Lompat ke isi

Kerajaan Kandali

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

a. Asal Kerajaan Kantoli.

Menurut S. Sartono (1992) mengatakan bahwa akibat dari pendangkalan Teluk Wen diduga telah menyebabkan sulitnya kapal-kapal dagang untuk merapat sampai ke pelabuhan Muara Tebo, sehingga fungsi pelabuhan tersebut sebagai pelabuhan samudera tidak lagi dapat dipertahankan. Negara Koying sebagai penguasa wilayah Teluk Wen terpaksa memindahkan pelabuhan dagang dari Teluk Wen ke darah pantai timur di sekitar daerah Kuala Tungkal sekarang. Pelabuhan dipantai timur Sumatera itu mulai difungsikan sebagai itu kemudian difungsikan sebagai pelabuhan samudra yang dapat dilabuhi kapal-kapal besar untuk menggantikan fungsi pelabuhan Teluk Wen, dan pelabuhan Teluk Wen difungsikan sebagai pelabuhan penyangga bagi kapal-kapal kecil yang melayani bongkar muat barang-barang dagang penduduk negeri di Alam Kerinci dan daerah sekitarnya. Dari sini kemudian baru dibawa ke pelabuhan samudra di pantai Kuala Tungkal. Sebelumnya telah diceritakan bahwa akhirnya Negeri Koying melepaskan daerah pantai timur dan mendorong terbentuknya pemerintahan baru. Pemerintahan baru ini disebut dengan kerajaan Kantoli (Kuntal) dan diperkirakan abat ke 5 M. Antara negara Koying dengan kerajaan Kuntala terjalin persahabatan yang baik, sehingga parapedagang dari pelabuhan dagang kerajaan Kuntala untuk mengekspor berbagai komoditi dagang ke manca negara.

b. Catatan Keberadaan Kerajaan Kendali.

Nama Kendali telah dikenal oleh pemerintahan Kaisar Hsiau-wu (459-464). Menurut catatannya raja dari Kandali bernama Sa-pa-la-na-lin-da menyuruh utusannya bernama Taruda untuk pergi ke negeri Cina sebagai utusannya. Menurut paparan Sejarah Nasional Indonesai Jilid II dari edisinya yang ke-4 tahun 1984, pada halaman 79-80 dituliskan sebagai berikut: “Dari kitab sejarah dinasti Liang diperoleh keterangan bahwan antara tahun 430-475 M beberapa kali utusan dari Ho-lo-tan dan Kan-t’oli datan di Cina ada juga utusan dari To-lang – P’o-hwang. Kantoli ini terletak di salah satu pulau di laut selatan. Adat kebiasaanya serupa di Kamboja dan Campa. Hasil negerinya yang terutama pinang, kapas dan kain-kain berwarna. Sedangkan dalam kitab sejarah dinasti Ming disebutkan bahwa San-fo-tsi dahulu disebut juga Kan-to-li. Menurut G. Farrand, Kan-to-li di dalam berita Cina ini mungkin sama dengan Kandari yang terdapat dalam berita Ibnu Majid yang berasal dari tahun 1462. Karena San-fo-tsi dahulu juga disebut Kan-to-li, sedangkan San-fo-tsi diidentifikasikan sengan Sriwijaya, maka Farran menafsirkan Kan-to-li terletak di Sumatera dengan pusatnya di Palembang. …………………………………..

“Sementara itu J.L. Moens mengidentifikasikan singkil Kendari dalam berita Ibnu Majid dengan Kan-to-li did ala kitab sejarah dinasti Liang dan Ming. Sedangkan yang dimaksud dengan San-fo-tsi ialah Malayu.

“Pendapat lain mengenai Kan-to-li ditekukakan oleh J.J. Boeles. Ia mengatakan bahwa Kan-to-li yang disebut di dalam berita Cina itu mungkin berada di Muangthai Selatan. Pendapatnya ini didasarkan atas adanya sebuah desa yang bernama Khantuli di Pantai Timur Muangthai Selatan. Pendapat Boeles ini ditentang oleh O.W. Wolters, ia mengatakan bahwa Kan-to-li tidak mungkin ada di Muangthai Selatan, karena di desa Khantuli sama sekali tidak ditemukan keramik Cina dari zaman Sung lama. Ia cenderung untuk menempatkan Kan-to-li di Palembang, karena San-fo-tsi biasa dihubungkan dengan Palembang. “Identifikasi Kan-to-li dengan kandali atau Singkil Kendari juga dikemukakan oleh Obdeyn. Oleh karena Kan-to-li dianggap sama dengan San-fotsi, maka kemungkinan besar Kan-to-li di Sumatera Selatan. Tetapi pendapat umum di antara para ahli ialah, bahwa Kan-to-li diperkirakan di Pantai timur Sumatera bagian Selatan, yang daerah kekuasaanny meliputi daerah-daerah Jambi dan Palembang.”

Dari kutipan di atas jelaslah kiranya baha sesungguhnya tidak ada pegangan sedikitpun yang dapat dijadikan titik tolah untuk melangkah lebih lanjut. Untuk menetapkan bahwa Kan-to-li adalah Malayu hanya berdasarkan berita Cina yang menyebutkan bahwa “San-fo-tsi dahulu disebut juga Kan-to-li kiranya belum memberi suatu kepastian, karena masih perlu dikaji secara khusus apakah rumus aljabar yang diterapkan ini paada tempatnya, tentang lokasi puntida ada sesuatu petunjuk yang meyakinkan. Sanusi Pane (1955) menyebutkan:

”Tarich Tiongkok menyebut Kan-to-li pula, Kerajaan itu mengirim utusan penghabisan kalinya ke Tingkok di tahun 563 Masehi. Hampir boleh dipastikan, bahw akerajaan itu terletak di Andalas dan namanya yang sebenarnya adalah Kandari”.

Di daerah Jambi diyakini ada dua kerajaan kecil yang mulai muncul sekitar awal abad ke-5 M yakni kerajaan Ho-lo-tan dan Kan-to-li. Dalam sejarah dinasti Sungk (960-1280 M) Holotan terletak di She-po atau Thu-po. Menurut pendapat Sartono (1978). She-po atau Thu-po dianggap sama dengan Tebo Sekarang, yakni Muara Tebo. Di pinggiran sungai Batanghari dijumpai sebuah pemukiman kuno bernama Ke-do-tan. Masih perlu penelitian tentang toponim Ho-lo-tan dengan Ke-do-tan secara seksama.

Kerajaan kedua yang telah menjalin hubungan dengan Cina adalah kerajaan Kan-to-li. Menenurut sumber Cina kerajaan Kan-to-li telah berkali-kali mengirim utusan mulai tahun 441 – 563 M. Menurut pendapat Mulyanan (1981), toponim Kan-to-li nama dengan Kuntala atau Tungkal. Jadi kerajaan Kan-to-li berada di pedalaman sungai Tungkal, Jambi. Negri Kan-to-li telah telanggelam pada permulaaan abad ke-7 masehi.

Menurut catatan yang dibuat dalam pemerintahan kaisar Wu dari dinasti (wangsa) Liang (502-549) kerajaan Kendali mengirim utusannya ke Cina pada tahun 502, 519 dan 520. Dilaporkan juga bahwa kerajaan Kandali berada di laut selatan dan adat kebiasaan penduduknya seperti Kamboja dan Campa. Hasil buminya meliputi: bahan pakaian berbunga (? tenun ikat) kapas dan pinang bermutu tinggi.

Sejarah wangsa Ming (1268-1643) mengemukakan bawha “san-fo-tsi” dulu disebut “Kandali”. Jadi mungkin Kandali terletak di wilayah San-fos-tsi, atau Kandali menjadi jajahan San-fo-tsi dalam hal San-fo-tsi identik dengan Sriwijaya (Muliana 1981). Menurut catatan Cina kerajaan San-fo-tsi berada di Laut Selatan antara Kemboja (Chen-la) dan She-po (Jawa). Raja San-fo-tso bersemanyam di Chan-pei (Jambi).

Menurut Mulyana (1981) Tuponum Kandala dan Kantoli, yang beada di sekitar Jambi, mungkin berasal dari India Selatan. Kedua tuponim, yakni Kandali dan Kantoli, berasal dari transliterisasi Cina suatu tempat yang belum diketahui hingga sekarang, sepertinya Benggala – Benggali, Ghandara – Ghandari, Badara – Badari, Kuntala – Kuntali, Kantoli – Kandali. Kandali (Kuntala) terdeapa di pantai timur Sumatera dalam abad ke 5 -6 M. Lebih jauh dikemukakan bahwa gophala diucap ghopal, Sanjaya sebagai Sanjay, Sriwijaya sebagai Sriwijay. Kuntala sebagai Kuntal dan juga Tungkal. Di Sumatea Timur terdapat sungai Tungkal yang bagian hulunya bernama sungai Pengabuan dan hilirnya bernama sungai Tungkal yang bermuara di Kuala Tungkal. Dalam penjumlahan negara Laut Selatan yang mengirim utusan ke Cina, oleh I Tsing tidak disebut-sebut tentang kerajaan Kuntala (Kandali, Kantoli). Nasib negera ini selanjutnya juga tidak diketahui, mungkin dikuasai oleh Jambi. Yang jelas, alam abad ke 7 muncul 2 kerajaan di pantai timur Sumatera yakni: Moloyu (Malayu, Jambi) dan Sriwijaya (Palembang). Dalam perkembangan selanjutnya antara sekitar 6700742 Shih-li-fo-shih dianggap sebagai Sriwijaya dan ataran 853 – 1037 sebagai San-fo-tsi.