk mempertahankan tubuhmu, kau tak akan merasa lapar untuk roti atau makanan lainnya... karena setelah kau mencicipi roti surgawi dan mabuk dari air mancur kehidupan kau akan tetap dikenyangkan untuk selamanya..." Dan begitulah adanya… Namun agar kekacauan gosip tenang, karena beberapa mengatakan ia berjiwa setan – bagi ia yang tidak makan atau minum- dua atau tiga kali seminggu ia terbiasa untuk menerima beberapa potong daging... dan kemudian memuntahkannya kembali…pada saat berada di dalam mulutnya... dan kemudian memuntahkannya kembali seluruhnya... Dan aku memberikan kesaksianku sendiri karena aku menerima dengan tanganku sendiri sedikit ikan yang dikunyahnya dan kemudian dimuntahkannya... Dengan demikian, seakan kesurupan, ia sering muntah karena terlalu banyak makan, seperti orang yang terlalu mabuk atau makan berlebihan. Dan ini adalah bagaimana dan apa pelestariannya, bagaimana dan dari apa yang alam mulai dari pertobatannya, dan bagaimana Tuhan menggarisbawahi jasa-jasanya dan kebajikannya dengan mukjizat-mukjizat... dimana mukjizat-mukjizat itu merupakan tanda-tanda nyata yang diberikan kepada para pembaca dari [kisah ini].[3]
Catatan
- ^ Medieval Writings on Secular Women. hlm. 54–57. ISBN 9780141439914.
- ^ Caroline Walker Bynum, Holy Feast and Holy Fast: The Religious Significance of Food to Medieval Women (Berkeley: University of California, Berkeley Press, 1987), 134.
- ^ Walker Bynum, Holy Feast and Holy Fast, 73.