Tradisi Cengbeng
Tradisi cengbeng [qing ming jie] adalah tradisi wajib orang tionghoa. Ini adalah tradisi menghormat kepada leluhur yang dilakukan setidaknya sekali dalam setahun. Cengbeng selalu jatuh antara tanggal 4 - 6 April (kalender masehi) setiap tahun, sepuluh hari sebelum dan sesudah peringatan Cengbeng ini orang – orang pergi ke makam, rumah abu atau pantai untuk berdoa bagi para leluhur yang telah meninggal. Semasa peringatan Cengbeng inilah, makam – makam dibersihkan dan diperbaiki. Bagi sebagian besar orang tionghoa, memperbaiki makam atau sekedar membersihkannya diluar masa Cengbeng sangat tidak dibenarkan.
Makam leluhur sangat penting artinya bagi orang tionghoa. Penentuan letak makam dan arah serta berbagai ukurannya selalu diperhatikan dari sisi fengshui, termasuk juga masa untuk berkunjung ke makam, hal ini dipercaya sangat berhubungan erat dengan keharmonisan dan kesejahteraan anggota keluarga lain yang ditinggalkan.
Anggota keluarga yang meninggal dunia biasanya dimakamkan atau diperabukan. Jika diperabukan, abunya dapat dititipkan ke rumah – rumah abu, ditempatkan di rumah dengan altar khusus atau disebar dilaut. Sehingga bagi keluarga yang ditinggalkan, peringatan Cengbeng dapat dilakukan dirumah abu jika abunya dititipkan disana, dirumah jika abunya disimpan dirumah (sudah jarang dilakukan), atau dilakukan di pantai jika abunya disebar dilaut.
Latar Belakang
Jie Zhitui
Pada mulanya, tradisi Cengbeng dicetuskan oleh putra mahkota Chong Er dari Dinasti Tang. Suatu hari karena difitnah oleh salah seorang selir raja, Chong Er terpaksa melarikan diri ke gunung bersama para pengawalnya. Kelaparan karena tidak membawa bekal makanan, salah seorang pengawal bernama Jie Zhitui memotong bagian badannya dan memasaknya untuk sang putra mahkota agar tidak mati kelaparan. Mengetahui pengorbanan pengawal setianya itu, Chong Er merasa sedih, tetapi Jie menghibur sang putra mahkota dan memintanya agar tetap teguh bertahan hingga Chong Er dapat kembali ke istana dan merebut tahta dari selir raja yang telah memfitnahnya.
Tiga tahun lamanya mereka bertahan hidup dalam kelaparan di gunung hingga akhirnya sang selir meninggal dunia. Sepasukan tentara menjemput Chong Er untuk kembali ke istana, saat itu dia melihat Jie Zhitui mengemasi sebuah tikar tua ke atas kuda. Chong Er mentertawakannya dan meminta Jie untuk membuang tikar itu, tetapi Jie menolaknya dan berkata,”...hanya penderitaan yang dapat hamba bagi bersama paduka, bukan kemakmuran...”. Jie berpamitan kepada Chong Er untuk tetap tinggal di gunung bersama ibunya.
Setelah Chong Er kembali ke istana, dia bermaksud mengundang Jie Zhitui, tetapi Jie tidak berhasil ditemukan. Chong Er memerintahkan tentara untuk membakar hutan digunung itu agar Jie segera keluar menemuinya. Yang terjadi malah sebaliknya, mereka menemukan Jie Zhitui mati bersama ibunya dibawah pohon willow. Chong Er sangat sedih melihat pengawal setianya itu malah mati karena keinginannya. Sejak itu Chong Er memperingati hari itu sebagai hari Hanshi. Pada saat peringatan Hanshi ini, kaisar tidak mengijinkan siapapun menyalakan api untuk memasak, sehingga peringatan ini juga dikenal dengan sebutan Perayaan Makanan Dingin.
Kaisar Xuanzong
Sedangkan tradisi peringatan Cengbeng sendiri sebenarnya dicetuskan oleh kaisar Xuanzong dari Dinasti Tang pada tahun 732. Kaisar saat itu menilai kebiasaan masyarakatnya terlalu sering melaksanakan upacara bagi pada leluhur dan berbiaya mahal sehingga seringkali menyusahkan mereka sendiri. Kaisar menitahkan sejak saat itu upacara bagi para leluhur cukup dilakukan pada pertengahan musim semi atau Cengbeng saja.
Dinasti Qing
300 tahun yang lalu pada masa pemerintahaan Dinasti Qing (1644 – 1911), tradisi peringatan Hanshi digabungkan dengan upacara Qingming (Cengbeng), lama kelamaan peringatan Hanshi mulai memudar dan tinggal tradisi Cengbeng yang bertahan hingga sekarang sebagai salah satu upacara penting bagi masyarakat tionghoa diseluruh dunia.
Di beberapa negara di Asia, peringatan Cengbeng dianggap sangat penting artinya dan diperingati sebagai hari libur nasional selama beberapa hari. Selain perayaan Tahun Baru Imlek, Cengbeng adalah tradisi penting bagi masyarakat tionghoa, karena pada masa inilah seluruh anggota keluarga berkumpul bersama menghormat dan memperingati leluhur mereka.