Lompat ke isi

Infiks

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 14 Desember 2019 07.05 oleh 36.82.99.176 (bicara) (Pengerutan bunyi "ah": Koreksi sisipan ha menjadi ah)

Sisipan atau infiks adalah afiks yang dibubuhkan pada tengah-tengah kata. Beberapa bahasa yang memiliki sisipan misalnya bahasa Jawa, bahasa Indonesia, dan bahasa Tagalog, dan beberapa bahasa lainnya.

Sisipan dalam bahasa Indonesia

Penurunan kata dengan memakai sisipan tidaklah produktif lagi dalam bahasa Indonesia. Kita temukan kini beberapa contoh yang sudah membatu dan oleh banyak orang dianggap sebagai kata yang monomorfemis. Berikut daftar kata dalam bahasa Indonesia yang memiliki/dapat diberi sisipan:

Sisipan -el-
Kata dasar Kata sisipan
jajah jelajah
geber geleber
gembung gelembung
getar geletar
gigi geligi
golok gelogok
luhur leluhur
maju melaju
patuk pelatuk
sidik selidik
tapak telapak
tujuk telunjuk
Sisipan -er-
Kata dasar Kata sisipan
sabut serabut
suling seruling
gendang genderang
gigi gerigi
kudung kerudung
runtuh reruntuh(an)
panjat peranjat
Sisipan -em-
Kata dasar Kata sisipan
cerlang cemerlang
kuning kemuning
kelut kemelut
kilau kemilau
serbak semerbak
tali temali
turun temurun
gembung gelembung
gebyar gemebyar
gelugut gemelugut
gerencang gemerencang
gericing gemericing
gerisik gemerisik
gerlap gemerlap
gertak gemertak
gilang gemilang
gilap gemilap
girang gemirang
gulung gemulung
guntur gemuntur
gurug gemuruh
getar gemetar
geretak gemeretak/gemeletak
geletuk gemeletuk/gemeretuk/gemertuk/gemeretup

Bedakan dengan kata berawalan "m" yang dilekati awalan "me-" dan kata berawalan "p" yang dilekati awalan "pe-" (yang kemudian luluh menjadi "pem-"), misalnya "memasak" bukan "masak" yang diberi imbuhan "-em-", "pemimpin" bukan "pimpin" yang diberi infiks "-em-" melainkan "pimpin" yang diberi awalan "pe-"

Sisipan -in-
Kata dasar Kata sisipan
kerja kinerja
sambung sinambung
tambah tinambah

Dikarenakan tidak ada suatu daftar kata-kata yang dapat diimbuhi sisipan, maka diperlukan pengetahuan kosakata bahasa Indonesia untuk misalnya membedakan bahwa kata "keledai" bukanlah kata "kedai" yang diberi sisipan "-el-".

Pengerutan bunyi "ah"

Kita sering menemukan dua bentuk kata yang bermiripan dan diguna­kan secara bersilihan. Misalnya, baru → baharu, cari → cahari, dulu → dahulu dan bagian → bahagian. Secara umum diakui bahwa bentuk yang lebih panjang me­rupakan bentuk yang lebih dahulu ada (bahasa Melayu kuno). Bentuk lama itu kemudian mengalami “pengerutan” bunyi. Pada bentuk-bentuk di atas ada kesamaan bentuk yang mengalami “pengerutan”, yakni bunyi /ah/.

Bentuk baharu dewasa ini hanya dipakai pada kata pembaharuan, memperbaharui atau diperbaharui. Kata pembaharuan bersaing dengan bentuk pembaruan. Karena bentuk baru lebih luas pemakaiannya sebaiknya kita gunakan satu bentuk itu, yaitu baru, membarui, memperbarui, pembaruan. Demikian pula bentuk cahari dan bahagi. Gunakanlah bentuk cari dan bagi sebagai dasar dan dari kata dasar itu kemudian kita turunkan bentuk-bentuk seperti pencarian dan bagian.[1]

Sisipan -ah-
Kata dasar Kata sisipan
bagian bahagian
bari bahari
baru baharu
bahasa bahasa
cari cahari (dalam "mata pencaharian")
saja sahaja
saya sahaya (dalam "hamba sahaya"
tadi tahadi
asmaradana asmaradahana[2]
guru gaharu
mardika mahardika
dulu dahulu

Sisipan dalam bahasa Jawa

Dalam bahasa Jawa memiliki empat sisipan, misalkan sisipan –in– yang menyatakan bentuk pasif, sisipan -um-, -er-, dan -el-, dan jumlahnya pun cukup banyak.

Contoh:

karya kinarya ("dikerjakan")
carita cinarita ("dicaritakan")

Lihat pula

Referensi

Pranala luar

  • (Indonesia) Alwi, Hasan et al., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2003