Lompat ke isi

Satuan Kapal Selam Komando Armada II

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Satuan Kapal Selam
Komando Armada II
Lambang satuan Kapal Selam
Dibentuk12 September 1959
NegaraIndonesia Indonesia
Cabang TNI Angkatan Laut
Tipe unitSatuan Kapal Selam
Bagian dariKoarmada II
MotoWira Ananta Rudira atau Hiu Kencana
Situs webwww.koarmatim.tnial.mil.id

Satuan Kapal Selam Komando Armada II (atau Satkalsel Koarmada II) merupakan komando pelaksana pembinaan di lingkup Koarmada II yang memiliki peran yang sangat strategis, Sebagai unsur bawah air yang mempunyai efek tangkal yang sangat efektif dalam mendukung operasi siaga tempur di bawah Komando Utama Panglima TNI. Satkalsel Koarmada II mengoperasikan 4 Kapal selam, KRI Nanggala (402)[1], KRI Nagapasa (403), KRI Ardadedali (404) dan KRI Alugoro (405). Satuan Kapal Selam Koarmatim Berdiri pada tanggal 12 September 1959[2], ALRI (sekarang TNI AL) menerima dua buah kapal selam kapal selam Whiskey yang merupakan cikal bakal lahirnya Satuan Kapal Selam. “22“ tahun kemudian, Satuan Kapal Selam mengalami era alih teknologi dengan tergantinya kelas Whikey menjadi kelas 209/1300 buatan Jerman Barat.[3][4]

Tugas Operasi

Satuan Kapal Selam untuk turut berperan aktif. Beberapa operasi penting yang telah dilaksanakan antara lain: Operasi Jayawijaya I dan II yang berlangsung mulai tanggal 1 Maret 196223 Oktober 1966. Indonesia dengan kekuatan laut yang tangguh di mana Satuan Kapal Selam sebagai salah satu kekuatannya, memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembalikan Irian Barat ke pangkuan NKRI. Begitupun di kancah internasional, melalui Operasi Gugus Tugas X pada tahun 1965 – 1966, yaitu Operasi Bersama dua kapal selam RI dengan Angkatan Laut Pakistan. Operasi ini berhasil meletakkan dasar-dasar persaudaraan antara Pakistan dengan Indonesia. Presiden Ayub Khan secara pribadi memberikan penghargaan yang tinggi kepada segenap anggota Gugus Tugas X tersebut. Pada Operasi Halilintar tahun 1979, Operasi ini berhasil memberantas penyelundupan di Selat Malaka, terutama penyelundupan bahan baku dari Indonesia ke Malaysia dan Singapura, serta mengamankan arus pengungsi dari Vietnam ke Indonesia di Laut China Selatan. Peristiwa tersebut telah membuktikan bahwa Satuan Kapal Selam Koarmatim pada masa itu, telah mampu mewujudkan dirinya menjadi kesatuan yang sangat disegani.

ndonesia merupakan salah satu dari beberapa negara di dunia yang sejak awal telah mengoperasikan kapal selam untuk operasi tempur dan operasi pertahanan di laut. Sejak tanggal 12 September 1959, Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) mulai diperkuat dengan kehadiran kapal-kapal selam Whiskey Class, buatan Uni Soviet. Akumulasi kekuatan pemukul taktis dan strategis di laut mencapai 12 kapal selam pada tahun 1962, hal inilah yang menjadikan Indonesia sebagai negara yang terbesar kekuatan angkatan lautnya di kawasan Asia Tenggara.

Dansatsel dalam amanatnya menyampaikan, kapal selam RI telah dilibatkan pada operasi Trikora dalam rangka merebut Irian Barat pada tahun 1962, melalui operasi pengintaian dan operasi menyusupkan pasukan khusus ke daratan Irian Barat tanpa terdeteksi oleh pihak Belanda. “Kesuksesan inilah yang membuat Belanda mengurungkan niatnya untuk berperang secara terbuka dengan Indonesia, yang pada akhirnya Belanda menyerahkan Irian Barat ke pangkuan Ibu Pertiwi".[5]

Armada

Komandan

Sesepuh Korps Hiu Kencana

  • Laksamana Madya TNI (Purn) Imam Zaki
  • Laksamana Muda TNI (Purn) Basoeki
  • Laksamana Muda TNI (Purn) W. Rahadi
  • Laksamana Muda TNI (Purn) Wahyono Suroto
  • Laksamana Muda TNI (Purn) Ketut Wiresata
  • Laksamana Muda TNI (Purn) Slamet Soebandi
  • Laksamana Muda TNI (Purn) Bambang Poerwadi
  • Laksamana Muda TNI (Purn) Suyoso Sukarno
  • Laksamana Muda TNI (Purn) Busran Kadi
  • Laksamana Muda TNI (Purn) Nyoman Suharta
  • Laksamana Pertama TNI (Purn) Sutarno
  • Laksamana Pertama TNI (Purn) Harijanto Mahdi
  • Kolonel Pelaut (Purn) Aji Sularso
  • Kolonel Pelaut (Purn) Susanto

Referensi