Minyak samin
Minyak samin (bahasa Arab: سمن, samn) atau ghee (Hindi घी, Urdu گھی, Punjabi ਘੋ, Kashmiri ग्याव/گیاو - dari Sanskerta ghṛtə घृतterang) adalah mentega dari lemak hewani (sapi, kerbau, kambing, unta) yang dimurnikan (mentega swalemak). Berasal dari kawasan timur laut anak benua India, minyak ini diproduksi secara luas di anak benua India, Asia Tenggara, Timur Tengah, Afrika Utara, dan Afrika Timur.[1]
Minyak samin dipakai sebagai minyak goreng dalam berbagai resep masakan Asia Selatan (India dan masakan Pakistan), masakan Asia Tenggara, dan masakan Timur Tengah. Di Indonesia dikenal minyak samin padat dari lemak nabati (kelapa sawit). Di Saudi Arabia minyak samin yang umum dipergunakan ialah minyak samin hewani. Perbedaan minyak samin nabati dan hewani ialah pada aroma, lemak samin nabati tidak jauh berbeda dengan mentega biasa, sedangkan minyak samin hewani memiliki aroma gurih selayaknya butter. Di India minyak samin yang umum dipakai adalah yang nabati, sedangkan di jazirah Arab jenis minyak samin hewani yang umum dipergunakan untuk memasak. [2] Masakan Indonesia yang memakai minyak samin, misalnya martabak, nasi kebuli, sop kambing, mughalghal, martabak india, dan soto betawi.
Pembuatan
Mentega tawar dimasak di dalam panci dengan api kecil hingga semua air menguap dan protein mengendap. Bagian yang cair dan jernih perlahan-lahan diambil dengan menyisakan bekuan protein susu di dasar. Berbeda halnya dari mentega, minyak samin tahan lama disimpan tanpa harus disimpan ke lemari es asalkan dimasukkan ke dalam kemasan kedap udara agar bebas dari uap air dan mencegah oksidasi[3]
Keagamaan
Dalam agama Hindu, ghee dipakai sebagai minuman dewa dalam ritual persembahan minuman dan perminyakan. Bahkan ada himne untuk ghee.[4] Penganut Hindu membakar ghee sewaktu melakukan ritual Aarti, dan sebagai minyak lampu untuk lampu ucapan bersyukur yang disebut diya atau deep. Selain itu, ghee dipakai dalam pesta perkawinan, pemakaman, dan memandikan murti.
Dalam perayaan keagamaan lainnya, ghee dipakai sewaktu berdoa kepada Siwa dalam perayaan Maha Shivaratri, dipakai sewaktu memandikan lingga bersama empat benda suci yang lain: gula, susu, yogurt, dan madu ( lima persembahan suci atau panchamrut). Dalam Mahabharata buku Anusasana Parwa, Bisma berkata bahwa tidak ada pengorbanan yang dapat dilakukan tanpa bantuan yogurt dan ghee.[5] Dalam jumlah besar, ghee dipakai sebagai barang persembahan sewaktu melakukan yadnya (homam) karena dipercaya sebagai makanan dewa.
Referensi
- ^ "Butter and Milk Fat Products". The technology of traditional milk products in developing countries. Food and Agriculture Organization. Diakses tanggal 2009-07-01.
- ^ Pahan, Iyung. Paduan Lengkap Kelapa Sawit. Niaga Swadaya. ISBN 9-7948-9995-X.
- ^ "Ghee -- Indian clarified butter". food-india.com. Diakses tanggal 2009-07-01.
- ^ [Language and Style of the Vedic Rsis, Tatyana Jakovlevna Elizarenkova (C) 1995, p. 18.]
- ^ "Cows are Sacred". Mahabharata, Anusasana Parva Sections LXXXIII - LXXVII - LXXVI. A - Z Hinduism. Diakses tanggal 2009-07-01.
Pranala luar
- (Inggris) Cara membuat ghee