Lompat ke isi

Oei Hui-lan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 21 Februari 2019 13.15 oleh AABot (bicara | kontrib) (Bot: Perubahan kosmetika)

Oei Hui Lan
Madame Wellington Koo
Latar Belakang
Lahir21 Desember 1889
Semarang, Indonesia
Orang tuaOei Tiong Ham (ayah)
Goei Bing Nio (ibu)

Oei Hui-lan (lahir di Semarang, 21 Desember 1889, meninggal di Amerika Serikat, tahun 1992 pada umur 103 tahun) dikenal sebagai istri Wellington Koo adalah putri orang terkaya di Indonesia pada era 1900-an. Wellington Koo merupakan seorang Duta Besar China di Amerika Serikat.[1]

Kehidupan pribadi

Potret gaya Barat Oei Hui Lan.

Oei Hui Lan dikenal juga sebagai putri Oei Tiong Ham yang pernah dikenal sebagai raja gula dan orang terkaya di Asia Tenggara yang kekayaan mencapai 200 juta Dollar US atau setara 200 milyar di zaman sekarang. Gadis kelahiran Indonesia ini merupakan anak kedua dari istri pertama Oei Tiong Ham sedangkan Kakaknya Oei Hui Lan bernama Tjong Lan. Ayah Oei Hui Lan mempunyai 42 anak dari 18 gundik, bagi orang China anak gundik pun dianggap sebagai anak yang sah.[2]

Oei Hui Lan adalah mimpi kebanyakan perempuan. Lahir dengan kecantikan menawan Hui Lan dianugerahi limpahan kekayaan. Ayahnya, Oei Tiong Ham adalah pengusaha candu, kopra, dan gula terkaya dengan sebutan raja gula dari Semarang. Oei Tiong Ham merupakan konglomerat pertama Asia Tenggara, bos Kian Gwan Concern yang dijuluki Rockefeller Asia.[3]

Oei Hui Lan dibesarkan dalam rumah yang sangat besar, Luasnya mencapai 9.2 hektar dengan gaya arsitektur Eropa dan China. Di rumah Oei terdapat 200 ruangan, dapur, villa pribadi, dan dua paviliun besar. Oei juga membangun kebun binatang pribadi di rumahnya. Demi merawat semua itu, Oei mempekerjakan 40 pembantu rumah tangga, 50 tukang kebun, dan dua koki asal Cina dan Eropa.

Ibu Hui Lan, Goei Bing Nio adalah perempuan yang ambisius. Goei membangun citra keluarga lewat harta yang dimiliki suaminya. Dia membeli apa saja yang dianggap bakal meninggikan derajat keluarga mulai dari perhiasan, pakaian mahal, kendaraan, hingga plesiran ke Eropa. Dari Goei, Hui Lan belajar cara bergaul dengan kalangan Jet Set Eropa dan berhasil menempatkan status keluarga Oei sejajar dengan keluarga kerajaan Inggris.[4]

Kekayaan sang ayah membuat sang ibu tak pernah rela anaknya menikah dengan kalangan biasa.[5]

Pernikahan

Oei dan putranya, karya fotografer Henry Walter Barnett.

Saat menetap di Inggris Oei Hui Lan dan ibunya tinggal serumah bersama kakak pertama Hui Lan, Tjong Lan. Rumah mereka berada di kawasan elite London, Brooke Street. Mereka juga membeli rumah di daerah elite Wimbledon, Oakland. dari di sini, gaya hidup jet set Hui Lan kuat terbangun.

Di Inggris, Hui Lan menikmati statusnya sebagai putri Raja Gula dari Asia Tenggara. Banyak pria berdarah bangsawan Eropa tergila-gila dengannya. Salah satunya, keturunan bangsawan Prancis, Guy Brook dan Lord Brook. Tapi Goei tak pernah memimpikan menantu bule. Meski saat itu putrinya sudah menginjak usia 18 tahun.

Tjong Lan kakaknya berencana menjodohkan Oei Hui Lan dengan pria asli keturunan Cina. Namanya Wellington Koo. Wellington duda usia 32 tahun alumnus Colombia University. Dia orang penting kedua, setelah Jendral Tang dalam urusan diplomatik luar negeri Cina di Eropa. Hui Lan mengagumi kecerdasan dan kesopanan Wellington dalam bergaul. Hingga pada tahun 1921, Oei Hui Lan akhirnya menikah dengan Wellington di kantor Kedutaan Belgia.[6]

Gaya hidup Hui Lan dan Wellintong bertolak 180 derajat. Hui Lan senang menghabur uang, Wellington sederhana dan bersahaja. Dibandingkan kiriman uang yang diterima Hui Lan dari ayah dan ibunya, gaji Wellington memang bagai langit dan bumi. Penghasilan Wellington hanya $ 600 dolar perbulan. Sementara Hui Lan bisa menghabiskan 80,000 poundsterling untuk sekali menghias rumah.[7]

Warisan keluarga

Ayah Oei Hui Lan meninggal mendadak pada 3 Juni 1924. Setelah meninggal ayahnya membagi hartanya secara tidak merata kepada anak-anaknya, itulah yang menjadi awal kehancuran keluarga Oei Hui Lan. Pemerintah Indonesia pada era Soekarno memutuskan menasionalisasi perusahaan ayah Oei Hui Lan melalui keputusan Pengadilan Ekonomi Semarang No. 32/1561 EK.S tanggal 10 Juli 1961 yang lalu diperkuat dengan Keputusan Mahkamah Agung RI No.5/Kr/K/1963 tanggal 27 April 1963. Perusahan itu berganti nama menjadi PT. Perusahaan Perkembangan Ekonomi Nasional (PPEN) Rajawali Nusantara Indonesia tahun 1964. Lalu berubah lagi menjadi PT. Rajawali Nusindo (1971), dan PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) pada tahun 2001.[8]

Saat ini perusahaan itu menjadi badan usaha negara PT Rajawali Nusantara yang pernah jadi berita heboh di Indonesia karena terjadinya kisruh Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar yang diduga membunuh direktur utamanya Nasarudin.[9]

Akhir hayat

Oei Hui Lan meninggal dunia pada tahun 1992. Sebelum meninggal, Oei Hui Lan sempat menulis dan menerbitkan buku berjudul No Feast Last Forever yang artinya tidak ada pesta yang tak berakhir, buku ini menceritakan perjalanan hidupnya yang luar biasa hingga bisa dijadikan contoh tentang arti kehidupan sesungguhnya. Ia terlahir dengan kemewahan, kehormatan dan kebendaaan yang tiada habisnnya. Akan tetapi semua itu tidak membuatnya bahagia.[10]

Gaya, seni dan warisan

Madame Koo banyak dikenal karena mengadaptasi busana Tionghoa tradisional, yang ia pakai dengan celana renda dan kalung giok.[11][12][13] Ia banyak dikenal karena merombak cheongsam Tionghoa dalam rangka menekankan dan mendatarkan figur perempuan.[11][12] Busana-busana cheongsam pada masa itu hanya memiliki beberapa inchi ke atas, namun Hui-lan memotong bagian lutut dari busana tersebut – pada 1920an – "dengan bagian renda terlihat di pergelangan kaki".[12][13] Sehingga, ia membantu memodernisasi, memewahkan dan mentenarkan apa yang kemudian menjadi busana nasional perempuan Tionghoa.[12][13] Tak seperti sosialita Asia lainnya, Madame Wellington Koo memakai sutra dan bahan lokal, yang ia anggap berkualitas tinggi.[13]

Ia muncul beberapa kali dalam Majalah Vogue pada daftar wanita berbusana terbaik pada 1920an, 30an dan 40an.[12][13][14] Vogue memuji Madame Koo pada 1942 sebagai "seorang warga Tionghoa dari dunia, sebuah kecantikan mancanegara", atas keputusan cemerlangnya untuk mempromosikan kebaikan antara Timur dan Barat.[15]

Sebagai penikmat seni yang handal dan pioner, Madame Wellington Koo dilukis oleh Federico Beltrán Masses, Edmund Dulac, Leon Underwood Olive Snell, Olive Pell, dan Charles Tharp, dan foto-fotonya diambil oleh para fotografer masyarakat dan mode Henry Walter Barnett, E. O. Hoppé, Horst P. Horst, Bassano, dan George Hoyningen-Huene.[15][14][13][16][17][18]

Potret-potret, foto-foto dan busana-busananya saat ini menjadi bagian dari koleksi National Portrait Gallery di London, Metropolitan Museum of Art di New York, dan Museum Peranakan di Singapura.[15][19]

Dalam budaya kontemporer

Warisan mode Madame Koo masih meraih perhatian mancanegara. Ia tampil sebagai "wanita bergaya" di China: Through the Looking Glass, sebuah pameran seni rupa yang diadakan oleh Andrew Bolton dan Harold Koda, dan meraih sambutan besar pada 2015 di Metropolitan Museum of Art.[20] Pada 2018, perancang Indonesia Toton Januar membuat sebuah kampanye video untuk koleksi Fall Winter-nya, berdasarkan pada pencitraan ulang salah satu potret Madame Koo.[21]

Di negara asalnya Indonesia, Madame Koo telah menjadi subyek serangkaian publikasi terkini. Dengan nama pena Agnes Davonar, para penulis populer Agnes Li dan Teddy Li menulis sebuah biografi sentimental dan sensasionalis dari Madame Koo, Kisah tragis Oei Hui Lan, putri orang terkaya di Indonesia, yang terbit pada 2009 oleh AD Publisher.[22] Oei Hui Lan: anak orang terkaya dari Semarang, biografi populer lainnya, diterbitkan oleh Eidelweis Mahameru pada 2011.[23] Pada tahun yang sama, Mahameru menerbitkan sebuah biografi populer dari ayah Madame Koo, Oei Tiong Ham: Raja Gula, Orang Terkaya dari Semarang.[24]

Referensi

  1. ^ Oei Hui Lan, Wanita Semarang Yang Mendunia www.bluetoad.com
  2. ^ Cerita di balik Lukisan Oei Hui Lan adis.co.id
  3. ^ Keluarga Raja Gula dari Semarang : Oei Tiong Ham baltyra.com
  4. ^ Oei Hui Lan wanita yang ada dalam lukisan terkenal di Hotel Tugu-Malang theglobal-review.com
  5. ^ Kisah Tragis Oei Hui Lan indonesiaindonesia.com
  6. ^ Madame Wellington Koo npg.org.uk
  7. ^ Kisah Tragis Oei Hui Lan Putri Orang Terkaya di Indonesia goodreads.com
  8. ^ Oei Tiong Ham (1966-1924) semarang.nl
  9. ^ Warisan menjadi Malapetaka rawinah-ranarty.com
  10. ^ Oei Hui Lan, Perempuan Terkaya yang Hidup Tidak Bahagia langitberita.com
  11. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Finnane (2008)
  12. ^ a b c d e "From Chanel to Valentino, a First Look at the Dresses in the Met's "China: Through the Looking Glass"". Vogue (dalam bahasa Inggris). Vogue. Diakses tanggal 27 February 2018. 
  13. ^ a b c d e f Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Nee Hao (2016)
  14. ^ a b "Hoyningen-Huene - Vogue 1929". Getty Images. Diakses tanggal 24 February 2018. 
  15. ^ "Madame Wellington Koo sitting for her portrait by Mr Edmund Dulac at his studio , 117 Ladbroke Road 19 August 1921 Hui-lan Oei was the daughter of Chinese businessman Oei Tiong Ham. Her marriage to Chinese diplomat and politician Vi Kyuin Wellington Koo, was announced in October 1920, when Wellington Koo was Chinese Minister to the United States. In early 1921, Vi Kyuin Wellington Koo was appointed the Chinese Minister to Great Britain and they lived in London until June 1946, though they divorced shortly after the Second World War". Europeana Collections (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 24 February 2018. 
  16. ^ "Horst P. Horst. Oei Huilan (the former Madame Wellington Koo) (1943) Artsy". www.artsy.net (dalam bahasa Inggris). Artsy. Diakses tanggal 27 February 2018. 
  17. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama DNA (2016)
  18. ^ "VCM". masterpieces.asemus.museum (dalam bahasa Korea). Diakses tanggal 24 February 2018. 
  19. ^ "China: Through the Looking Glass. The Metropolitan Museum of Art". www.metmuseum.org. Diakses tanggal 27 February 2018. 
  20. ^ Dirgapradja, Stanley (15 February 2018). "Video Koleksi Fall Winter 2018 TOTON Adalah Film Pendek Horor yang Stylish". fimela.com. Fimela.com. Diakses tanggal 14 April 2018. 
  21. ^ Davonar, Agnes (2009). Kisah Tragis Oei Hui Lan, Putri Orang Terkaya di Indonesia. Jakarta: AD Publisher. ISBN 9786029575200. 
  22. ^ Mahameru, Eidelweis (2011). Oei Hui Lan: Anak Orang Terkaya dari Semarang. Jakarta: Hi-Fest Pub. ISBN 9786028814188. Diakses tanggal 14 April 2018. 
  23. ^ Mahameru, Eidelweis (2011). Oei Tiong Ham: raja gula, orang terkaya dari Semarang. Jakarta: Hi-Fest Pub. ISBN 9786028814164. Diakses tanggal 14 April 2018. 

Pranala luar