Lompat ke isi

Batik Plumpungan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Batik Plumpungan dengan corak Parang Plumpungan.

Salatiga sangat erat kaitannya dengan Prasasti Plumpungan. Prasasti berangka tahun 672 Saka atau 750 Masehi dan ditulis dengan huruf Jawa Kuno serta menggunakan bahasa Sansekerta tersebut dianggap sebagai cikal bakal berdirinya Kota Salatiga. Menurut Soekarto Kartoatmadja, candrasengkala dalam Prasasti Plumpungan menunjuk hari Jumat (Suk) rawâra tanggal 31 Asadha atau tanggal 24 Juli 750 Masehi. Tanggal tersebut merupakan peresmian Desa Hampra (Plumpungan) menjadi daerah perdikan.[1] Berdasarkan prasasti ini, hari jadi Kota Salatiga ditetapkan pada tanggal 24 Juli 750, yang dibakukan dengan Peraturan Daerah Tingkat II Kota Salatiga Nomer 15 tanggal 20 Juli 1995 tentang Hari Jadi Kota Salatiga.[2]

Batik Plumpungan sebagai batik khas dari Kota Salatiga juga terinspirasi dari Prasasti Plumpungan.[3] Sebagai salah satu warisan budaya tak benda dan karya seni kontemporer, motif batik ini diciptakan pada tahun 2004 oleh seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kota Salatiga bernama Bambang Pamulardi dan dipublikasikan pada tahun 2005 di harian Jawa Pos. Bambang merupakan warga Dukuh Klasemen, Kelurahan Mangunsari, Salatiga, yang juga mendirikan Pusat Kerajinan Tangan Batik Plumpungan.

Batik Plumpungan telah digunakan oleh beberapa instansi yang berada di lingkup pemerintahan Kota Salatiga. PNS di Kota Salatiga sendiri menggunakan Batik Plumpungan setiap hari Kamis.

Motif Batik Plumpungan

Berkas:Motif Dasar Batik Plumpungan.jpg
Motif dasar Batik Plumpungan.

Ciri khas Batik Plumpungan adalah motifnya yang selalu memiliki bentuk dasar seperti Prasasti Plumpungan, yang terdiri dari satu batu besar dan satu batu kecil berbentuk agak melonjong dalam satu kesatuan pakem. Motif batik ini semula masih terbatas hanya lima macam, yaitu: Selo Giri, Kupu-Kupu, Kencono Sekar Plumpungan, Sekar Seling Pereng, dan Selo Temata.[4] Seiring dengan meningkatnya kreatifitas para pengrajin batik, motif Batik Plumpungan semakin beragam tanpa meninggalkan pola dasar berupa bulatan kecil dan bulatan besar. Melalui pakem motif itu, muncullah berbagai ragam motif batik unik yang dibentuk menyerupai kupu-kupu, ikan, kura-kura, dan lain sebagainya. Kita bisa membedakan Batik Plumpungan dengan batik yang lain dengan melihat motif dasar dua batu tersebut.

Pola dasar Batik Plumpungan sebagai klowongan.

Pola dasar Batik Plumpungan sangat fleksibel untuk digunakan dalam pembuatan motif batik. Ada pengrajin batik yang menggunakan pola dasar Batik Plumpungan sebagai klowongan (pola), dimana pola dasar Batik Plumpungan ini menjadi motif utama dalam membentuk desain Batik Plumpungan, seperti pada Batik Plumpungan motif Semarak. Selain itu, ada juga pengrajin batik yang menggunakan pola dasar Batik Plumpungan sebagai isen-isen (isi) dari berbagai motif yang dibuat, seperti pada Batik Plumpungan motif Merak Plumpungan dan Parang Plumpungan.

Berkas:Pola Dasar Batik Plumpungan Sebagai Isen-Isen.jpg
Pola dasar Batik Plumpungan sebagai isen-isen.

Di pusat kerajinan Batik Plumpungan yang didirikan oleh Bambang Pamulardi, semua Batik Plumpungan merupakan batik buatan tangan. Warna-warna cerah, seperti kuning, biru, merah muda, dan hijau mendominasi kain-kain batik ini. Bahannya juga beragam, dari katun hingga sutra.

Referensi

  1. ^ Soekarto Kartoatmadja, dkk (1995). Hari Jadi Kota Salatiga 24 Juli 750. Salatiga: Pemerintah Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga. hlm. 48. 
  2. ^ Prakosa, Abel Jatayu (2017). Diskriminasi Rasial di Kota Kolonial: Salatiga 1917-1942. Salatiga: Sinar Hidoep. hlm. 9–10. 
  3. ^ Perpustakaan Digital Budaya Indonesia. "Sejarah Batik Plumpungan". Perpustakaan Digital Budaya Indonesia. Diakses tanggal 20 Februari 2019. 
  4. ^ Utami, Widi. "Mengenal Batik Plumpungan, Motif Batik Khas Salatiga". Nusagates. Diakses tanggal 20 Februari 2019.