Lompat ke isi

Batik Kalimantan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 30 Agustus 2019 02.29 oleh Briliant Pasha (bicara | kontrib) (Kalimantan juga mempunyai batik yang di­hasilkan dari teknik rintang lilin (wax resist).)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Kalimantan juga mempunyai batik yang di­hasilkan dari teknik rintang lilin (wax resist). Namun menyebut batik Kalimantan maka sering dikacaukan dengan kain tritik jum putan atau pun sasirangan, padahal secara teknis maupun tapak motif yang dihasilkan pun berbeda. Motif batik Kalimantan antara lain: motif Bayam Raja, Naga Balimbur, Jajumputan, Turun Dayang, Daun Jaruju, Kambang Tanjung, Batang Garing, Burung Enggau,Mandau, Gumin Tambun, Kambang Munduk, Dayak Latar Gringsing, dan lain sebagainya. Pada umumnya motif batik Kalimantan berkembang dari motif ukir kayu khas Dayak, namun ada juga motif yang terinspirasi dari flora dan fauna daerah setempat, serta pengaruh budaya pendatang. Batik Ketapang di Kalimantan Barat misalnya, merupakan batik Kalimantan dengan latar budaya Melayu. Motif Dayak Latar Gringsing merupakan perpaduan motif batik Dayak dengan motif batik Jawa. Berkembang pula batik Tidayu, corak ini terilhami dari tiga budaya sekaligus, yakni Dayak, Melayu, dan Tionghoa yang menghasilkan motif yang menarik. Motif batik Dayak mencerminkan budaya masyarakat Dayak. Istilah Dayak yang mempunyai arti “sungai”. Sehingga batik ini menggambarkan bermacam-macam aktivitas yang sering berkaitan dengan sungai. Secara umum batik Kalimantan memiliki ciri khas warna yang mencolok, berani, dan warna- warni. Dewasa ini berkembang pula batik di provinsi termuda Indonesia, yaitu Kalimantan Utara, batiknya dikenal dengan istilah Batik Borneo. Batik Borneo memiliki corak yang beragam dan motif lebih halus. Eksistensi batik Borneo semakin memperkaya khasanah budaya batik dari Kalimantan. Adapun motif batik Kalimantan yang mengandung makna filosofis tentang solidaritas hasilkan yaitu: motif Kambang Munduk, Kembang Mengalir, Namun Dayak Latar Gringsing, dan lain sebagainya. Motif Kambang Munduk mengandung makna keterikatan hubungan manusia dengan lingkungan, terjalinnya rasa saling melindungi, saling memberi. Motif Kembang Mengalir mengandung makna dukungan dari lingkungan atau solidaritas keluarga akan melancarkan kehidupan masa depan/pertunangan. Motif Dayak Latar Gringsing mengandung makna kerukunan atau akulturasi antar kebudayaan yang berbeda yaitu budaya Dayak dan Jawa, bahwa dari perbedaan yang ada bukan untuk permusuhan, tetapi untuk saling melengkapi.

Sumber: Jatra : Junal Sejarah dan Budaya - Vol. 13