Rapai Geurimpheng
Rapai Gerimpheng adalah suatu kesenian yang menggabungkan antara permainan alat musik rapai dan kemampuan bersyair. Rapai merupakan alat musik tradisional yang mirip dengan rebana namun memiliki ukuran besar. Saat dimainkan, rapai diletakkan di kaki karena sangat berat untuk diangkat. Penyairan dipimpin oleh syeh dan dinyanyikan ulang oleh pemain lainnya. Diperlukan 12 orang untuk memainkan alat musik ini. 8 orang yang disebut aneuk pulot berfungsi sebagai penabuh dan penari, 3 orang sebagai pengiring dan satu orang sebagai penyair yang disebut syahi atau syeh. Rapai gerimpheng merupakan keselarasan antara tabuhan musik rapai dengan gerakan tarian yang penuh energi. Rapai gerimpheng memiliki beberapa babakan. Babak pertama diawali dengan mengangkat tangan serentak kepada penonton sebagai tanda memberi salam yang disebut saleum aneuk syahi. Babak kedua dan ketiga adalah saleum rakan yang diiringi oleh cakrum (saman). Babak keempat berupa tabuhan rapai diiringi gerakkan serentak yang dinamis dan heroik yang dinamakan tingkah. Babak kelima adalah bersyair yang isinya tentang amanat sesuai dengan acara yang digelar. Babak keenam atau terakhir disebut gambus.[1]
Referensi
- ^ Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2017. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. hlm. 5.