Lompat ke isi

Ume Kbubu

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Ume Kbubu merupakan bangunan tradisional berbentuk bundar yang menjadi rumah tempat tinggal bagi suku Dawan di Nusa Tenggara Timur. Istilah Ume Tua terdiri dari dua kata yakni Ume yang berarti rumah dan Kbubu yang memiliki arti bundar.[1] Sejak tahun 2010, Ume Kbubu yang menjadi bagian dari arsitektur tradisional Nusa Tenggara Timur telah dimasukkan ke dalam pencatatan Warisan Budaya Takbenda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan nomor registrasi 2010000034.[2]

Struktur Bangunan

Secara umum, Ume Kbubu memiliki sejumlah struktur bangunan yang terdiri atas atap, dinding, tiang peyangga, dll.

Atap

Ume Kbubu yang berbentuk bundar menjadikan struktur atapnya menjadi berbentuk kerucut. Diameternya sekitar 3 hingga 5 meter.[3] Atap Ume Kbubu biasanya ditutup dengan alang-alang. Atap Ume Kbubu memilki peranan penting karena bentuknya yang menonjol. Atap tersebut dibentuk oleh 9 elemen. Adapun elemen-elepen tersebut adalah

  1. Suaf (usuk). Suaf memiliki fungsi untuk menyangga atau menopang penutup atap. Umumnya terbuat dari kayu busi dan berjumlah genap.
  2. Lael (nok), Lael merupakan kayu yang dipasang pada cabang ni enaf (tiang induk). Kayu tersebut memiliki fungsi sebagai penopang suaf.
  3. Nono, yang berfungsi sebagai pengikat dan penjaga agar susunan suaf tetap memiliki bentuk bulat. Nono sendiri terletak di bagian dalam rumah. Adapun Nono memiliki terbagi menjadi empat jenis. Pertama nono ni ana yang berfungsi membantu menopang suaf. Kedua, nono lote yang berfungsi sebagai pembentuk maun nine (teras) dan tempat mengantung jagung serta tulang rahan yang dikurbankan pada saat upacara adat. Ketiga, nono tetu yang berfungsi untuk menjaga bentuk susunan suaf yang letaknya berada di atas non late. Kempat, nono lael yang berfungsi sebagai penopang suaf.
  4. Lote, berfungsi sebagai pembentuk tritisan teras rumah (maun nine). Bagian ini memiliki julah empat dan terbuat dari kayu busi.
  5. Tanpani atau takpani, yang berfungsi menjadi tempat untuk mengingkat alang-alang. Biasanya terbuat dari bahan bambu yang dibelah.
  6. Tfa, berfungsi sebagai elemen yang memperkuat struktur atap dan tempat untuk menggantungkan hasil panen jagung. Tfa juga terbuat dari kayu busi dan jumlahnya harus genap.
  7. Penutup atap, umumnya terbuat dari hun atau alang-alang. Alang-alang tersebut diikat oleh serat daun nanas hutan.
  8. Nete bifo, memiliki arti jalan tikus. Elemen ini biasanya terbuat dari bahan kayu bis dan letaknya di atas lael.
  9. Tobes, befungsi untuk menutup bagian atas atap ume kbubu. Tujuan pembuatannya adalah agar air hujan tidak merembes masuk ke dalam rumah.[4]

Dinding

Dinding Ume Kbubu biasanya terbentuk dari bambu. Dinding ume kbubu biasanya diapit dengan menggunakan bambu atau kayu bulat dari bagian dalam dan bagian luar. Tujuannya agar dinding bisa menjadi lebih kuat. Bambu atau kayu yang bertugas mengapit itu disebut tanpani nikit.[4]

Pintu

Pintu masuk dalam ume kbubu disebut sebagai nesu atau eno.[3] Pintu keluar masuk dalam ume kbubu hanya berjumlah satu.[5] Umumnya pintu ini menghadap arah timur atau dalam bahwa Dawan disebut Neon Saet atau posisi matahari naik.[3] Nesu yang dibuat memiliki tinggi yang sangat rendah. Sehingga untuk bisa masuk ke dalam ume kbubu melalui nesu, orang harus membungkuk.[5]

Fondasi dan kolom

Ume Kbubu memilki fondasi yang disebut baki. Fondasi dibentuk dari batu-batu yang disusun secara melingkar. Batu-batu tersebut memiliki fungsi sebagai penahan dinding agar tidak langsung menyentuk tanah. Selain itu, juga berfungsi sebagai penahan air saat hujan agar tidak masuk ke dalam ume kbubu. Ume Kbubu memiliki kolom atau tiang yang terdiri atas tiang induk (ni enaf), tiang anak (ni ana) dna tiang depan (ni maun nine).[4]

Interior Bangunan

Bagian dalam Ume Kbubu terbagi atas sejumlah konsep ruang.

Tunaf

Tunaf merupakan tempat yang berfungsi sebagai ruang untuk memasak sesajian, memasak makan baru atau makanan pertama hasil panen, dan lainnya. Letak tunaf selalu berada di bagian belakang agar tidak membelakangi ni baki. Ni baki sendiri merupakan altar batu suci yang digunakan untuk meletakkan persembahan atau sesaji. Dalam kepercayaan masyarakat Dawan, arwah leluhur memilki peran untuk turut serta dalam mempersiapkan sesaji sehingga pandangannya tidak boleh tertutup.

Hala

Hala merupakan penanda untuk ruang istirahat di ume kbubu. Umumnya terletak di sebelah kanan atau kiri. Dalam upacara adat seperti upacara pernikahan, hala berubah menjadi tempat duduk bagi pengantin.

Area ritual adat

Area ritual adat umumnya berada di tengah. Posisinya mengitari baru suci yang berada di bawah ni enaf (tiang induk). Posisi yang berada di tengah memiliki makna penting bagi masyarakat Dawan. Posisi ini dusebut tnana' yang memiliki arti hati yang murni, tidak bercabang, hanya satu.

Maun nine

Maun nine merupakan tempat yang fungsi sebagai teras ume kbubu. Letaknya berada di depan rumah. Di ruang ini terdapat empat buang tiang yang disebut ni maun nine. Di tiang tersebut terdapat ukiran-ukiran yang menjadi tanda rumah adat.

Hau monef

Hau monef merupakan penanda area luar dari ume kbubu. Letaknya selalu di depan rumah. Tempat ini menjadi titik awal berkumpulnya anggota keluarga sebelum melakukan upacara adat. Bagi masyarakat suku Dawan, hau monef merupakan simbol laki-laki yang melindungi ni enaf yang menjadi simbol perempuan.[6]

Makna

Material dan penataan ruang dalam ume kbubu dapat memiliki makna yang mewakili dan menggambarkan cara hidup, pengalaman, dan kepercayaan suku Dawan. Tidak adanya partisi atau sekat dalam rumah dan pembagian ruang dalam rumah menjadi simbol yang menggambarkan pengaturan kehiduapan sehari-hari orang Dawan dalam memandang peran sosial, status sosial, dan relasi gender. Bagian timur rumah dianggap sebagai simbol lahki-laki dan ditempati oleh ayah. Sedangkan ibu berada di belakang yakni berada di area memasak. Anak-anak berada di ruang yang dianggap netral terhadap posisi gender. Relasi gender dalam ume kbubu juga dapat dilihat dari posisi nesu yang rendah. Posisi sedimikian rupa yang membuat orang yang ingin masuk harus menundukkan kepala dianggap sebagai penghormatan kepada wanita, Ume kbubu yang juga menjadi tempat menyimpan hasil panen jagung berkaitan erat dengan mitologi orang Dawan yang menganggap tubuh perempuan sebagai sumber makanan. Alkasih di masa lalu ketika terjadi masa kekeringan dan kelaparan, tubuh perempuan dikorbankan. Darah perempuan yang dikorbankan tersebut kemudian disebar dan tumbuh menjadi berbagai jenis tanaman.[5]

Masalah

Pada tahun 2004, pemerintah menyoroti permasalahan yang timbul dalam Ume Kbubu. Bentuk fisik ume kbubu dianggap merupakan bentuk rumah yang jauh dari persyaratan rumah sehat sehingga menjadi penyebab tingginya angka kejadian ISPA bagi bayi. Selain itu, kegiatan ritual adat panggang atau sei juga dianggap memperparah kondisi tidak sehat tersebut. [7] [8]

Rujukan

  1. ^ Kana, Christoffel. Abu, Rifai. (1986). Arsitektur tradisional daerah Nusa Tenggara Timur. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. OCLC 568703791. 
  2. ^ Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya. Arsitektur Tradisional Nusa Tenggara Timur. Diakses melalui https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=34 pada 2 April 2019.
  3. ^ a b c "アトニ / ダワン(ティモール島) | Atoni / Dawan ( Timor )". www.sumai.org. Diakses tanggal 2019-04-04. 
  4. ^ a b c Dima, Thomas Kurniawan & Antariksa, Antariksa & Nugroho, Agung Murti "Struktur Ume Kbubu di Desa Kaenbaun, Kabupaten Timor Tengah Utara", arsitektur e-Journal 6-1, 12p, 2013
  5. ^ a b c Kambaru Windi, Yohanes; Whittaker, Andrea (2012-09). "Indigenous round houses versus 'healthy houses': Health, place and identity among the Dawan of West Timor, Indonesia". Health & Place. 18 (5): 1153–1161. doi:10.1016/j.healthplace.2012.03.008. ISSN 1353-8292. 
  6. ^ Dima, Thomas Kurniawan; Antariksa, Antariksa; Nugroho, Agung Murti (2013-06-01). "Konsep Ruang Ume Kbubu Desa Kaenbaun Kabupaten Timor Tengah Utara". Review of Urbanism and Architectural Studies. 11 (1): 28–36. doi:10.21776/ub.ruas.2013.011.01.3. ISSN 1693-3702. 
  7. ^ Budiyono Budiyono (2004-04). Pengaruh Faktor Fisik Rumah Adat Suku Dawan terhadap Kejadian ISPA pada Bayi (di Desa Obesi dan Neonbesi Kec. Mollo Utara Kab. Timor Tengah Selatan Propinsi Nusa Tenggara Timur). Diponegoro University. OCLC 994172087. 
  8. ^ Purwanto, Semiarto Aji; Hapsari, Indraini (2018-06). "The story of building healthful houses in East Nusa Tenggara, Indonesia". Saúde e Sociedade. 27 (2): 605–614. doi:10.1590/s0104-12902018170819. ISSN 1984-0470.