Lompat ke isi

Kawasan Situs Alam Roh

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kawasan Situs Alam Roh (Alam Roh 18), dikenal juga dengan nama Monumen ALRI Divisi IV, merupakan salah satu kawasan cagar budaya yang terdaftar di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud). Sebagai kawasan cagar budaya, tempat ini dilindungi oleh undang-undang atas jasanya di masa lalu sebagai markas perjuangan kemerdekaan Kalimantan Selatan. Kawasan tersebut terletak di Desa Pakualam RT 2, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, beberapa ratus meter dari perkampungan warga[1].

Kawasan ini merupakan berbentuk 4 persegi panjang[2] dan di sana terdapat hutan, monumen ALRI Divisi IV, dan rumah adat Banjar Bubungan Tinggi. Situs ini diresmikan pada tanggal 18 April, diberi nama Alam Roh 18 oleh pria bernama Paman Birin[1]. Bersama Bupati Banjar KH Khalilurrahman dan Kapolres Banjar Takdir Mattanete, Paman Birin meresmikan kegiatan rehabilitasi di Roh Alam. Sampai saat ini, tempat tersebut terbuka untuk umum dan dijadikan kawasan wisata.

Sejarah

Kawasan Situs Alam Roh dulunya merupakan markas para pejuang di Kalimantan Selatan untuk berkumpul dan menyusun strategi perang melawan Belanda di saat siang maupun malam. Banyak rumah penduduk yang terdapat di kawasan tersebut sehingga diawasi ketat oleh tentara Belanda, hal ini membuat para pejuang sulit untuk berdiskusi dan merasa tidak aman. Oleh karena itu, para pejuang memutuskan untuk mencari tempat yang aman untuk berdiskusi, jauh dari jangkauan tentara Belanda, dan pribumi yang berkhianat. Mereka memilih hutan di Desa Pakualam untuk dijadikan markas, yang sekarang dikenal dengan nama Alam Roh. Hutan tersebut dipenuhi banyak pohon dan semak belukar sehingga tidak memungkinkan bagi warga setempat untuk menemukan markas tersebut. Untuk memperketat keamanan di daerah tersebut, para pejuang meminta Alam Roh diberi jampi-jampi dari para ulama di Kota Martapura.

Dibawah pimpinan Brigadir Jenderal H. Hasan Basri, para pejuang menyusun berbagai strategi untuk memenangi perang. Empat sudut tempat ini ditanami dengan empat jimat yang berfungsi untuk mengelabui mata para penjajah dan pribumi pengkhianat agar mereka tidak dapat melihat kegiatan para pejuang dan seolah-olah tempat tersebut kosong[1]. Terlebih lagi, bagi mata-mata yang bisa memasuki Alam Roh akan tewas setelah keluar dari tempat tersebut. Hal ini terjadi karena jampi-jampi di tempat tersebut. Mayat dari pengkhianat tersebut nantinya akan dibuang ke sungai tanpa penghormatan apapun. Konon, masing-masing pejuang memiliki kekuatan gaib. Salah seorang pejuang yang berkekuatan gaib menulisi badannya dengan cairan kapur, efek yang didapat ialah bagian badan yang ditulisi cairan kapur akan kebal terhadap serangan penjajah[1]. Sang pemimpin, Brigadir Jenderal H. Hasan Basri juga memiliki kekuatan gaib, beliau menancapkan empat bilah kayu bamban di sekitar Alam Roh sebagai pelindung.









  1. ^ a b c d "Alam Roh, Markas Pejuang Kemerdekaan Kalsel di Masa Lalu". Banjarmasin Post. Diakses tanggal 2020-01-05. 
  2. ^ "Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya". cagarbudaya.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2020-01-05.