Lompat ke isi

A-4 Skyhawk

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
A-4 Skyhawk
A-4 milik TNI AU
TipePesawat serang
PerancangEd Heinemann
Terbang perdana22 Juni 1954
Diperkenalkan1 Oktober 1956
Dipensiunkan2003, Angkatan Laut AS
1998, Marinir AS
2015, Angkatan Udara Israel
2001, Angkatan Udara New Zealand
StatusPenggunaan terbatas di kalangan pengguna di luar Amerika Serikat
Pengguna utamaAL AS (sejarahnya)
Marinir AS (sejarahnya)
Pengguna lainIndonesia dan banyak negara lainnya
Jumlah produksi2.960 buah
Harga satuanUS$ 2,8 - 3,8 juta
VarianLockheed Martin A-4AR Fightinghawk

McDonnell Douglas A-4G Skyhawk

ST Aerospace A-4SU Super Skyhawk

A-4 Skyhawk atau Douglas A-4 Skyhawk adalah pesawat serang jet tempat duduk tunggal berkecepatan sub-sonic yang awalnya dirancang untuk keperluan Angkatan Laut Amerika Serikat dan Korps Marinir Amerika Serikat di awal tahun 1950-an. Pesawat jet ini memiliki sayap berbentuk delta dan bermesin tunggal turbojet, dirancang dan diproduksi oleh Douglas Aircraft Corporation (yang kemudian menjadi McDonnell Douglas) dan awalnya diberi nama A4D sesuai dengan sistem penamaan proyek dalam Angkatan Laut Amerika Serikat pra-1962.

Pesawat ini sebenarnya cukup ringan dengan berat minimum untuk lepas landas seberat 24.500 pounds (11.100 Kg) dan memiliki kecepatan tertinggi lebih dari 670 Mile per jam (1.080 Km/H). Ia bisa dilengkapi dengan beberapa peralatan misalnya, pelbagai macam peluru kendali, bom dan amunisi lainnya. Pesawat ini juga membawa bom seberat yang pernah dibawah oleh pesawat Perang Dunia II, pesawat pengebom Boeing B-17, bahkan bisa membawa Peluru kendali berhulu ledak Nuklir menggunakan sistem pengeboman "low-alltitude" dan teknik "loft delivery technique". Awalnya ia ditenagai oleh mesin Wright J65 turbojet engine; dan baru mulai tipe A-4E dan seterusnya, ditenagai oleh mesin dari Pratt & Whitney J52.

Skyhawk memainkan banyak peranan penting selama Perang Vietnam, Perang Yom Kippur, dan Perang Falkland. Tepat enam puluh tahun sejak pesawat ini diperkenalkan ke umum di tahun 1954, tidak kurang dari 2,960 buah diproduksi (hingga Pebruari 1979)[1] dan ada yang masih dipakai, antara lain oleh Angkatan Udara Argentina dan Angkatan Laut Brazil.

Desain dan Pengembangan

Prototipe XA4D-1 di tahun 1954
Desain kedua, A4D-1

Skyhawk dirancang oleh Ed Heinemann dari Douglas Aircraft Company sebagai tanggapan atas kebutuhan AL AS akan pesawat serang bertenaga jet sebagai pengganti dari Douglas AD Skyraider (nantinya diberi nama A-1 Skyraider).[2] Heinemann memilih desain yang meminimalisir ukuran, berat, dan kompleksitas. Hasilnya adalah sebuah pesawat jet yang beratnya hanya setengah dari berat spesifikasi AL AS.[3] Pesawat ini memiliki sayap kompak sehingga tidak perlu dilipat untuk penyimpanan di dalam sebuah Kapal Induk. Sebanyak 500 buah produksi contohnya, hanya berharga US$ 860.000 saja sangat jauh dari anggaran yang diberikan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat yang sebesar US$ 1.000.000 maksimum.[1] Skyhawk yang berukuran kecil ini kemudian segera menerima julukan "Scooter", "Kiddiecar", "Bantam Bomber", "Tinker Toy Bomber", dan karena kinerja yang cepat, dijuluki "Heinemann’s Hot-Rod".[4] Namun di kalangan para penerbangan TNI AU, ia terkenal sebagai "Si Bongkok".[5] Sedangkan protitpe XA4D-1 sempat mencatatkan kecepetan tertinggi hingga 695.163 mil per jam pada 15 Oktober 1955.[6]

Pesawat ini memiliki desain konvensional pasca Perang Dunia II, dengan sayap delta terpasang rendah di badan pesawat, roda pendaratan sistem tiga roda, dan sebuah mesin turbojet di bagian belakang badan pesawat, dengan dua intakes udara di sisi badan pesawat.[7] Ekornya memiliki desain cruciform, dengan stabilisator horisontal terpasang di atas badan pesawat. Persenjataannya terdiri dari dua kanon Colt Mk 12, 20 mm (kaliber 0.79), satu di setiap ujung sayap, dengan 100 amunisi per kanon (sedangkan untuk tupe A-4M Skyhawk II dan semua tipe berdasarkan A-4M memiliki 200 amunisi per kanon, seperti yang dimiliki oleh TNI AU)[5] dan pelbagai jenis bom besar, roket, dan misil yang dibawa pada bagian tengah badan pesawat dan di bawah setiap sayap (awalnya satu setiap sayap, dan pada pengembangan berikutnya menjadi dua).[7]

Desain A-4 adalah contoh yang baik untuk menunjukkan kesederhanaan.[8] Pilihan sayap delta, misalnya, dikombinasikan dengan kecepatan dan manuverabilitas dengan kapasitas bahan bakar besar dan ukuran kecil secara keseluruhan, sehingga tidak memerlukan sayap lipat, walau mengorbankan efisiensi jelajah.[8] Slats ujung depan dirancang untuk “jatuh” secara otomatis pada kecepatan yang tepat dengan adanya gravitasi dan tekanan udara, sehingga berat dan ruang dapat dikurangi.[8] Demikian pula untuk undercarriage dipasang tidak menembus bagian sayap, dirancang agar ketika undercarriage dimasukkan hanya roda sendiri yang masuk ke dalam sayap, sementara penopangnya berada di bawah sayap.[8] Struktur sayapnya dapat diperingan tanpa mengurangi kekuatannya, dan dengan tidak adanya mekanisme pelipatan sayap, berat menjadi jauh lebih ringan.[9] Desain pesawat secara umum, ketika suatu bagian pesawat bertambah beratnya, maka memaksa bagian lain untuk diperkuat sehingga juga menambah berat, yang pada akhirnya mesin yang diperlukan juga harus lebih kuat. Jadi ini adalah suatu lingkaran setan.[9]

Sebuah A4D Skyhawk dengan fuselage belakang dilepas dan mesinnya sedang dimasukkan di Pangkalan Udara Korps Marinir Amerika Serikat di Iwakuni, Jepang, 1959

Mesin turbojetnya dapat diperbaik dengan cara mengganti ataupun membuka bagian belakangnya dan menggeser mesinnya. hal ini tentu saja memerlukan pintu untuk mengaksesnya dan kunci-kunci yang lebih baik untuk mengurangi berat kosongnya dan komplesitasnya.[10] Dan hal ini berlawanan dengan pakem lama dalam pembuatan sebuah pesawat udara, dimana ketika beban di satu area dikurangi biasanya membuat beban di tempat lain bertambah sehingga untuk mengkompensasi membutuhkan mesin yang lebih berat, sayap lebih lebar dan membuatnya jadi tidak efisien.[11][12]

A4D-2 (A-4B) melakukan pengisian bahan bakar di udara dari F8U-1P (RF-8A)

A-4 memelopori konsep pengisian bahan bakar udara-ke-udara buddy.[11] Hal ini memungkinkan pesawat dengan tipe yang sama, bisa untuk mengisikan bahan bakar pesawat lain yang setipe, sehingga tidak diperlukan pesawat tanker.[11] Dengan sistem ini, pesawat dapat diluncurkan dengan persenjataan penuh dan dengan bahan bakar secukupnya agar dapat lepas landas tanpa kuatir melebihi berat maksimum lepas landas (MTOW - Maksimum Take Of Weight, Berat Maksimum pada saat hendak tinggal landas).[11] Setelah mengudara, pesawat dapat melakukan pengisian bahan bakar di udara sesuai kebutuhan dan jarak target penyerangan.[11] Namun di Amerika Serikat proses pengisian bahan bakar dari A-4 Skyhawk sejenis sudah jarang dilakukan ketika mereka sudah memiliki pesawat Douglas A-3 Skywarrior yang bisa lepas landas dari Kapal induk. Kemampuannya untuk melakukan pengisian bahan bakar di udara juga akhirnya diterapkan pada pesawat F/A-18 Hornet.[11]

Kokpoit yang dilapisi dengan pelindung panas untuk membawa senjata nuklir

A-4 juga dirancang untuk dapat melakukan pendaratan darurat, walaupun terjadi kegagalan hidrolik, dengan menggunakan dua tangki yang selalu dibawa oleh pesawat ini.[5] Pendaratan darurat semacam ini yang dikenal dengan istilah "belly landing", hanya mengakibatkan kerusakan kecil pada hidung pesawat yang dapat diperbaiki dalam waktu kurang dari satu jam.[5] Selain itu pesawat ini juga dirancang dengan kursi lontar yang memiliki sistem yang dikenal sebagai "zero zero ejection seat", dimana kursi lontarnya dapat dioperasikan pada ketinggian 0 meter serta kecepatan pesawat pada 0 knot, bahkan ia mampu melontarkan penerbangnya meskipun pesawatnya sudah masuk ke dalam laut.[13]

Di Indonesia, dua pesawat A-4 Skyhwak pernah melaksanakan "belly landing" (mendarat dengan aman tanpa roda pendarat), yaitu pada 15 Januari 1987, dengan nomor ekor TT-0414 yang diawaki oleh Letnan Satu Pnb Emir Panji dan pada 20 Juli 1987 yang diawaki oleh Letnan Satu Pnb Agus "Dingo" Supriatna (Thunder-73) dengan nomor ekor TT-0408.[14][15] Roda pendaratan yang dipiloti Letnan Satu Pnb Agus "Dingo" Supriatna (Thunder-73) pada waktu itu tidak bisa keluar walaupun sudah pelbagai upaya dilakukan, sehingga akhirnya diputuskan untuk "belly landing" dan berhasil mendarat dengan selamat di Lanud Iswahyudi, Madiun, dengan sedikit kerusakan di drop tank pesawat saja.[16][14] Setelah diperbaiki selama dua minggu di Skadron Teknik 045, TT-0408 itu bisa terbang kembali.[14]

Angkatan Laut Amerika Serikat mengeluarkan kontrak untuk pesawat ini pada 12 Juni 1952, dan purwarupa pertama terbang pertama kalinya dari Edwards Air Force Base, California pada tanggal 22 Juni 1954.[17] pengiriman ke Skuadron Angkatan Laut Amerika Serikat dan Korps Marinir AS (ke VA -72 dan VMA-224 secara berturut-turut) dimulai pada akhir tahun 1956.[11]

Skyhawk yang masih produksi sampai tahun 1979, dengan total produksi 2.960 pesawat, termasuk buah 555 pesawat latih dua-kursi.[17] Produksi terakhirnya, adalah A-4M untuk Korps Marinir Amerika Serikat, VMA-331 memiliki bendera dari semua negara yang mengoperasikannya di badannya.[17]

Sejarah operasi

Amerika Serikat

Pesawat ini adalah pesawat yang pada umumnya sering diekspor ke luar negeri oleh Amerika Serikat selama era Perang Dunia II. Selain itu, karena bentuknya yang mungil, maka ia bisa dioperasikan dari Kapal induk kecil peninggalan Perang Dunia II yang dimiliki oleh Angkatan Laut Amerika Serikat di tahun 1960-an. Kapal-kapal induk jenis ini pada umumnya tidak bisa membawa jet tempur terbaru milik Angkatan Laut Amerika Serikat seperti F-4 Phantom II dan F-8 Crusader, dimana sebenarnya kedua pesawat itu jauh lebih cepat dan lebih baik daripada A-4, namun mereka juga memiliki bobot lebih berat dan lebih besar.[18]

Angkatan Laut Amerika Serikat pada umumnya mengoperasikan A-4 pada operasi umumnya dan di beberapa skadron tempurnya. Walaupun A-4 masih dipergunakan sebagai pesawat untuk latihan hingga tahun 1990, namun sebenarnya secara perlahan AL AS mulai mengurangi perannya di garis depan tahun 1967, dimana pesawat terakhirnya adalah Super Foxes of VA-55/212/164 yang akhirnya diberhentikan operasi di tahun 1976.[18]

Sebuah TA-4J Skyhawk milik AL AS di atas Kapal induk USS Lexington CV-16, 1989

Di lain pihak, Korps Marinir Amerika Serikat tetap mengoperasikan A-4 Skyhawk yang ditempatkan pada Korps Marinir pada umumnya dan Korps Marinir Cadangannya, dan bukan memakai pesawat pengganti sebagaimana yang dilakukan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat dengan pesawatLTV A-7 Corsair II, dan malah memesan versi terbaru model A-4M. Skyhawk terakhirnya, dikirimkan pada tahun 1979, dan dipergunakan hingga pertengahan tahun1980 sebelum akhirnya digantikan dengan pesawat yang sejenis, kecil dan lebih tangguh STOVL AV-8 Harrier II.[18]

VMA-131, Marine Aircraft Group 49 (atau yang lebih dikenal dengan nama the Diamondbacks) mengistirahatkan keempat OA-4Mnya pada 22 Juni 1994. Namun versi latihnya masih dipergunakan, dimana ia dipergunakan sebagai target latihan yaitu sebagai pesawat Mikoyan-Gurevich MiG-17 dalam perang udara, sebagaimana bisa dilihat dalam filem yang terkenal TOP GUN hingga tahun 1999.[18]

A-4F Skyhawk sebagai tim aerobatik AL AS Blue Angels tahun 1975

Kemampuan pesawat ini dalam bermanuver juga bisa menggantikan peran pesawat McDonnell Douglas F-4 Phantom II dalam tim aerobatiknya Blue Angels, hingga akhirnya peran itu digantikan oleh pesawat McDonnell Douglas F/A-18 Hornet pada tahun 1980. Skyhawk terakhir milik AL AS, Model TA-4J adalah milik dari Skadron VC-8, masih aktif sebagai sasaran tembak, sebagai pesawat musuh untuk keperluan perang udara di Naval Station Roosevelt Roads. Dimana pesawat-pesawat itu baru resmi diistirahatkan pada 3 Mei 2003.[18]

Pesawat ini dicintai oleh semua krunya sebagai pesawat yang bandel dan handal. Julukan dan juga harganya yang tidak terlalu mahal, juga dengan mudah perawatannya, membuatnya sangat disukai di Amerika Serikat dan semua negara yang mengoperasikannya. Tercatat selain Amerika Serikat, negara-negara seperti Argentina, Israel dan Kuwait pernah mempergunakannya dalam medan pertempuran.[18]


Indonesia (TNI-AU)

Berkas:A-4 TNI-AU.jpg

TNI-AU pernah mengoperasikan sebanyak 35 Skyhawk II tipe A-4E, TA-4H, TA-4J dan TA-4I hingga tahun 2003.[19]

Sejarah

Sejak tahun 1980-an, kekuatan alutsista (alat utama sistim senjata) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara mulai penurunan, antara lain karena armada T-33 Thunderbird dan F-86 Sabre tidak mungkin dioperasikan secara optimum karena usia, dimana hal ini berakibat buruk pada operasional TNI AU dalam melakukan tugasnya menjaga Nusantara. Kesiapan skadron-skadron yang minim membuat para pimpinan untuk mencari pengganti armada pesawat tempur era 1970-an dengan pesawat tempur generasi ketiga. Oleh karenanya diadakan proyek pengadaan 16 pesawat Northrop F-5 E/F Tiger II dari Amerika Serikat dengan sandi Operasi Komodo. Namun dari segi jumlah, ia tidak mampu mengisi kekosongan akan kebutuhan skadron-skadron TNI AU serta lama dalam serah terima pesawatnya yang juga didorong oleh kebutuhan mendukung operasi militer lanjutan di Timor Timur, sehingga dibutuhkan pengadaan pesawat dalam waktu cepat dan siap beroperasi dalam waktu singkat, sehingga akhirnya dipilihlah A-4 Skyhawk dengan sandi Operasi Alpha, dimana operasi ini adalah operasi klandestin (rahasia) terbesar yang dilakukan oleh TNI AU dalam rangka pengadaan 32 pesawat tempur A-4 Skyhawk bekas pakai Angkatan Udara Israel.[20][21]

Operasi ini dimulai dengan pengiriman para teknisi ke negara pemroduksinya pada tahun 1979, sehingga tidak kurang dari 20 bulan sudah dikirimkan tujuh angkatan untuk mengikuti pendidikan sebagai kru A-4 Skyhawk. Di awal tahun 1980, yang merupakan gelombang terakhir, 10 penerbang dikirimkan untuk belajar menerbangkannya, dan berhasil menyelesaikan pendidikannya pada 20 Mei 1980 dengan mendapatkan brevet penerbang tempur pesawat A-4 Skyhawk. Namun karena operasi ini bersifat rahasia, maka brevet yang diperoleh tidak diperkenankan dibawa balik ke tanah air, dan semuanya serba dirahasiakan. Walaupun pesawat ini dibeli dari Angkatan Udara Israel, peralatan avioniknya tidak diberikan sehingga punuk yang ada di pesawat itu sebenarnya kosong.[21]

Kedatangan pesawat ini terbagi bemenjadi tiga gelombang dimana gelombang pertama 16 Skyhawk tiba di tanah air pada 4 Mei 1980 dengan kapal laut di Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pengiriman pertama, dimana pesawat itu disimpan dan diberi label sebagai F-5 Tiger, sebanyak 4 pesawat; dua pesawat satu tempat duduk dan sisanya dua tempat duduk yang kemudian dibawa ke Lanud Halim Perdanakusuma. Pada bulan September 1980, kiriman selanjutnya pengiriman kedua dari gelombang pertama ini datang sehingga melengkapi 16 pesawat (satu skadron) untuk menjadi kekuatan baru TNI AU di Skadron Udara 11. Armada ini mulai tampil untuk pertama kalinya di Indonesia pada momen HUT ABRI ke-35 tanggal 5 Oktober 1980. Gelombang kedua terjadi pada tahun 1982 dimana Republik Indonesia mengadakan kembali 16 buah pesawat untuk memperkuat TNI AU. Dan pada 1 Agustus 1999 diadakan dua pesawat TA-4J Skyhawk sebagai pesawat latih dalam pembinaan penerbang-penerbang baru Skadron Udara 11. Selain itu, dengan pengaktifan kembali Skadron Udara 12 pada 2 Mei 1983, maka diputuskan untuk diperkuat dengan pesawat ini. Dan pada 28 Maret 1985, Skadron Udara 11 dipindahkan ke Makassar dan Skadron Udara 12 ke Pekanbaru.[20]

Pesawat A-4 Skyhawk jika tangki cadangannya terisi penuh dan dengan membawa 8 bom, mampu terbang hingga 2.000 mil, dan dengan pengisian bahan bakar di udara, ia bisa terbang sampai 3.000 mil selama 4 jam 30 menit atau kurang lebih sepanjang jarak Banda Aceh ke Jayapura yang berjarak hanya 3.180 mil.[21]

Terakhir operasi

Tanggal 5 Agustus 2004, merupakan pengabdian terakhir pesawat ini, diawali dengan penyiapan pesawat dengan nomor ekor TT-0431, TT-0440, TT-0416 dan TL-0418 dari Skadron Udara 11, Lanud Hasanuddin untuk diistirahatkan di Lanud Iswahyudi dan Lanud Adi Sucipto dan ditempatkan sebagai monumen di Akademi Angkatan Udara ataupun koleksi dari Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.[20][21]

Data Pesawat A-4 Skyhawk TNI AU[20]

No No Seri Serial Number Tahun Pengiriman Keterangan
1. A-4E TT-0401 1980
2. A-4E TT-0402 1980
3. A-4E TT-0403 1980
4. A-4E TT-0404 1980 Jatuh pada tanggal 26 Juli 1985, saat latihan menembak karena mesinnya mati.
5. A-4E TT-0405 1980 Jatuh di Laut Makassar, pada 22 Juni 2000, karena stall dan masuk spiral dive dan mengakibatkan penerbangnya gugur.
6 A-4E TT-0406 1980 Saat terbang formasi ferry, masuk awan CB dan jatuh di Laut Banda tanggal 22 Januari 1988, dan tidak ditemukan jasad penerbangnya
7. A-4E TT-0407 1980 Jatuh di dekat landasan Lanud Iswahjudi pada 6 Agustus 1987 dimana throttle stuck open, power pada posisi pesawat maksimum dan akhirnya mendarat darurat. Dan penerbangnya Lettu Pnb Hirshan Habib berhasil melontarkan diri dengan selamat.
8. A-4E TT-0408 1980 Belly landing pada 20 Juli 1987 di Lanud Iswahyudi, dimana penerbangnya Letnan Satu Pnb Agus "Dingo" Supriatna (Thunder-73) selamat.[14]

Monumen

A-4Q milik Angkatan Laut Argentina sebagai monumen di pintu masuk dari Mar del Plata

Dengan banyaknya Angkatan Udara yang mengoperasikan pesawat ini, maka sejumlah pesawat bekasnya banyak dilestarikan sebagai monumen maupun sebagai bagian dari koleksi museum sebagaimana yang ada di beberapa negara berikut ini:

  • Argentina
  • Australia
  • France
  • Indonesia
  • Israel
  • Japan
  • Malaysia
  • Kuwait
  • Netherlands
  • New Zealand
  • Singapore
  • United States

Spesifikasi


A-4 Skyhawk A/B/C skema warnanya
A-4 Skyhawk E/F/M skema warnanya

Data dari McDonnell Douglas aircraft since 1920 : Volume I,[22] Global Security : A4D (A-4) Skyhawk[23]

Ciri-ciri umum

  • Kru: 1 (2 in TA-4J, TA-4F, OA-4F)
  • Panjang: 40 ft 3 in
  • Rentang sayap: 26 ft 6 in
  • Tinggi: 15 ft
  • Luas sayap: 259 ft²
  • Airfoil: NACA 0008-1.1-25 root, NACA 0005-0.825-50 tip
  • Berat kosong: 10,450 lb
  • Berat isi: 18,300 lb
  • Berat maksimum saat lepas landas: 24,500 lb
  • Mesin: 1 × Pratt & Whitney J52-P8A turbojet, 9,300 lbf (10,000+ USMC A-4M and OA-4M)

Kinerja

  • Laju maksimum: 585 kn (673 mph, 1,077 km/h)
  • Jangkauan: 1,700 nmi
  • Langit-langit batas: 42,250 ft
  • Laju tanjak: 8,440 ft/min
  • Beban sayap: 70.7 lb/ft²
  • Dorongan/berat: 0.51
  • g-limit: -3/+8 g

Persenjataan

Referensi

  1. ^ a b John, Golan. "Heinemann's Hot Rod". history dot org. World History Group. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 August 2017. Diakses tanggal 28 August 2017. 
  2. ^ Kilduff 1983, hlm. 14-15.
  3. ^ Wilson 1993, hlm. 135.
  4. ^ O'Rourke, G.G. "Of Hosenoses, Stoofs, and Lefthanded Spads." United States Naval Institute Proceedings, July 1968.
  5. ^ a b c d Saragih 2018, hlm. 8.
  6. ^ Golan, John. "Heinemann's Hotrod". history dot net. World History Group. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 August 2017. Diakses tanggal 28 August 2017. 
  7. ^ a b "Technical Data." Diarsipkan 14 August 2014 di Wayback Machine. a4skyhawk.org. Retrieved: 21 November 2019.
  8. ^ a b c d Heinemann, Rausa, Van Every (August 1985). Aircraft Design (edisi ke-First). Nautical and Aviation Publishing Co. hlm. 35–36. ISBN 0933852150. Diakses tanggal 21 November 2019. 
  9. ^ a b Gunston, Spick, and Miller (1983). Modern Air Combat. Crescent Books. hlm. 118. ISBN 978-0861011629. Diakses tanggal 21 Nobember 2019. 
  10. ^ "Skyhawk." Diarsipkan 4 April 2013 di Wayback Machine. Air Victory Museum. Retrieved: 21 November 2019.
  11. ^ a b c d e f g "Douglas A-4F Skyhawk II." Diarsipkan 12 March 2011 di Wayback Machine. Museum of Flight. Retrieved: 21 November 2019.
  12. ^ "Collections - Aircraft - Skyhawk (A4D/A-4/TA-4)." Diarsipkan 12 October 2007 di Wayback Machine. National Museum of Naval Aviation. Retrieved: 21 November 2019.
  13. ^ Saragih 2018, hlm. 9 - 15.
  14. ^ a b c d Setiawan, Bambang; Sidik Arifianto, Budiawan. "Dingo" : menembus limit angkasa : biografi KSAU Marsekal TNI Agus Supriatna. Jakarta: Kompas Media Nusantara. hlm. 139 – 173. ISBN 978-602-412-004-7. OCLC 948360639. 
  15. ^ Saragih 2018, hlm. 19.
  16. ^ Media, Kompas Cyber. "Kisah Marsekal TNI Agus Supriatna Bertaruh Nyawa dalam "Belly Landing" 1986". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2019-11-21. 
  17. ^ a b c Gann Wings of Fame No. 4, p. 100.
  18. ^ a b c d e f "AV-8B Harrier." Diarsipkan 4 August 2011 di Wayback Machine. Military Analysis Network (Federation of American Scientists). Retrieved: 21 November 2019.
  19. ^ Saragih 2018, hlm. 23.
  20. ^ a b c d Saragih 2018, hlm. 12-15.
  21. ^ a b c d Media, Kompas Cyber. "A-4 Skyhawk dan Sejarah Pertahanan Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2019-11-20. 
  22. ^ Francillon, René J. (1988). McDonnell Douglas aircraft since 1920 : Volume I. London: Naval Institute Press. hlm. 477–498. ISBN 0870214284. 
  23. ^ "A4D (A-4) Skyhawk". www.globalsecurity.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 May 2019. Diakses tanggal 21 November 2019. 

Daftar pustaka

Pranala luar

commons:Category:Douglas A-4 Skyhawk