Ular derik
Ular derik | |
---|---|
Ular derik bertanduk, Crotalus cerastes | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Filum: | |
Kelas: | |
Ordo: | |
Subordo: | |
Famili: | |
Subfamili: | |
Tribus: | Crotalini
|
Genus | |
Ular derik merupakan kelompok ular mura berbisa dari anak suku Crotalinae. Ciri khas ular ini adalah ekornya yang terdiri dari segmen-segmen yang bisa menimbulkan suara yang keras bila digetarkan. Ular derik terdiri atas dua genus, yakni Crotalus sp. dan Sistrurus sp..[1] Nama ilmiahnya berasal dari kata Krotalon="penderik" untuk genus Crotalus dan Seistro-uros (Seistro="gemerincing" dan uros="ekor") untuk genus Sistrurus.[2] Semua jenis ular derik hanya terdapat dan hanya bisa ditemukan di Amerika.[3][4]
Ciri-ciri
Ular derik merupakan ular berbisa yang mempunyai ciri-ciri:
- memiliki ekor derik yang dapat digetarkan sesuai dengan namanya
- setiap kali berganti kulit, tumbuh segmen (ruas) derik yang baru
- gigi yang kuat di setiap rahang
- spesies yang besar panjangnya lebih dari 2,5 meter
Derik
Sesuai dengan namanya, ular derik bisa menghasilkan bunyi gemericing dengan derik di ujung ekornya.[5] Tujuannya ialah untuk memperingatkan musuh agar tidak mengganggunya.[5] Derik tersebut tersusun dari zat tanduk kokoh berongga yang berupa segmen-segmen (ruas-ruas) dan dapat menimbulkan suara yang keras jika digetarkan. Ruas derik tersebut semakin ke ujung, semakin kecil ukurannya. Setiap ular derik berganti kulit akan tumbuh ruas derik yang baru.[6] Ular derik selalu mengangkat ekor deriknya meskipun tidak digunakan, tujuannya untuk menghindari rusakatau hilangnya derik tersebut. Kebanyakan orang percaya bahwa setiap bertambah satu ruas, berarti umur ular itu bertambah juga. Namun itu tidak benar karena jumlah segmen hanya bertambah setiap mereka berganti kulit, bukan karena bertambah umur.[7]
Keistimewaan lain
Keistimewaanya yang lain yaitu, jika kita memotong kepalanya, kepala itu masih dapat mengigit. Itu karena masih terdapatnya sinar infra merah yang terhubung dengan tubuhnya, itu menurut para ilmuan yang meneliti ular derik. jika ular derik menyuntikan racunya dengan dosis yang besar, ular itu membutuhkan hampir 1 bulan untuk memproduksi bisanya kembali. Semua ular derik, racunnya bersifat hemotoksin (merusak sel darah merah).[5][8]
Siklus hidup
Ular derik bertelur dan beranak (ovovivipar), Ular derik muda tidak bergantung dan sudah mandiri sejak lahir. Sebagian besar ular derik musim kawin pada musim semi. Ular derik yang baru lahir deriknya belum dapat berfungsi, setelah ganti kulit yang pertama baru deriknya dapat berfungsi.
Kebiasaan
Biasanya hidup di gurun atau padang rumput kering, tetapi beberapa spesies hidup di dekat perairan. Secara umum ular derik akan terusir atau pindah apabila terganggu manusia, tetapi mereka juga akan memberi peringatan khas mereka jiga diancam. Umumnya mereka hanya menyerang jika mereka benar-benar terpojok atau terancam. Makanannya sebagian besar hewan kecil seperti kelinci, tikus, hewan pengerat dll, Ular derik membunuh mangsanya dengan menyuntikkan bisanya. Jika akan menyerang, ular ini membentuk tubuhnya seperti huruf 'S' dan menggetarkan ekornya, lalu menyerang pengganggunya. Ular derik dapat menyerang sejauh dua pertiga dari panjang tubuhnya.[8] Ular derik biasanya ditemukan di dalam dan di bawah batu dan di antara tanaman gurun serta berjemur di tengah jalan.
Persebaran
Ular derik tersebar luas hanya di Benua amerika, mulai dari Kanada bagian selatan hingga Argentina bagian utara.[5]
Referensi
Catatan kaki
- ^ Price, Andrew H. (2009). Venomous Snakes of Texas: A Field Guide. University of Texas Press. hlm. 38–39. ISBN 9780292719675.
- ^ Kini, R. Manjunatha et al., ed. (2011). Toxins and Hemostasis. Springer 2011. hlm. 99. ISBN 978-90-481-9294-6.
- ^ www.reptile-database.org
- ^ Fox, William Sherwood (1988). The Bruce beckons: the story of Lake Huron's great peninsula. University of Toronto Press. hlm. 122. ISBN 978-0-8020-6007-5.
- ^ a b c d "Ular Derik Genus: Crotalus dan Sistrurus (Lebih dari 50 spesies yang berbeda)". Rentokil Indonesia. Diakses tanggal 2 May 2012.
- ^ Burton, Maurice & Burton, Robert, ed. (1970). "Rattlesnake". The international wildlife encyclopedia, Volume 1. Marshall Cavendish. hlm. 2119. ISBN 978-0-7614-7266-7.
- ^ Fergus, Charles (2003). Wildlife of Virginia and Maryland and Washington, Part 3. Stackpole Books. hlm. 460. ISBN 978-0-8117-2821-8.
- ^ a b "10 Ular Paling Berbisa di Dunia". Berita Unik. 15 February 2012. Diakses tanggal 11 May 2012.
Daftar pustaka
- Barceloux, Donald G., ed. (2008). Medical toxicology of natural substances: foods, fungi, medicinal herbs, plants, and venomous animals. John Wiley & Sons. ISBN 9780471727613.
- Furman, Jon (2007). Timber rattlesnakes in Vermont and New York: biology, history, and the fate of an endangered species. UPNE. ISBN 9781584656562.
- Klauber, Laurence M. & Greene, Harry W. (1997). Rattlesnakes: their habits, life histories, and influence on mankind. University of California Press. ISBN 9780520210561.
- Palmer, Thomas (2004). Landscape with Reptile: Rattlesnakes in an Urban World. Globe Pequot. ISBN 9781592280001.
- Rubio, Manny (1998). Rattlesnake: Portrait of a Predator. Smithsonian Books. ISBN 1-56098-808-8.