Lompat ke isi

Jejak Sang Ajudan: Sebuah Biografi Pierre Tendean

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 31 Agustus 2019 12.03 oleh Tiara Renata (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi 'Awan mendung yang menyelimuti bangsa Indonesia di pekan pertama Oktober 1965 adalah antitesis yang melegitimasi peralihan Orde Lama menuju rezim Orde Baru. Titik balik...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Awan mendung yang menyelimuti bangsa Indonesia di pekan pertama Oktober 1965 adalah antitesis yang melegitimasi peralihan Orde Lama menuju rezim Orde Baru. Titik balik dari hegemoni kekuasaan itu pun tercatat sebagai sejarah kelam yang meletupkan banyak tumbal. Dari warga sipil hingga 7 perwira TNI AD ikut gugur sebagai perisai bangsa dalam peristiwa G30S.

Pada raga yang telah terbaring, tak ada kata sia-sia untuk sebuah pengorbanan demi berpendarnya ideologi Pancasila. Maka mendengungkan kisah tentang kesetiaan, nama Kapten Czi (Anumerta) Pierre Tendean yang kala itu menjadi ajudan sekaligus korban salah sasaran di rumah Jenderal A.H. Nasution adalah salah satu yang terus terkenang. Seketika karir cemerlangnya harus kandas terkubur bersama raga yang teramat belia. Namun, pengorbanan dan dedikasi pada pilihan hidup membuatnya layak disemati gelar sebagai Pahlawan Revolusi.

Pribadi yang begitu hidup dan sifat kestaria yang sudah terpancar semenjak kecil adalah alasan Pak Nas menunjuk Pierre sebagai ajudannya. Pun demikian dengan segenap kiprah serta prestasi monumentalnya di dunia militer Indonesia yang membuat namanya terus diperbincangkan hingga beberapa dekade sejak kematiannya.

Banyak yang mengernyitkan dahi, mengapa sosok se-flamboyan Pierre yang blasteran Prancis - Minahasa itu memilih jalan untuk menjadi seorang prajurit. Namun justru berangkat dari sinilah benang merah takdir perjalanan hidup si ‘Robert Wagner Van Bumi Panorama’ itu dibentangkan. Apa yang melatarbelakangi pilihannya dan bagaimana sosok sang ajudan tersebut dalam lingkaran kehidupannya? Ramuan dalam buku ini akan mengajak para generasi muda untuk mereguk nilai-nilai keteladanan, perjuangan, serta saripati sejarah dengan suguhan visual yang lebih berwarna! (Buku ini menampilkan foto-foto bersejarah yang telah direstorasi/ re-coloring)

Jejak Sang Ajudan menjadi buku biografi pertama tentang Pierre Tendean yang terbit di era 2000-an dan sekaligus menjadi buku pertama di Indonesia yang berisi foto-foto bersejarah yang telah direstorasi (diwarna ulang oleh @tukangpulas). Ditulis sejak Februari 2018 dengan proses pendalaman sejak tahun 2014 dan kemudian baru dirilis pada Agustus 2018. Menggunakan konsep dan kerangka berpikir (yang nantinya akan dilanjutkan pada buku-buku selanjutnya) serta cara bertutur dan kemasan yang lebih kekinian, buku ini diharapkan mampu menggugah kesadaran generasi millennial untuk mencintai kembali sejarah bangsa Indonesia.