Lompat ke isi

Pabrik Gula Pohjejer

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 23 Agustus 2019 03.02 oleh Glorious Engine (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi ''''Pabrik Gula Pohjejer''' atau '''Suikerfabriek Pohdjedjer'''<ref>https://digital.library.adelaide.edu.au/dspace/bitstream/2440/21822/2/02whole.pdf</ref> adalah pabri...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Pabrik Gula Pohjejer atau Suikerfabriek Pohdjedjer[1] adalah pabrik yang letaknya paling selatan dari wilayah Mojokerto. Dibangun oleh taipan Tiongkok pemegang ijin peredaran opium (narkoba) di Surabaya, pabrik dengan tipe sedang tersebut terpaksa ditutup setelah dianggap tidak menguntungkan saat resesi melanda dunia. Nama Pohdjedjer sendiri dalam bahasa Jawa berarti pohon mangga yang berjejer.

Riwayat

Tahun 1890, Tjoa bersaudara, Tjoa Sien Hie dan Tjoa Djing Sing, menggandeng The Tjwie Liong untuk mendirikan sebuah pabrik gula di Mojokerto. Mereka mengajukan ijin dengan daerah Kawedanan Jabung sebagai lokasi menanamkan investasinya. Pabrik itu kemudian berdiri setahun setelahnya dengan lahan konsesi budidaya tebu mulai dari Desa Turi Gondang hingga Sendi di Pacet dengan luas 700 bauw.

Tjoa Sien Hie dan Tjoa Djing Sing adalah anak Tjoa Djien Ho, orang Tionghoa kaya di Surabaya. Selain mereka berdua ada juga nama Tjoa Sien Tik yang juga mewarisi harta dan kedudukan Tjoa Djien Ho. Ketiganya mendapat kududukan sosial tinggi sebagai kepala masyarakat Tionghoa di tempatnya masing-masing. Tjoa Sien Hien dan Tjoa Djien Sing tinggal di Surabaya dengan pangkat tituler Letnan China. Begitu pula Tjoa Sien Tik yang berpangkat Letnan China di Gresik. Sedangkan The Tjwie Liong adalah adik dari The Boen Hien, pemilik pabrik Gula Ketanen Kutorejo.

Sebelum mendirikan pabrik gula Pohjejer, kongsi itu terlebih dulu membeli pabrik gula Karah Surabaya pada tahun 1888. Pabrik yang terletak di tepi Sungai Mas itu dibeli dengan harga f.417,600 gulden. Harga yang dibayar pada pelelangan terbuka itu dianggap terlalu tinggi dibandingkan nilai jual umum saat itu. Pembelian yang bisa jadi sebuah perjudian usaha buat mereka. Kongsi itu berani berinvestasi besar karena Tjoa Sien Hie telah berpengalaman di bidang pengolahan tebu setelah tahun 1872 berhasil mengelola pabrik gula di Tawangsari Sidoarjo.

Selain bergerak di sektor gula, kongsi itu juga mengelola bisnis hotel. Mereka membeli Hotel Bellevue di Malang dijual seharga f.16,000 gulden dari orang Belanda. Pembelian-pembelian itu menunjukkan betapa kuatnya finansial yang mereka miliki.

Tjoa Sien Hien, lahir tahun 1838 di Surabaya, awalnya menjalankan bisnis perdagangan padi dan monopoli peredaran garam, dua produk pangan yang sangat penting. Selain memiliki rumah di Surabaya dimana dia ditetapkan sebagai letnan China tituler tahun 1887 dan sebelumnya menjadi Kapten China Surabaya tahun 1880, dia juga memiliki tempat tinggal di Pugeran Mojokerto. Rumah di Pugeran itu dilengkapi dengan areal pemakaman keluarga.

Anak tertua Tjoa Sien Hie, Tjoa Tjwan Khing (1857-1932) mengembangkan bisnis opium di Surabaya yang dirintisnya. Tahun 1889 Tjoa Tjwan Khing membeli lahan luas di Ngagel milik Rothenbuhler untuk digunakan sebagai lahan pengolahan opium dengan harga f.875.00 pada tahun 1890. Lahan dan bangunan bekas pabrik gula itu nantinya dijual kembali pada tahun 1917 ke pemerintah ketika daerah itu disiapkan jadi lahan industri.

Pabrik gula Pohjejer berkembang dengan baik. Hasil produksinya dibawa ke Surabaya dengan menggunakan kereta api yang percabangannya ada di Pacing. Jalur rel itu dibuat oleh NV Modjokerto Stomtram Mij (MSM) untuk melayni transportasi buat pabrik gula Ketanen Kutorejo, Tangunan Puri dan tentu saja Pohjejer di ujung selatan jalur tersebut. Keberhasilan itu tampaknya membuat Kongsi pengusaha gula lainnya kepincut dan ingin membelinya. Maka NV Eschauzier Concern pun melayangkan proposal akuisisi atas pabrik gula Pohjejer. Tawaran itu dilayanggkan tahun 1900 dan mencapai kesepakatan jual beli setahun kemudian. Tjoa Sien Hie, pendiri pabrik gula Pohjejer, meninggal tahun 1904

Setelah itu Pabrik Gula Pohjejer masuk dalam naungan Eschauzier Conccern yang juga memiliki banyak pabrik gula di Mojokerto. Untuk mengelola pabrik barunya itu kemudian dibentuklah anak perusahaan dengan nama NV. Cultuur Matschappij Pohdjejer. Perusahaan itu memberikan hasil yang lumayan buat induk perusahaan yang berkedudukan di Den Haag Belanda.

Tahun 1930 produksi pabrik gula Pohjejer terpaksa dihentikan karena datangnya krisis ekonomi di Eropa yang berimbas besar pada penjualan gula. Hanya beberapa pabrik milik Eschauzier Concern yang tetap dijalankan untuk menekan ongkos produksi. Pohjejer merupakan pabrik yang rasio keuntungannya kecil karena biaya produksinya tinggi. Besarnya biaya itu kemungkinan dipengaruhi oleh faktor geografi yang naik turun hingga membuat sulit pengangkutan bahan baku tebu dari sawah ke pabrik.

Tahun 1932 pabrik gula itu hampir berakhir riwayatnya. Usai badai resesi selesai, Eschauzier Concern yang berubah nama menjadi Nederland Indie Suiker Uni (NISU) minta bantuan Firma Mirandolle Vaute untuk menilai kelaikan pabrik itu. Secara langsung firma itu mengutus Gooren Jonckheer untuk meninjaunya. Hasil penilaian dinyatakan bila Pabrik Gula Pohjejer sebaiknya ditutup dan asetnya dialihkan ke pabrik gula yang masih sehat. Maka disarankan pada NISU agar aset dan lahan konsesi dialihkan ke Pabrik Gula Dinoyo dan pabrik gula Tangunan. Karena berhenti berproduksi maka tahun 1933 rel kereta api dibongkar oleh MSM.

Meskipun mendapatkan penilai minus dalam ongkos produksinya namun manajemen NISU berpikiran lain. Pabrik gula Pohjejer memiliki keunggulan tersendiri dari sisi hasil perhektarnya. Maka penutupan pabrik ditunda akhirnya diteruskan kembali hingga tahun 1938. Tahun itu persaingan pabrik gula begitu sengitnya hingga kemudian pabrik itu benar-benar diakhiri.

Referensi