Ismail Abdul Rahman
Ismail Abdul Rahman | |
---|---|
اسماعيل بن عبدالرحمن | |
Berkas:Ismail outside downing street.jpg | |
Deputi Perdana Menteri Malaysia ke-2 | |
Masa jabatan 22 September 1970 – 2 Agustus 1973 | |
Penguasa monarki | Abdul Halim |
Informasi pribadi | |
Lahir | Ismail bin Abdul Rahman 4 November 1915 Johor Bahru, Johor, British Malaya (sekarang Malaysia) |
Meninggal | 2 Agustus 1973 Kuala Lumpur, Malaysia | (umur 57)
Makam | Makam Pahlawan, Masjid Negara, Kuala Lumpur, Malaysia |
Kewarganegaraan | Malaysian |
Partai politik | Barisan Nasional, UMNO |
Suami/istri | Norashikin Mohd Seth |
Almamater | Queen's College, The University of Melbourne |
| |
Sunting kotak info • L • B |
Tun Dr. Ismail bin Dato' Hj. Abdul Rahman (4 November 1915 – 2 Agustus 1973), lebih dikenal sebagai Tun Dr Ismail, merupakan bekas Wakil Perdana Menteri untuk Perdana Menteri Malaysia ke-2 Tun Abdul Razak.
Pendidikan
Tun Dr. Ismail mendapat pendidikan awal di Sekolah Bukit Zaharah, Johor Bahru, dan seterusnya melanjutkan pelajaran di Maktab Sultan Abu Bakar, (dulu dikenal sebagai English College), Johor Bahru. Setelah menamatkan pelajarannya di sekolah tersebut, Tun Dr. Ismail meneruskan pengajiannya ke King Edward Medical College di Singapura. Pada tahun 1943, ia berangkat ke Australia untuk memperdalam ilmunya di Universitas Melbourne Australia. Ia memperoleh ijazah dokter medis tahun 1945 dan merupakan putera Melayu pertama yang memperoleh ijazah dokter medis dari University of Melbourne, Australia.
Jabatan semasa hidup
Tun Dr. Ismail terdorong menceburi politik selepas peletakan jabatan Dato' Onn Jaafar sebagai presiden UMNO, dan digantikan oleh Tunku Abdul Rahman. Ia berkecimping di arena politik setelah dilantik sebagai Wakil Presiden UMNO pada 1951.
Tun Dr. Ismail menjadi duta besar pertama untuk Amerika Serikat pada tahun 1957. Ia juga diberikan surat pengangkatan menjadi duta negara ke PBB. Kedua jabatan ini dipegang olehnya sehingga tahun 1959.
Tun Dr. Ismail menjadi Menteri Dalam Negeri pada 1 September 1960 hingga 21 Mei 1967, saat ia meninggalkan kabinet atas alasan kesehatan. Jabatan Menteri Dalam Negeri yang dikosongkannya diisi oleh Tun Abdul Razak.
Tun Dr. Ismail sekali lagi dilantik oleh Tun Abdul Razak menjadi Menteri Luar Negeri pada 14 Mei 1969 menyusul peristiwa berdarah kerusuhan 13 Mei. Tun Abdul Razak mengetuai MAGERAN) dan meminta Tun Dr. Ismail membantunya. Tun Dr. Ismail kembali menjawat jawatan Kabinet dan tetap sebagai Menteri Luar Negeri hingga 1 Agustus 1973.
Semasa hidupnya, Tun Dr. Ismail pernah menyandang jabatan sebagai Menteri Perdagangan dan Perusahaan, Menteri Dalam Negeri dan jabatan terakhirnya ialah Wakil Perdana Menteri. Tun Dr Ismail Abdul Rahman merupakan Wakil Perdana Menteri Malaysia yang kedua setelah Tun Abdul Razak pada 1970.
Jasa paling besar Tun Dr. Ismail adalah mengembalikan keyakinan rakyat Malaysia terhadap Pemerintahan Malaysia. Menurut Tun Suffian "selama hari-hari yang menderita inilah mutunya yang terkenal tampil ke muka. Mungkin bisa dikatakan bahwa lebih dari siapapun Sang Tun menyumbang khususnya kepada perbaikan kepercayaan umum dalam ketetapan hati pemerintah untuk memperbaiki hukum dan tata tertib setelah insiden 13 Mei."
Saat Tunku Abdul Rahman melepaskan jabatan Perdana Menteri kepada Tun Abdul Razak, Tun Dr. Ismail dilantik menjadi Wakil Perdana Menteri. Tun Dr. Ismail meninggal dunia pada 2 Agustus 1973 dan dimakamkan di Makam Pahlawan, Masjid Negara. Ia merupakan pahlawan negara pertama yang dikebumikan di situ.
Kutipan
Ungkapannya yang sangat terkenal ialah ' Jangan sapu ke bawah permadani'. Peribahasa ini timbul menyusul permasalahan ekonomi orang Melayu yang sangat lemah tetapi dicoba ditutupi begitu saja, sehingga akhirnya tercetus Peristiwa 13 Mei.
Penghormatan
- Pidato Tun Ismail diadakan sekaligus setiap dua tahun oleh Akademi Medis Malaysia untuk memperingati Tun Dr. Ismail. Pidato ulung diberikan oleh Yang Amat Arif Tun Mohamed Suffian bin Hashim, Ketua Hakim Negara pada bulan Agustus 1974.
- Taman Tun Dr Ismail di Kuala Lumpur dinamakan untuk memperingatinya.