Lompat ke isi

Taira no Kiyomori

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Taira no Kiyomori
1118 (zaman Genei tahun 1) - 20 Maret 1181 (zaman Jishō tahun 5 bulan 2 hari 4)

Taira no Kiyomori, lukisan Kikuchi Yōsai di zaman Meiji
Zaman Akhir zaman Heian
Tanggal lahir 1118 (zaman Genei tahun 1)
Tahun wafat 20 Maret 1181 (zaman Jishō tahun 5 bulan 2 hari 4)
Penggantian nama Kiyomori, Jōkai
Julukan Heidaishōkoku, Rokuhara-dono, Fukuhara-dono, Kiyomori-nyūdō
Jabatan Sahyōe no suke (Jugoige), Nakatsukasa-shō (Jushi-i), Aki no Kami, Harima no Kami, Dazai no daini, San-gi, Kebiishi, Naidaijin, Daijō Daijin (Juichi-i)
Klan klan Kammu Taira
Orangtua Taira no Tadamori (ayah)
Kakak adik Kiyomori, Iemori, Tsunemori, Norimori, Yorimori, Tadanori
Istri putri dari Takashina no Motoaki, Taira no Tokiko (putri Taira Tokinobu), Tokiwa Gozen, seorang miko dari Kuil Itsukushima
Keturunan Shigemori, Motomori, Munemori (pewaris), Tomomori, Shigehira, Noriko, Moriko, Hiroko, Tomonori, Kiyofusa, Rō no Onkata

Taira no Kiyomori (平 清盛) (1118 - 20 Maret 1181) adalah samurai yang menjabat kepala klan Taira di akhir zaman Heian. Kiyomori adalah samurai pertama yang diangkat sebagai pejabat tinggi yang disebut Daijō Daijin.

Setelah berjasa dalam Pemberontakan Hōgen, Kiyomori mendapat izin dari Kaisar Goshirakawa untuk menghabisi Minamoto no Yoshitomo yang melancarkan Pemberontakan Heiji. Setelah menjabat Daijō Daijin, klan Taira yang dipimpinnya berhasil menjadi klan paling berkuasa di Jepang. Kekuasaan pemerintahan seluruhnya berada di tangan klan Taira setelah Kaisar Goshirakawa dikenakan tahanan rumah.

Pada masa itu, anggota klan Taira menyombongkan diri dengan istilah, "Kalau bukan anggota klan Taira, berarti bukan manusia" (Heishi ni arazumba hito ni arazu). Kesombongan klan Taira menyebabkan ketidakpuasan di kalangan samurai. Sewaktu pasukan klan Minamoto sedang melancarkan pemberontakan untuk menjatuhkan klan Taira, Kiyomori meninggal akibat demam dan panas tinggi.

Perjalanan hidup

Kepala klan Taira

Taira no Kiyomori lahir di Provinsi Ise pada tahun 1118 sebagai putra pewaris kepala klan Ise Taira bernama Taira no Tadamori. Ibunya bernama Gion Nyogo yang bekerja sebagai pegawai istana, atau adik dari Gion Nyogo (nyogo adalah gelar untuk pekerja wanita di istana). Menurut kisah Heike Monogatari, Kiyomori adalah bayi dari hasil hubungan Kaisar Shirakawa dengan Gion Nyogo yang diberikan kepada Taira no Tadamori.

Pada tahun 1129, ayah Kiyomori naik pangkat sebagai pejabat tinggi dengan tingkatan Jugoige. Setelah berhasil menumpas komplotan bajak laut, ayah Kiyomori ditunjuk sebagai Gyōbukyō dan jabatan ini nantinya diwariskan kepada Kiyomori yang selanjutnya ditunjuk sebagai penguasa Provinsi Aki pada tahun 1146. Penguasaan atas lalu lintas kapal dan barang di Laut Pedalaman Seto membuat Kiyomori menjadi kaya raya. Klan Taira yang dipimpinnya menjadi kekuatan militer terbesar di Jepang bagian barat. Pada masa itu, Kiyomori sering mengunjungi Kuil Itsukushima di pulau Miyajima, dan kuil tersebut sejak itu mulai banyak dikunjungi orang. Setelah ayahnya wafat, Taira no Kiyomori diangkat sebagai kepala klan Ise Taira di Kyoto pada tahun 1153.

Pemberontakan Hōgen dan Heiji

Pada tahun 1156, Kiyomori dan Minamoto no Yoshitomo berpihak pada Kaisar Goshirakawa dalam peristiwa yang disebut Pemberontakan Hōgen. Atas jasa-jasanya membantu kaisar sebagai pihak yang menang, Kiyomori diangkat sebagai pejabat kepercayaan kaisar. Ia ditunjuk sebagai penguasa Provinsi Harima dan pejabat Dazai no daini. Kiyomori menjalin persekutuan dengan Fujiwara no Michinori dalam usahanya memperluas kekuasaan klan Taira hingga ke seluruh negeri. Di lain pihak, Fujiwara no Nobuyori dan Minamoto no Yoshitomo merasa tidak senang melihat Kiyomori menjadi begitu berkuasa dan melancarkan Pemberontakan Heiji pada tahun 1159. Dalam peristiwa ini, pasukan klan Taira berhasil menaklukkan pasukan klan Minamoto. Dimulai dengan pelaksanaan hukuman mati terhadap Minamoto no Yoshitomo dan putranya (Minamoto no Yoshihira), Kiyomori memimpin sendiri pelaksanaan hukuman mati terhadap sisa-sisa klan Minamoto. Hukuman buang ke Provinsi Izu dijatuhkannya bagi putra ketiga Yoshitomo yang bernama Minamoto no Yoritomo.

Masa keemasan

Pada awalnya, Kiyomori mendukung pemerintahan baru di bawah pimpinan Kaisar Nijō, tetapi kemudian mendukung keponakannya sendiri yang bernama Pangeran Norihito. Usaha menjadikan Pangeran Norihito sebagai kaisar mendapat dukungan dari klan Taira, karena Pangeran Norihito adalah anak dari Kaisar Goshirakawa bersama Taira no Shigeko (adik perempuan istri Kiyomori yang bernama Taira no Tokiko). Kaisar Nijō menentang keinginan klan Taira dengan memerintahkan hukuman buang bagi kakak laki-laki Shigeko, Taira no Tokitada. Peristiwa ini membuat Kiyomori semakin mendekati Kaisar Goshirakawa. Setelah Kaisar Nijō tewas secara mendadak, Kiyomori menjadikan Pangeran Norihito sebagai putra mahkota dan nantinya diangkat sebagai Kaisar Takakura.

Sementara itu, Kaisar Goshirakawa turun tahta tetapi pemerintahan tetap dijalankannya secara Insei (pemerintahan oleh mantan kaisar dari balik biara). Hubungan baik dengan Kaisar Goshirakawa terus berlangsung dan ditandai dengan banyaknya kenaikan pangkat yang diterima Kiyomori. Pada tahun 1167, Kiyomori menjadi samurai pertama yang menduduki jabatan Daijō Daijin. Posisi tersebut hanya dijabatnya selama tiga bulan. Kiyomori harus beristirahat akibat sakit parah yang dideritanya. Kiyomori beristirahat dengan menjalani kehidupan sebagai biksu dan ditahbiskan dengan nama panggilan Shōkoku Nyūdō. Walaupun berada di biara, Kiyomori tetap berkuasa dan klan Taira semakin berjaya. Pada masa itu, semua pejabat tinggi dalam pemerintahan diduduki anggota klan Taira. Di seluruh Jepang, klan Taira menguasai lebih dari 500 lokasi tanah bangsawan (shoen). Perdagangan antara Jepang dan Tiongkok juga membuat klan Taira semakin kaya.

Ketidakpuasan terhadap klan Taira

Kiyomori terus berusaha memperluas kekuasaan dengan mengawinkan putrinya yang bernama Taira no Noriko dengan Kaisar Takakura. Perkawinan ini menjadikan Kiyomori sebagai anggota keluarga kekaisaran. Selain itu, Kiyomori mengawinkan sejumlah anak perempuannya dengan pejabat tinggi istana. Putrinya yang bernama Taira no Moriko dikawinkan dengan Fujiwara Motozane yang merupakan bangsawan tingkat tertinggi (sekkanke) dari klan Fujiwara. Kaisar Goshirakawa dan pemerintahan yang dikendalikannya dari balik biara mulai merasa terancam dengan usaha Kiyomori memperluas pengaruh di dalam pemerintahan.

Pertentangan antara Kiyomori dan pihak istana makin memuncak hingga pecah peristiwa Persekongkolan Shishigatani pada bulan Juni 1177. Kaisar Goshirakawa dan pengikutnya bertemu di Shishigatani untuk membicarakan rencana menggulingkan klan Taira. Kiyomori mengutus seorang mata-mata yang menyamar sebagai pengikut Kaisar Goshirakawa dan ikut serta dalam perundingan, sehingga rencana ini bocor. Kiyomori mengambil tindakan balasan dengan menghukum mati pengikut Kaisar Goshirakawa yang bernama Fujiwara no Saikō dan mengirim Fujiwara no Narichika ke pembuangan di Bitchū. Selain itu, biksu Shunkan diasingkan ke Pulau Kikaigashima yang terletak di selatan Kyushu. Atas tindakan Kiyomori, Kaisar Goshirakawa sama sekali tidak bereaksi.

Tahun 1179 merupakan tahun kemalangan bagi Kiyomori. Di bulan Juni, putri keduanya yang bernama Moriko meninggal, dan tanah bangsawan (shoen) yang dimilikinya disita Kaisar Goshirakawa. Di bulan Juli, Taira no Shigemori, putra pewaris Kiyomori yang masih berusia usia 42 tahun meninggal karena sakit. Setelah Shigemori meninggal, Provinsi Chigyō (Provinsi Echizen) yang menjadi wilayah kekuasaan putranya ikut disita tanpa kaisar memberi tahu Kiyomori lebih dulu.

Kiyomori menjadi sangat marah karena keberadaannya tidak lagi diperhitungkan Kaisar Goshirakawa. Pada 14 November 1179, Kiyomori bertindak sebagai panglima bagi pasukan yang berkumpul di Fukuhara (sekarang disebut Kobe) dalam rencananya merebut ibu kota Kyoto. Kudeta dilancarkan Kiyomori pada keesokan harinya. Dimulai dari Fujiwara no Motofusa, sejumlah 39 pejabat senior istana yang menentang klan Taira dipecat. Sebagai penggantinya, Kiyomori menugaskan para bangsawan yang pro klan Taira.

Walaupun sudah memohon pengampunan kepada Kiyomori, Kaisar Goshirakawa tetap dikenakan tahanan rumah. Pemerintahan Kaisar Goshirakawa jatuh, dan Kiyomori memulai pemerintahan otokrasi yang disebutnya Pemerintahan klan Taira. Pada bulan Februari 1180, Kiyomori memaksa Kaisar Takakura untuk turun tahta dan mengangkat cucunya sebagai Kaisar Antoku. Ibu dari Kaisar Antoku adalah Taira no Noriko (putri sulung Kiyomori). Sejak itu pula, klan Taira mencapai puncak keemasan dengan wilayah kekuasaan yang mencakup lebih dari setengah wilayah Jepang.

Api pemberontakan

Pemerintahan otoriter klan Taira mendapat perlawanan dari keluarga kekaisaran, kalangan bangsawan, dan samurai. Minamoto no Yorimasa yang didukung Pangeran Mochihito (putra kedua mantan Kaisar Goshirakawa) memimpin pemberontakan pada tahun 1180. Kiyomori bertindak dengan mengangkat Taira no Tomomori (putra keempatnya) sebagai panglima untuk memadamkan pemberontakan. Pemberontakan berakhir dengan tewasnya Yorimasa dan Pangeran Mochihito. Selanjutnya, Kiyomori menunjuk putra kelima yang bernama Taira no Shigehira sebagai pimpinan pasukan untuk menghancurkan kuil Onjō-ji di kaki Gunung Hiei karena dianggap bersalah telah bekerja sama dengan Pangeran Mochihito.

Selain itu, Kiyomori masih merasakan ancaman dari gabungan kuil Shinto dan Buddha, khususnya kuil Enryaku-ji yang juga merupakan kuil sekte Tendai. Ancaman dari faksi pendukung Kaisar Goshirakawa di Kyoto membuat Kiyomori mengambil keputusan untuk memindahkan ibu kota dengan paksa ke Fukuhara pada bulan Juni 1180. Pada waktu itu, kota Fukuhara dan Pelabuhan Ōwada no Tomari (sekarang disebut Pelabuhan Kobe) merupakan pusat kekuasaan dan perdagangan bagi klan Taira.

Walaupun Pangeran Mochihito sudah tewas, perintah yang dikeluarkannya untuk menghancurkan klan Taira masih menimbulkan pemberontakan di berbagai tempat. Pada bulan Agustus 1180, Minamoto no Yoritomo bersekutu dengan klan Hōjō dan mengangkat senjata melawan klan Taira. Di bulan berikutnya, Minamoto no Yoshinaka datang membantu sebagai panglima klan Minamoto. Kekuatan militer klan Minamoto yang bertambah besar dilawan Kiyomori dengan mengangkat cucu pewarisnya yang bernama Taira no Koremori sebagai panglima pasukan gabungan. Pasukan diutus ke daerah Kanto yang menjadi basis kekuatan klan Minamoto. Pada Pertempuran Fujigawa, pasukan klan Taira yang dipimpin Koremori mundur ketakutan setelah mendengar suara kawanan burung air yang disangka sebagai serangan mendadak pasukan klan Minamoto.

Berita kekalahan pasukan Taira membuat kuil Kōfuku-ji di Nara mulai menyatakan perlawanan secara terang-terangan terhadap Kiyomori. Kalangan bangsawan menentang pemindahan ibu kota ke Fukuhara, sehingga Kiyomori memindahkan kembali ibu kota ke Kyoto pada bulan November 1180. Pada bulan Desember tahun yang sama, Taira no Shigehira ditunjuk sebagai panglima untuk menyerbu dan membakar kota Nara. Setelah itu, Kiyomori menunjuk Taira no Tomomori sebagai pemimpin pasukan yang bertugas memadamkan pemberontakan klan Minamoto di Provinsi Ōmi dan Provinsi Mino. Perlawanan terhadap klan Taira di ibu kota Kyoto dan sekitarnya menjadi reda, tetapi nama Kiyomori tercemar sebagai musuh agama Buddha akibat perbuatannya menghancurkan kota Nara.

Akhir hayat

Pada tahun berikutnya (1181), pemberontakan meluas ke Provinsi Iyo dan Provinsi Bungo yang merupakan pusat kekuasaan militer klan Taira. Pasangan bapak-anak Kōno Michikiyo dan Kōno Michinobu memimpin pasukan dari Iyo. Kalangan bangsawan yang dipimpin Ogata Koreyoshi, Usuki Koretaka, dan Saga Korenori memimpin perlawanan dari Bungo. Sementara itu, Yoritomo sudah menaklukkan klan-klan yang menjadi sekutu klan Taira di negeri sebelah timur seperti klan Satake.

Di tengah keadaan yang semakin kacau, Kiyomori membentuk pemerintahan baru klan Taira yang berpusat di Kyoto, sekaligus menciptakan beberapa posisi baru. Kiyomori juga menyusun rencana penangkapan Minamoto no Yoshinaka dengan bantuan Shō Sukenaga dan Shō Sukemoto (Shō Nagamochi) asal Provinsi Echigo. Namun, di akhir Maret 1181, Taira no Kiyomori menderita demam tinggi dan meninggal di usia 64 tahun. Sepeninggal Kiyomori, pemerintahan klan Taira yang baru dibentuk ikut berakhir.

Sepeninggal Kiyomori

Ketika Kiyomori wafat, putra pertama yang merupakan pewarisnya (Taira no Shigemori) dan putra keduanya (Taira no Motomori) sudah lebih dulu meninggal dunia karena sakit. Kepala klan dijabat putra ketiga yang bernama Taira no Munemori. Dibandingkan Kiyomori, Munemori tidak mampu mengatasi pemberontakan. Kekuasaan Kaisar Goshirakawa kembali bertambah kuat, sedangkan klan Taira semakin melemah. Setelah peristiwa kelaparan pada zaman Yōwa dan kekalahan pasukan klan Taira dalam Pertempuran Kurikara di Provinsi Kaga, Kyoto jatuh ke tangan pasukan yang dipimpin Minamoto no Yoshinaka. Pada tahun 1185, klan Taira akhirnya dihancurkan klan Minamoto dalam Pertempuran Dan-no-Ura.

Makam

Lokasi yang dikisahkan turun temurun sebagai sebagai makam Taira no Kiyomori:

Pranala luar