Lompat ke isi

Lunang, Pesisir Selatan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Lunang
Negara Indonesia
ProvinsiSumatra Barat
KabupatenPesisir Selatan
Pemerintahan
 • CamatDrs. Irwan[1]
Populasi
 • Total20,690 jiwa jiwa
Kode Kemendagri13.01.10 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS1302012 Edit nilai pada Wikidata
Luas- KM²
Kepadatan- jiwa/km²
Nagari/kelurahan10 Kenagarian
Peta
PetaKoordinat: 2°16′31.10376″S 101°8′38.61560″E / 2.2753066000°S 101.1440598889°E / -2.2753066000; 101.1440598889


Lunang adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan, provinsi Sumatra Barat, Indonesia.[2][1]

Sejarah

Di Lunang ini terdapat keluarga Mande Rubiah yang dipercaya merupakan keturunan Bundo Kanduang, seorang raja perempuan Minangkabau yang menyelamatkan diri dari musuhnya yang menyerang Pagaruyung dari Timur. Ia menyelamatkan diri bersama anak dan menantunya ke daerah ini. Hingga kini masih didapati makam keluarga Kerajaan Pagaruyung di nagari Lunang dan juga sebuah rumah gadang yang tak lain adalah istana Bundo Kanduang.

Di Lunang ini mayoritas didiami oleh pecahan Suku Malayu yang secara historis merupakan keturunan dari pendatang dari Sungai Pagu dan daerah lain di sekitar Lunang. Selain itu juga terdapat Suku Caniago di nagari ini. adapun nama-nama suku di Nagari Lunang adalah : Malayu, Malayu Gadang Rantau Kataka, Malayu Gadang Kumbuang, Malayu Durian/Rajo, Malayu Kecik, Malayu Tangah, Caniago Patih dan Caniago mangkuto.

Mande Rubiah sekarang bernama kecil Rakinah. suami dia bernama Suhardi sutan Indra (suku Malayu Gadang Rantau Kataka) dan 7 orang anak (6 Putera dan 1 Puteri) ; Mar Alamsyah Sutan Daulat, Zulrahmansyah Daulat Rajo Mudo,SS, Noval Nofriansyah, Marwansyah, Zaitulsyah, Heksa Rasudarsyah, Naura Puti kabbarasti. Sedangkan keturunan dari Dang Tuanku Remendung yang jejaknya tak terekam oleh pagaruyung atas permintaan bundo kanduang sendiri dengan mengatakan bahwa ia dan keturunannya sudah mengirap ke langit untuk mengelabui raja Tiang bungkuk yang mengejarnya sampai ke pagaruyung (kisah Cindur Mato)..setelah meninggalkan pagaruyung dang menghilang, bundo kanduang kembali ke lunang tempat asal nenek moyangnya, adityawarman. Sementara Cindur Mato putra juru kunci Istana (dan masih keponakannya) diperintahkan untuk naik tahta menggantikan Dang Tuanku Remendung sebagai putra mahkota alam minangkabau. Bundo kanduang mengirap agar tak terjadi pertumpahan darah yang lebih besar karena pertikaiannya dengan raja Tiang Bungkuk yang menewaskan anaknya Rangkayo Imbang Jayo (dalam kisah Cindur Mato. Lunang dan Renah Sekalawi berjarak kira-kira 40 km, Dang Tuanku Remendung, melahirkan dua orang anak:

a. Sutan Sarduni gelar Rio mawang

b. Putri Sariduni

Saat dewasa pangeran Sutan Sarduni pergi mencari asal usul keluarganya ke renah sekalawi, dan ia menemukan kakeknya masih hidup dan menjadi raja jang pat petuloi ke I di Sekalawi. Akhirnya kakeknya Rajo Mudo gelar Megat Sutan Saktai Rajo Jonggor turun tahta digantikan oleh cucunya Sutan Sarduni gelar Rio Mawang sebagai Raja Jang Tiang Pat ke II, oleh karena Bundo Kanduang ingin menghapus jejak keturunannya dari kejaran Raja Tiang Bungkuk, seluruh keturunan Dang Tuanku Sutan Remdungpun menggunakan dua bahasa, melayu minang, dan bahasa yang berkembang direnah Sekalawi yang penduduknya berasal dari pendatang Serawak Kalimantan, Cina, dan Majapahit. Jadi keturunan Dang Tuanku Sutan Remendung masih berada di Renah Sekalawi (kab.Lebong sekarang) bisa dilihat dari tembo-tembo yang turun temurun yang terdapat di suku VIII (Azhari Moeis, desa semelako dan suku IX.muara aman.)

Sebelum tahun 70 an daerah ini menutup diri dari dunia luar. Tahun 1971, wali nagari dan tokokh2 Masyarakat kampung dan perantau mengusulkan kepada bupati Pessel waktu itu Drs. Abrar, daerah ini diusulakan ke pemerintah pusat sebagai penerima Transmigrasi dari pulau Jawa. usulan tersebu tereleasasi tahun 1973. Semenjak itu terjadi asimilasi antara suku jawa dan minang yang saling menghargai. Secara berangsur perekonomian mulai membaik. pun budaya berkembang.

Di zaman kekuasaan Inderapura, nagari Lunang berada dibawah penguasaan Inderapura.

Batas Wilayah

Administratif

Secara administrasi Kecamatan Lunang terbagi atas 10 Pemerintahan Nagari yaitu:

  1. Nagari Lunang
  2. Nagari Lunang utara
  3. Nagari Lunang Barat
  4. Nagari Lunang Selatan
  5. Nagari Sindang Lunang
  6. Nagari Pondok Parian Lunang
  7. Nagari Lunang Tengah
  8. Nagari Lunang Satu
  9. Nagari Lunang Dua
  10. Nagari Lunang Tiga

Potensi Lunang

Lunang berpotensi menjadi daerah tujuan wisata sejarah dan budaya di Sumatra Barat dengan dijadikannya rumah gadang Mande Rubiah sebagai museum oleh Pemerintah Daerah Pesisir Selatan. Juga dilakukan pemugaran terhadap situs-situs sejarah di Lunang.

Selain itu dari segi ekonomi, Lunang berpotensi karena lahan perkebunan kelapa sawit di daerah transmigran Lunang Silaut.

Pemekaran Kabupaten

Sejak tahun 2000, masyarakat yang berada di enam kecamatan paling selatan di Kabupaten Pesisir Selatan ini telah memperjuangkan sebuah kabupaten baru yang meliputi daerah Renah Indojati (Kecamatan Air Pura, Kecamatan Pancung Soal, Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan, Kecamatan Ranah Ampek Hulu Tapan, Kecamatan Lunang dan Kecamatan Silaut). Usulan pemekaran telah masuk dan dibahas oleh DPR RI, namun sampai saat ini belum juga disahkan. Saat ini masyarakat masih menunggu RUU tentang pembentukan Daerah Otonomi Baru (DOB) Kabupaten Renah Indojati disahkan menjadi UU sehingga Renah Indojati menjadi kabupaten sendiri dan terpisah dari Kabupaten Pesisir Selatan. Dengan Ibukota Kabupaten berada di Bukit Buai, Nagari Bukit Buai Tapan, Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan.

Kantor

Kantor kecamatan:[1]

Jl. Raya Padang-Bengkulu Km 243
Lunang

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b c Kecamatan Lunang Kabupaten Pesisir Selatan
  2. ^ Dasar hukum= PP nomor 50 tahun 1999

Pranala luar