Lompat ke isi

Maulid Adat Bayan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 15 Desember 2019 08.08 oleh Iynmt (bicara | kontrib)

Maulid Adat Bayan adalah sebuah kegiatan adat terkait Maulid yang berasal dari Lombok (biasa disebut Mulud Adat Bayan). Peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW dilaksanakan Masyarakat Adat Bayan sebagai bentuk penghormatan terhadap Rasulullah. Kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari dengan jadwal yang telah diatur.[1]

Bayan

Bayan adalah gerbang masuknya Islam ke Pulau Lombok, agama tersebut dibawa oleh para Wali Songo dengan bukti peninggalan berupa Masjid Kuno Bayan sebagai masjid pertama dan pusat penyebaran agama Islam pada abad ke-16. Pada perkembangannya terjadi akulturasi antara adat Sasak dan agama Islam. Pada sekitar area masjid amsih terdapat beberapa makam leluhur penyebar agama Islam seperti makam Gauz Abdul Razak (makam Reaq), makam Titik Masi Pelawangan, makam Titik Mas Penghulu, makam Sesait, makam Karang Salah, dan Makam Desa Anyar.[2]

Kegiatan

Hari pertama dimulai dengan persiapan bahan makanan dan piranti upacara lainnya yakni “Kayu Aiq” dan hari kedua dilaksanakan do’a dan makan bersama di Masjid Kuno Bayan. Prosesi Mulud Adat Bayan atau Maulid Adat Bayan dihadiri oleh warga Desa Loloan, Desa Anyar, Desa Sukadana, Desa Senaru, Desa Karang Bajo, dan Desa Bayan. Semua desa itu tergabung dalam wilayah adat yakni Komunitas Masyarakat Adat Bayan. [2]

Terdapat perhitungan tersendiri terkait perayaan Maulid di Lombok yang disebut Sareat (Syari'at). Prosesi maulid adat dilaksanakan dua hari setelah yakni pada tanggal 14-15 Rabi'ul Awal.

Pada pagi hari pertama masyarakat Adat Bayan menuju Kampu (desa asli suku Sasak Islam Bayan), mereka menyerahkan sebagian sumber penghasilan dari hasil bumi seperti padi, beras, ketan, kelapa, dsb. Hal tersebut merupakan tanda syukur atas keberhasilan panen. Lalu, mereka menyatakan nazar kepada Inan Menik (perempuan yang menerima hasil bumi dari para warga dan mengolahnya untuk disajikan kepada para kyai, penghulu, dan tokoh adat pada hari puncak perayaan Mulud Adat. Nantinya, Inan Menik akan memberi tanda di dahi warga adat dengan Mamaq (Sirih) yakni ritual adat yang disebut Menyembek.

Lalu, masyarakat membersihkan Balen Unggun (tempat sekam/dedak) dan Balen Tempan (tempat alat penumbuk padi), seta membersihkan Rantok (tempat menumbuk padi). Prosesi dilanjutkan dengan membersihkan tempat Gendang Gerantung dengan sebagian kelompok masyarakat Adat menjemput Gamelan Gendang Gerantung. Setelah tiba, dilaksanakanlah acara ritual selamatan penyambutan dan serah terima dengan Ngaturan Lekes Buaq (sirih dan pinang) sebagai tanda rangkaian acara Mulud Adat dimulai.

Sekitar waktu ‘gugur kembang waru’ pada pukul 15.30, para wanita mulai Menutu Pare (menumbuk padi) bersama-sama secara berirama dengan Tempan yang terbuat dari bambu panjang. Padi tersebut ditumbuk di lesung seukuran perahu yang disebut Menutu. Di saat yang bersamaan, gamelan mengiringi ritual dengan kaum laki-laki mencari Bambu Tutul untuk membuat umbul-umbul (Penjor) yang akan dipajang pada pojok Masjid Kuno Bayan (Pemasangan Tunggul) yang dipimpin pemangku atau Melokaq Penguban setelah mendapat restu Inan Meniq dengan pemberian Lekok Buaq (Sirih dan Pinang). Lekok Buaq adalah sarana Bertabiq (permisi) kepada pohon bambu yang akan ditebang.

Malam hari diisi dengan kegiatan Ngegelat yakni mendandani ruangan Masjid Kuno dengan simbol sarat makna sembari pemain gamelan memasuki halaman Masjid Kuno Bayan. Acara dimulai dengan bertarungnya dua warga pria menggunakan rotan (Temetian) sebagai alat pemukul dan perisai berbahan kulit sapi. Pemainan ini disebut Presean yang biasanya dimainkan oleh Pepadu (orang yang handal), namun pada acara Mulud Adat siapapun dipersilahkan / warga yang bernadzar untuk bertarung pada Mulud Adat. Setelah permainan selesai kedua pemain harus meminta maaf kepada satu sama lain. Prosesi dilanjutkan dengan Berugag Agung atau ajang diskusi, cerita, wacana terkait segala hal.

Pada hari kedua atau 15 Rabi'ul Awal, perempuan adat memulai kegiatan Menampiq Beras yakni membersihkan beras yang telah di Tutu lalu dilanjutkan dengan Misoq Beras (mencuci beras) dengan iring-iringan. Prosesi selanjutnya yakni menuju sebuah mata air Lokoq Masan Segah. Persyaratan bagi para pencuci beras ialah perempuan yang sedang suci / tidak haid. Berbicara, menoleh, memotong jalan barisan merupakan pantangan sepanjang jalan. Setelah beras dimasak, hidangan di tata di atas Ancaq atau sebuah tempat, prosesi ini disebut Mengageq.

Sore harinya, pemuda Adat atau Praja Mulud yang telah di dandani menyerupai dua pasang pengantin diiringi bersama-sama dari rumah Pembekel Beleq Bat Orong (Pemangku adat dari Bayan Barat) menuju Masjid Kuno dengan membawa sajian. Prosesi ini menggambarkan perkawinan langit dan bumi, Adam dan Hawa yang tersimbolkan oleh pasangan pengantin. Setelah tiba di masjid, pemuka agama memimpin do'a dan dilanjutkan dengan makan bersama yang tidak lain merupakan rasa syukur masyarakat Adat Sasak Bayan kepada para ulama dan sebagai puncak acara perayaan kelahiran Nabi Muhammad S.A.W.[2][3]

Nilai Sosial

Pada ritual maulid adat, seluruh komunitas ikut berpartisipasi dalam prosesi adat. Hal tersebut tampak dari sumbangsih makanan maupun perhelatan acara. Seluruh tokoh adat, mak lokak, dan para pemangku di Bayan bekerja sama, apabila terjadi perbedaan pendapat selama acara maka akan diselesaikan melalui gundem (pertemuan) di Bencingah Bayan Agung. Dalam proses ritual adat, berapapun biaya yang dikeluarkan melalui filososi ringan sama dijinjing dan berat sama dipikul. Event ini merupakan ajang perekat komunitas setempat. [3]

Pemaliq Leket

Khasnya setiap kebudayaan, Pemaliq Leket adalah suatu hal pamali atau tabu untuk dilakukan yang dalam bahasa Sasak disebut Tulah Manuh atau Kualat. Contoh dari larangan tersebut diantaranya aturan untuk mengenakan pakaian adat Sasak Bayan seperti sarung, ikat kepala (sapuq), tanpa baju bagi pria dan semacam kemben bagi wanita pada saat memasuki Kampu yang dihuni tokoh agama dan tokoh adat. Selain itu, ada pula larangan menggunakan pakaian dalam dan perhiasan. Peraturan tersebut juga berlaku apabila ingin memasuki masjid kuno. Apabila pamali tersebut dilanggar, kemalangan dipercayai akan datang bagi pelanggar.[2]

Referensi

  1. ^ Primadona, Kim (17 September 2019). "Rabu Jadwal Maulid Adat Bayan Tahun 2019". Diakses tanggal 14 Desember 2019. 
  2. ^ a b c d Matindas, Basri. "Prosesi dan Sejarah Maulid Adat Bayan Lombok". √ Paket Wisata Lombok | √ Paket Tour Lombok Murah 2019. Diakses tanggal 2019-12-13. 
  3. ^ a b Kompasiana.com. "Mulud Adat Bayan, Perekat Komunitas Dayan Gunung". KOMPASIANA. Diakses tanggal 2019-12-15.