Lompat ke isi

Cikar

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 12 Juni 2008 05.51 oleh 222.124.224.35 (bicara) (←Membuat halaman berisi 'Cikar merupakan alat transportasi pada jaman dahulu, jauh sebelum ditemukannya berbagai alat transportasi yang digerakan oleh mesin, dimana pada jamannya Cikar ini banyak...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Cikar merupakan alat transportasi pada jaman dahulu, jauh sebelum ditemukannya berbagai alat transportasi yang digerakan oleh mesin, dimana pada jamannya Cikar ini banyak dijumpai di daerah-daerah Indonesia, seperti di Pulau Sumatra, Pulau Jawa lan Lombok ( Jenis-jenis gerobak juga dijumpai di negara-negara lain). Selain Cikar, kita mengenal juga alat transportasi sejenisnya seperti Delman, Sado, Dokar Dll yaitu gerobak yang ditarik oleh kuda, namun Cikar pada umumnya ditarik oleh dua ekor Sapi dan dipergunakan untuk angkutan yang memuat barang, berupa hasil bumi atau orang. Walau saat ini Cikar sulit untuk ditemui, namun beberapa segelintir orang, terutama di desa Cikar masih digunakan sebagai alat transportasi untuk mengangkut hasil bumi, terutama didaerah-daerah yang sulit dilalui oleh kendaraan/ truk, karena kondisi alam yang terjal dan bebatuan. Walaupun demikian Cikar-cikar yang ada sudah tidak seperti cikar-cikar tempo dulu, terutama pada bagian roda. Tempo doeloe roda Cikar terbuat dari kayu Jati tua yang dilapisi oleh besi dengan diameter yang sangat besar untuk ukuran roda, yaitu 160 Cm, dan saat ini roda-roda tersebut digantikan oleh roda-roda yang terbuat dari ban mobil. Kerangka cikar yang ada sekarang juga terbuat dari berbagai macam kayu seperti kayu bengkirai atau kayu-kayu lain yang mempyai ketahanan dan keawetan sedangkan kerangka cikar-cikar tempo dulu terbuat dari kayu jati pilihan yang sangat kuat, terutama dari kayu jati jenis kembang dan doreng yang banyak dijumpai didaerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Biasanya cikar-cikar tersebut ditarik oleh dua ekor sapi gemuk, walaupun geraknya tidak selincah kuda dan cendrung sangat lambat, namun sapi-sapi ini mampu menarik beban yang sangat berat. Perlu diketahui bahwa sapi-sapi tersebut pada musim penghujan dimanfaatkan untuk menarik bajak di sawah, sedangkan pada musim kemarau disaat para petani tidak membajak sawah, maka sapi-sapi ini dimanfaatkan untuk menarik Cikar sebagai mata pencaharian sampingan para petani. Cikar-Cikar kuno peninggalan budaya Indonesia tempo dulu sudah sangat sulit kita jumpai dan hanya bisa dijumpai pada kolektor-kolektor seni sebagai upaya pelestarian budaya asli Indonesia dengan jumlah yang sangat terbatas. Untuk memiliki sebuah Cikar asli, para kolektor benda-benda seni tidak segan-segan mencari ke pelosok-pelosok daerah di Jawa dan Lombok, sebagai upaya melestarikan dan menjaga kepunahannya untuk ditempatkan pada gallery-gallery seni sebagai simbol/ artefak cita rasa bangsa Indonesia yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian bercocok tanam.