Prunus mume
Ume | |
---|---|
Prunus mume, pelat botani dari Flora Japonica | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Divisi: | |
Kelas: | |
Ordo: | |
Famili: | |
Genus: | |
Subgenus: | Prunus
|
Seksi: | Armeniaca[1]
|
Spesies: | P. mume
|
Nama binomial | |
Prunus mume |
Prunus mume, bahasa Jepang: ume (梅:うめ ), nama umum: prem atau plum tiongkok[2][3][4] dan abrikos jepang[2] adalah spesies prem Asia dari famili Rosaceae yang ditanam untuk keindahan bunga atau diambil buahnya. Bunganya sering disebut bunga plum.[5] Pohon ini berasal dari dataran Tiongkok, berbunga antara akhir musim dingin dan awal musim semi. Bunganya sering dijadikan objek sastra dan seni lukis Asia Timur dan Vietnam.
Bunga Prunus mume sering dikaitkan dengan keindahan, kekuatan, dan kesucian karena putik muncul ketika pohon masih belum berdaun, dan suhu udara masih rendah (antara Januari dan Februari). Pohon ini dibawa ke Jepang dari Cina pada abad ke-6[6], dan dulunya ditanam untuk diambil buahnya sebagai obat. Di Jepang, pohon ini merupakan salah satu unsur dalam konsep sho chiku bai (pinus, bambu, dan ume) yang merupakan lambang kebahagiaan, dan juga dipakai sebagai lambang tahun baru.
Pemerian
Merupakan pohon peluruh, tingginya berkisar 6-10 meter. Daunnya bundar dan berbentuk menyerupai jantung. Warna daunnya hijau tua pada musim panas. Bunganya berdiameter sekitar 2,5 cm, mahkota bunga selapis atau bersusun, berwarna putih, merah jambu hingga merah, dan sedikit harum. Pohonnya tahan terhadap pemangkasan, sehingga sering dijadikan bonsai. Meskipun sudah tua, pohon ini masih dapat berbunga banyak.
Daun berwarna hijau muda tumbuh setelah mahkota bunga rontok. Buah muda keras, berwarna hijau tua, dan berubah menjadi kuning, serta kadang-kadang warnanya agak merah ketika sudah matang. Buah matang pada awal musim panas, sekitar bulan Juni di Asia Timur. Buah muda dan matang rasanya sama-sama masam. Musim hujan Asia Timur bertepatan dengan musim panen buah ume sehingga disebut méiyǔ (梅雨, arti harfiah hujan ume, bahasa Jepang: baiu atau tsuyu).
Kegunaan
Di Cina, sejak abad 200 SM, buahnya diasap untuk dibuat wumei (烏梅) obat tradisional antibakteri dan dipercaya bermanfaat bagi organ percernaan. Meskipun demikian, data ilmiah tidak cukup untuk menunjang klaim tersebut. Buah ini aman jika dikonsumsi dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Buah muda yang masih berwarna hijau mengandung hidrogen sianida dan sebaiknya tidak dikonsumsi.
Di Jepang, buah dipanen ketika sudah besar namun masih keras, digarami dan direndam di dalam cuka untuk dibuat umeboshi. Minuman beralkohol yang disebut umeshu dibuat dari merendam buah ume dalam shōchū dan gula batu. Panas, alkohol dan garam dapur dapat menurunkan kadar racun.
Referensi
- ^ Rehder, A. 1940, reprinted 1977. Manual of cultivated trees and shrubs hardy in North America exclusive of the subtropical and warmer temperate regions. Macmillan publishing Co., Inc, New York.
- ^ a b "Prunus mume (mume)". Royal Botanic Gardens, Kew. Diarsipkan dari versi asli tanggal November 9, 2011. Diakses tanggal August 9, 2011.
- ^ Tan, Hugh T.W.; Giam, Xingli (2008). Plant magic: auspicious and inauspicious plants from around the world. Singapore: Marshall Cavendish Editions. hlm. 142. ISBN 9789812614278.
- ^ Kuitert, Wybe; Peterse, Arie (1999). Japanese flowering cherries. Portland: Timber Press. hlm. 42. ISBN 9780881924688.
- ^ Fan, Chengda (2010). Treatises of the Supervisor and Guardian of the Cinnamon Sea (edisi ke-Translated). Seattle: University of Washington Press. hlm. LV. ISBN 9780295990798.
- ^ Levy-Yamamori, Ran (2004). Garden plants of Japan. ISBN 0-8819-2650-7.
Pranala luar
- (Inggris) The Japanese Apricot: Prunus mume
- (Jepang) Mengenai konsumsi buah aprikot Jepang