Lompat ke isi

Komando Mandala

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konflik Papua Bagian Barat
Berkas:Handbook-map.jpg
Peta Papua bagian barat pada tahun 1960-an
Tanggal19 Desember 1961 - 15 Agustus 1962
LokasiPapua bagian barat
Hasil Papua bagian barat digabungkan kepada Indonesia.
Pihak terlibat

 Indonesia

 Uni Soviet[1]

 Belanda

Tokoh dan pemimpin
Soekarno Jan de Quay
Kekuatan
Tidak diketahui Tidak diketahui
Korban
Tidak diketahui Tidak diketahui

Komando Mandala atau disingkat KOLA, adalah sebuah komando yang dibentuk oleh Soekarno pada tanggal 2 Januari 1962 setelah Operasi Trikora dikomandokan di Yogyakarta, melalui keputusan Presiden No. I/1962. Komando Mandala dibentuk untuk membebaskan Irian Barat, bersifat gabungan yang mempunyai wilayah meliputi:

Komando ini berpusat di Makasar, Sulawesi Selatan.

Berkat Komando Mandala, Ellsworth Bunker, perwakilan Amerika Serikat mengajukan usul terhadap permasalahan Belanda - Indonesia yang akhirnya dapat di selesaikan dengan Irian Barat kembali ke tangan Indonesia.

Latar belakang

Ketika tentara Jepang mengalami kekalahan di Asia, dari Sekutu, maka di Indonesia mulai masuk AFNEI (Allied Forces Netherland East Indies) bersama Belanda melalui NICA yang bertujuan mengambil alih pendudukan Jepang di Indonesia. Dan sesuai perjanjian Konferensi Meja Bundar, Belanda mengakui kedaulatan Indonesia tanpa syarat kecuali Irian Barat. Indonesia ingin agar semua daerah bekas penjajahan Hindia Belanda menjadi wilayahnya, namun Belanda menolaknya. Dan sesuai keputusan dari Konferensi Meja Bundar, persoalan Irian Barat akan diselesaikan setahun setelah terbentuknya Republik Indonesia Serikat ( RIS ). Namun pada 19 Februari 1952, Belanda secara diam-diam melanggar hasil keputusan dari KMB dengan memasukkan wilayah Irian Barat ke dalam konstitusinya.[2]

Setelah Indonesia mencoba beberapa kali melalui usaha diplomasi melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa mengalami kegagalan, maka dimulai usaha melalui operasi militer dengan diinstruksikannya Trikora oleh presiden Soekarno di Yogyakarta pada 19 Desember 1961 melalui Keputusan Presiden Nomor I/1962 tentang perintah pembentukan Komando Mandala (KOLA) untuk membebaskan Irian Barat, dimana komando ini bersifat gabungan, dan bertugas sebagai berikut:[2]

  1. Melaksanakan Trikora dengan melakukan operasi militer untuk merebut Irian Barat yang diduduki Belanda.
  2. Memimpin dan mempergunakan pasukan bersenjata maupun segala macam barisan perlawanan rakyat dan lain-lain sebagai kekuatan Nasional yang berada di Irian Barat.[3]

Tanggal 11 Januari 1962, Presiden Soekarno menunjuk Brigjen TNI Soeharto (sebelumnya beliau menjabat sebagai Deputi I Kepala Staf Angkatan Darat dan Komandan Pasukan Tjadangan Umum Angkatan Darat),[4] sebagai Panglima Komando Mandala, dengan pelantikannya dilaksanakan pada 13 Januari 1962, dimana pangkatnya dinaikkan satu tingkat menjadi Mayor Jenderal. Kedudukannya berada langsung dibawah Panglima Besar Komando Tertinggi Pembebasan Irian Barat (Pangbes KOTI/Permirbar) yang juga dijabat oleh Presiden Soekarno. Dalam posisinya sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI)/Pangbes KOTI/Permirbar, beliau mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 1962 dengan isi sebagai berikut:

  1. Merencanakan, mempersiapkan dan menyelenggarakan operasi-operasi militer dengan tujuan mengembalikan wilayah Irian Barat ke dalam kekuasaan Negara Republik Indonesia.
  2. Mengembangkan situasi militer di wilayah Irian Barat sesuai dengan taraf perjuangan di bidang diplomasi, agar dalam waktu sesingkat-singkatnya, di wilayah Irian Barat secara de facto dapat diciptakan daerah-daerah bebas atau didudukan unsur-unsur kekuasaan Pemerintah Daerah Republik Indonesia.[2]

Operasi Militer ini direncanakan dalam tiga tahap, dimana tahap pertama adalah tahap Inflitrasi (sampai akhir 1962), yaitu tahapan pendaratan pasukan dari udara dan laut dengan tujuan untuk penguasaan wilayah dan membawa serta rakyat Irian Barat untuk membebaskan wilayahnya. Tahap kedua, adalah tahap Eksploitasi (mulai awal 1963) dengan mengadakan serangan terbuka kepada pusat militer Belanda dan semua pos militer pentingnya. Dan tahap ketiga adalah tahap Konsolidasi (awal 1964), yaitu menegakkan kekuasaan Republik Indonesia secara mutlak di seluruh wilayah Irian Barat.[5]

Struktur Komando Mandala

Saat dibentuknya KOLA, negara dalam keadaan sulit dan untuk melaksanakan operasi, kesiapan pasukannya belum maksimal, sehingga Panglima KOLA meminta wewenang untuk mempersiapkan operasi gabungan dan membentuk kawasan perang dengan wilayah Irian Barat dan Indonesia Bagian Timur, sehingga KOLA disusun dalam dua bagian, meliputi:

  1. Staf Umum ; Bertindak dalam bidang koordinasi Operasional
  2. Staf Khusus; Bertindak dalam bidang koordinasi

Dalam hal ini, pemegang kendali operasi Komando Pasukan Gabungan Mandala dipegang oleh Panglima KOLA.

Komponen utama dari KOLA adalah:[6]

  1. Angkatan Darat Mandala (ADLA)
  2. Angkatan Laut Mandala (ALLA)
  3. Angkatan Udara Mandala (AULA)
  4. Komando Pertahanan Udara Gabungan Mandala (Kohanudgabla)
  5. Dalam Komando Pasukan Gabungan Mandala, setiap komponen dipimpin oleh seorang Panglima Komponen Utama. Secara operasional berada dibawah Panglima Mandala, namun secara admisnitratif langsung di bawah panglima angkatan masing-masing. Sedangkan Angkatan Kepolisian, saat itu belum termasuk angkatan bersenjata.

Komando ini memiliki tiga tingkat yang mempunyai rantai komando sebagai berikut:[2]

  1. Komado Operasi Tertinggi (KOTI), yang bertugas untuk menetapkan pokok-pokok strategi militer.
  2. Komando Mandala (KOLA), yang bertugas untuk membuat dan melaksanakan rencana kampanye.
  3. Komponen Angkatan, yang bertugas untuk menyusun dan mengeluarkan konsep operasi berdasarkan strategi militer KOLA.


Referensi

  1. ^ "Indonesia and the U.S.S.R". The Sydney Morning Herald. 13 May 1965. hlm. 2. Diakses tanggal 19 February 2015. 
  2. ^ a b c d Saragih 2019, hlm. 45 - 51.
  3. ^ ABRI, Pusjarah (1995). Trikora Pembebasa Irian Barat. Jakarta: Pusjarah ABRI. hlm. 92. 
  4. ^ Tempomedia (2013-10-14). "Komando Seribu Mata-mata". Tempo. Diakses tanggal 2019-11-16. 
  5. ^ Saragih 2019, hlm. 3-5.
  6. ^ Ditwatpersau, Subdisjarah (1996). Perjuangan AURI Dalam Trikora. Jakarta: Ditwatpersau. hlm. 17. 

Daftar Pustaka

Saragih, Maylina (2019). Heroisme PGT Dalam Operasi Serigala. Subdisjarah Dispenau. 

Pranala luar