Lompat ke isi

Mustafa Kemal Atatürk

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 5 Februari 2005 14.41 oleh 203.130.255.177 (bicara)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Latar Belakang

Mustafa lahir pada tanggal 12 Maret 1881 di suatu kawasan miskin di Salonika (kini di Yunani). Ayahnya Ali Riza ialah bekas pegawai rendahan di kantor pemerintah. Setelah 2 kali gagal berbisnis, ia sedih dan jadi pemabuk untuk melipur lara, sampai ia mati akibat TBC saat putranya berumur 7 tahun.

Istrinya Zubeyde-wanita buta huruf-menjadi ibu dan rumah tangga. Beda dengan suaminya, ia seorang Muslimah taat. Seperti para wanita Turki saat itu, seluruh hidupnya difokuskan pada masa depan putra tertuanya Mustafa. Karena taat Islam, ia berharap Mustafa menjadi ulama faqih.

Pendidikan

Namun ternyata Mustafa berbeda pendirian. Ia menjadi remaja pemberontak. Ia melawan segala bentuk peraturan, kasar, dan kurang ajar pada gurunya. Di depan kawannya, ia sangat arogan dan penyendiri. Ia enggan bermain dengan para kawannya sehingga dibenci kawannya. Jika diganggu, ia sering melawan dengan kekerasan.

Suatu kali, karena kasar dan kurang ajar, gurunya gelap mata dan memukulinya hingga melukai perasaannya. Mustafa lari dari sekolah dan tak mau kembali. Walau ibunya membujuknya kembali ke sekolah, ia tetap menolak. Zubeydepun putus asa, dan tak tau harus apa ia. Akhiranya datang usul dari salah satu pamannya agar memasukkan Mustafa ke sekolah militer Salonika. Pertimbangannya : Zubeyde tak usah mengeluarkan biaya pendidikan-sebab sekolah itu dibiayai negara; jika prestasi Mustafa bagus, ia bisa jadi perwira, kalau tidak ia tetap jadi prajurit. Jadinya, apapun kejadiannya, kehidupan Mustafa tetap terjamin.

Walau tak sepakat, namun Zubeyde tak bisa membendung Mustafa (12) untuk meminta salah satu kenalan ayahnya membantunya masuk sekolah militer. Ia ikut seleksi dan lulus jadi kadet. Di sinilah, ia menemukan dunianya. Ia mampu menunjukkan prestasi akademik yang bagus, sehingga salah satu pelajar menjulukinya "Kemal" artinya kesempurnaan. Karena pandai matematika dan kemiliteran, ia dipromosikan sebagai staf pengajar. Di posisi ini, Mustafa Kemal berkesempatan mempertunjukkan kekuasaannya. Setelah mencapai nilai tertinggi dalam ujian akhir, ia lulus dengan gelar kehormatan pada Januari 1905 sebagai kapten.

Menentang Khilafah

Saat itu, Mustafa Kemal bergabung dengan perkumpulan mahasiswa nasionalis fanatik, yang dikenal sebagai Vatan (Tanah Air). Para anggotanya menganggap dirinya kelompok revolusioner yang menentang pemerintahan Sultan Abdul Hamid II, yang memberangus segala pemikiran "liberal" yang merongrong pemerintahan Islam. Kelompok ini selalu menyalahkan Islam yang dianggap membuat Turki terbelakang dan terus-terusan menyebarkan kebencian terhadap syari'at yang dianggap kolot, serta menjadikan ajaran-ajaran sufi sebagai tertawaan. Anggotanya bersumpah melengserkan sultan dan menggantinya dengan sistem pemerintahan Barat dengan konstitusi dan parlemen, menghancurkan otoritas para ulama, menghapus jilbab dan kerudung, serta mendeklarasikan kesetaraan gender. Tak lama bergabung, Mustafa Kemal menjadi pemimpinnya.

Kesempatan untuk memperluas pengaruhpun datang. Begitu Sultan Abdul Hamid II diturunkan Gerakan Turki Muda pada 1908, Komite Persatuan dan Kemajuan mengundangnya bergabung. Namun sebagai pendatang baru, ia mesti melaksanakan sejumlah perintah dari pimpinan organisasi, sedang sifat dasarnya menuntut agar ia jadi pemimpin, sehingga Mustafa Kemal gelisah dan tak puas. Ia sama sekali tak menghargai para anggota lain, yang dianggapnya menghalangi kemauannya. Ia membenci Perdana Menteri Pangeran Said Halim Pasha (1865-1921) dan Menteri Perang Anwar Pasha (1882-1922), yang sering melawan pendapatnya.

10 tahun berikutnya, ia kembali menekuni kemiliteran seperti sebelumnya. Pelan-pelan, berkat pribadi keras dan kecerdasannya, ia merengkuh makin banyak kekuasaan politik. Ia menghabiskan malam dengan mengadakan rapat rahasia untuk merencanakan makar, yang diharapkan menghasilkan kekuasaan absolut baginya.

Dipuja sebagai 'Pahlawan'

Kesempatan mulai terbuka, saat akhir PD I Mustafa Kemal memimpin pasukan pertahanan Turki melawan Pasukan Sekutu Eropa yang ingin memecah belah kekuatan "Orang Sakit dari Eropa" dan menghancurkannya dengan cepat. Dengan usahanya merintangi penjajahan Sekutu dan membangkitkan semangat rakyat untuk berjuang sampai mati untuk tanah airnya, ia menjadi pahlawan nasional. Saat Yunani kalah dan Turki menang, rakyat mabuk kemenangan, dan memujanya sebagai sang Penyelamat. Ia digelari Pembela Kebenaran, dan berbagai pengakuan para diplomat asing makin meneguhkan kedudukannya sebagai pahlawan Turki melawan Barat (Catatan : Semua 'perjuangan' Mustafa Kemal tak lebih merupakan bagian skenario Barat menghancurkan khilafah Islamiyah Turki Utsmani).

Mustafa Kemal menyatakan keinginannya membangun Turki dalam batas-batas alamiahnya menjadi bangsa kecil tapi kompak, sejahtera, modern, dan dihormati negara lain. Ia yakin hanya ia yang mampu mewujudkannya.

Tidak lama setelah berkuasa, ia menyatakan tegas bahwa ia akan menghancurkan puing reruntuhan Islam dalam kehidupan bangsa Turki. Hanya dengan mengeliminasi segala hal berbau Islam, Turki bisa 'maju' menjadi bangsa modern yang dihormati, sehingga tanpa ragu ia menyerang Islam dan pilarnya.

Keruntuhan Khilafah

Saat pengangkatan Sultan Abdul Mejid II, Mustafa Kemal menolah melakukan melakukan upacara tradisi yang biasa dilakukan. Pada 3 Maret 1924, ia mengajukan UU yang menghapuskan kholifah selamanya dan mendirikan negara Turki Sekuler. Walau begitu, sebelum UU itu diperkenalkan, ia berusaha membungkam suara penentangnya dengan mengancam dengan hukuman mati bagi para pengkritik pendapatnya.

Akhirnya UU berhasil disahkan tanpa perdebatan dan kholifah sekeluarga diasingkan ke Swiss. Rezim baru menetapkan :

"Pembukaan Konstitusi (baru) Turki menyatakan kebulatan tekad untuk melaksanakan reformasi bangsa Turki, sedangkan Pasal 153 melarang segala bentuk upaya yang menghalangi proses reformasi tersebut. Dinyatakan bahwa,

Tak ada ketentuan dalam konstitusi ini yang menganggap tidak sah berbagai UU berikut ini yang bertujuan membangkitkan bangsa Turki menuju peradaban masa kini, serta untuk menjaga karakter sekular negara yang telah ditetapkan konstitusi melalui PemilU ;

1. UU tentang penyatuan (dan sekulerisasi) pendidikan pada tanggal 3 Maret 1924.

2. UU tentang penutup kepala, pada tanggal 25 November 1925.

3. UU tentang penutupan biara dan kuburan para darwis, penghapusan kantor penjaga makam, dan peraturan tentang penghapusan dan pelarangan gelar-gelar tertentu pada tanggal 30 November 1925.

4. Peraturan sipil tentang pernikahan pada tanggal 17 Februari 1926.

5. UU tentang pengambilan angka internasional pada tanggal 20 Mei 1928.

6. UU tentang pengambilan dan penerapan alfabet (Latin) Turki serta pelarangan tulisan Arab, pada tanggal 1 November 1928.

7. UU tentang penghapusan gelar-gelar dan sebutan seperti Efendi, Bey, atau Pasha pada 26 November 1934.

8. UU tentang larangan memakai busana tradisional pada 3 Desember 1934.

Segala bentuk pengingkaran terhadap gerakan Ataturkisme tidak dimungkinkan dan tidak dapat dipahami oleh masyarakat. Tidak dimungkinkan karena konstitusi melarangnya, dan tidak dapat dipahami karena orang-orang Turki, baik tua maupun muda, telah menerima segala konsekuensi reformasi, dan westernisasi tetap menjadi kata-kata ajaib yang menjanjikan kehidupan yang lebih sejahtera."

Kehidupan Pribadi

Pada masa reformasi tersebut, Mustafa Kemal menikahi wanita cantik berlatar belakang pendidikan Eropa bernama Latife. Pada masa perjuangan Turki, ia didorong suaminya berpakaian lelaki dan menuntut kesetaraan gender. Namun, saat ia tegas minta diperlakukan dan dihormati sebagaimana mestinya seorang istri, dengan kasar ia menceraikan dan mengusirnya. Setelah bercerai, ia jadi lelaki tak tau malu dan tak mengenal batas. Ia menjadi peminum berat dan tak bisa lepas dari MiRas. Sejumlah lelaki muda tampan, istri, dan putri pendukungnyapun menjadi objek pemuas syahwat dan korban agresi vital nafsunya, sampai ia menderita penyakit kelamin.

HG. Armstrong menggambarkan kepribadiannya :

"Mustafa selalu menjadi seorang penyendiri, soliter, dan suka bekerja sendirian. Tak seorangpun yang dipercayainya. Ia tak ingin mendengar pendapat yang bertentangan dengan keinginannya. Ia tak segan mencemooh orang lain yang berani menentang pendapatnya. Iapun sangat pencemburu. Seorang yang cerdas dan memiliki kemampuan dipandang sebagai bahaya yang harus segera disingkirkan. Musthafa suka mencela kemampuan orang lain, dan biasa mencemarkan nama baik dan mencemooh tindakan orang lain dengan ganas, sekalipun terhadap pengikutnya sendiri. Ia jarang mengucapkan kata-kata yang manis, dan kalaupun diucapkan pasti dilakukan secara sinis. Ia tak pernah mempercayai siapapun dan tak mempunyai seorangpun teman dekat. Teman-temannya hanyalah beberapa orang fasik yang biasa minum bersama, menjadi kaki tangannya, dan setia mendengarkan kesombongannya. Semua orang yang terhormat, yang pernah bekerja sama dengannya pada masa perjuangan kemerdekaan, telah berubah memusuhinya."

Diktator Turki

Sebagaimana para diktator yang enggan memiliki lawan, Mustafa Kemal selalu memakai kesempatan menghancurkan lawan politiknya.

Polisi rahasia bekerja secara efektif. Melalui peryiksaan, pemukulan, atau cara apapun yang dikehendaki, polisi harus mendapatkan bukti yang cukup memberatkan untuk menangkapi para pemimpin kelompok oposisi. Pengadilan otonom diterapkan kepada mereka, sehingga tanpa prosedur atau bukti yang kuat pengadilan bisa menjatuhkan hukuman gantung kepada mereka.

Surat permohonan hukuman mati dikirim untuknya di rumahnya di Khan Kaya untuk mendapat tanda tangan persetujuan. Salah satu surat permohonan hukuman mati ialah buat Arif, yang setelah berdebat dengan Mustafa Kemal kemudian bergabung dengan kelompok oposisi. Arif sebelumnya ialah pengikut loyalnya, yang bahu membahu saat perjuangan kemerdekaan. Ialah satu-satunya teman yang pernah menjadi tempat Mustafa Kemal mengungkapkan isi hatinya. Diriwayatkan saat surat permohonan hukuman mati bagi Arif disampaikan buatnya, air muka Mustafa tak berubah sama sekali. Ia tak memberi catatan yang meringankan atau kelihatan ragu. Saat itu, ia merokoq. Lalu diletakkannya rokoq ke asbak dan menandatangani surat permohonan hukuman mati seperti ia menandatangani surat-surat rutin lain tiap hari.

Ia ingin membuat segalanya berjalan dengan sempurna. Malam itu juga, ia berpesta dansa di Khan Kaya. Tiap orang harus datang-hakim, anggota kabinet, DuBes, MenLu, bangsawan, dan wanita cantik. Singkatnya seluruh Ankara harus merayakannya.