Lompat ke isi

KRI Pulau Romang (723)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 10 Januari 2020 14.47 oleh Ardana12 (bicara | kontrib) (penambahan sfn)

KRI Pulau Romang (723) (atau sebelum masuk ke Indonesia F. Pritzwalk (325) Kondor II[1]) adalah kapal perang milik Tentara Nasional Indonesia Angakatan Laut (TNI AL) bernomor lambung 723 yang diproduksi oleh Jerman Timur dan dibeli oleh Indonesia, beserta 39 jenis kapal perang bekas jenis Korvet, Landing Ship Tank (LST), dan Penyapu Ranjau lainnya pada tahun 1990-an, yakni saat Presiden Sohearto masih berkuasa[2]. Setelah masuk ke Indonesia, kapal perang tersebut dinamai dengan nama "Pulau Romang" yang merupakan nama pulau di Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku. KRI Pulau Romang (723) merupakan kapal perang berjenis kapal penyapu ranjau (Minesweeper) yang digunakan untuk memotong kabel penghubung ranjau laut dengan jangkar ranjau[3].

KRI Pulau Romang (723) termasuk dalam tipe Kelas Kondor, bersama dengan KRI Pulau Rote (721), KRI Pulau Raas (722), KRI Pulau Rimau (724), KRI Kelabang (826), KRI Pulau Rondo (725), KRI Pulau Rusa (726), KRI Pulau Rangsang (727), KRI Kala Hitam (828), dan KRI Pulau Rempang (729). tipe Kelas Kondor termasuk dalam arsenal Satran (Satuan Kapal Penyapu Ranjau) TNI AL, baik Satran Komando Armada Kawasan Barat (Koarmabar) dan Satran Komando Armada Kawasan Timur (Koarmatim)[4]. KRI Pulau Romang (723) pada saat ini digunakan sebagai Kapal spesialis survei dan pemetaan kelautan oleh Dinas Hidro-Oseanografi Angkatan Laut (Dishidros)[5].

Spesifikasi

KRI Pulau Romang (723) memiliki bobot kapal sebesar 516,66 Ton dengan panjang 56,79 meter, lebar 7,73 meter, dan tinggi 2,46 meter. KRI Pulau Romang (723) memiliki dua unit mesin diesel 2-shaft yang dapat menghasilkan tenaga 4.400 bhp. Dengan mesin yang dimiliki, KRI Pulau Romang (723) dapat mencapai kecepatan Jelajah maksimum sebesar 14 knots dan pada kecepatan minimum 10 Knots. KRI Pulau Romang (723) juga dapat mengangkut 46 Kru yang terdiri dari 16 orang perwira dan 33 orang Bintara dan Tamtama[4][6].

Sebagai Kapal perang Dishidros, KRI Pulau Romang (723) menggunakan alat hidro oseanografi, seperti Digital Tide Gauge (Thalimedes), Wave and Tide Recorder (SBE 26), Automatic Weather Station (AWS), Side Scan Sonar (SSS) Geoacustics, Multibeam Echosounder (MBES) Geoswat Plus, dan peralatan pendukung hidro oseanografi lainnya[5].

Persenjataan

KRI Pulau Romang (723) dipersenjatai dengan meriam 25 MM Bofors dan senapan mesin berat (SMB) kaliber 12,7 mm[4][6].

Komandan

Pada tahun 2012, Komandan KRI Pulau Romang (723) dipimpin oleh Mayor Laut (P) Guruh Dwi Yudanto[5]. Pada tahun 2017, Komandan KRI Pulau Romang (723) dipimpin oleh Mayor Laut (P) Ibnu A. Aziz. Setelah 30 Oktober 2017, kepemimpinan KRI Pulau Romang (723) berganti dari Mayor Laut (P) Ibnu A. Aziz ke Mayor Laut (P) Aminanto yang dilaksanakan pada acara Pengukuhan Jabatan dalam Upacara Militer yang dipimpin oleh Dansatsurvei Hidros Kolonel Laut (P) Dwi Jantarto bertempat di Lapangan Apel Satsurvei Hidros[7].

Misi-misi

Misi-misi yang pernah dijalani oleh KRI Pulau Romang (723) antara lain:

Penyelamatan Korban Nelayan Bulangang

Penyelamatan korban tiga nelayan yang terhempas ombak laut besar sehingga kapal yang ditumpangi tenggelam dilakukan oleh KRI Pulau Romang (723) pada tanggal 11 Oktober 2015. Saat ditemukan oleh KRI Pulau Romang (723), satu korban tewas, sedangkan dua korban dalam kondisi kritis di Perairan Talaud. Setelah diselidiki, korban tersebut merupakan warga Desa Bulangang, Tagulandang Utara, Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara dan terombang-ambing di laut selama delapan hari tanpa makan dan minum dengan kondisi terpapar matahari secara langsung[8].

Operasi Survey dan Pemetaan di Tolitoli

KRI Pulau Romang (723) sebagai salah satu kapal perang yang bertugas di Dinas Hidro dan Oseanografi TNI AL melaksanakan operasi survey dan pemetaan laut di Selat Makasar bagian Utara, khususnya wilayah perairan Laut Dermaga Ogotua Dampal Utara Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah pada tanggal 10 November 2018. Operasi ini dilaksanakan selama 30 hari dengan tujuan membuat peta laut kertas terbaru untuk kepentingan militer maupun penguna jasa maritim, khususnya kapal-kapal bertonase besar yang akan mengunakan Dermaga Ogotua[9].

Referensi

  1. ^ "Transfer Ship Type". 
  2. ^ "TENTANG PEMBELIAN KAPAL BEKAS JERMAN". HM Soeharto. 2018-11-12. Diakses tanggal 2020-01-10. 
  3. ^ News, Nusantara Maritime. "Kapal Penyapu Ranjau, Penjaga Laut yang Gagah | Nusantara Maritime News". Diakses tanggal 2020-01-10. 
  4. ^ a b c "Kondor Class: Penyapu Ranjau TNI AL dari Era Perang Dingin". Indomiliter.com (dalam bahasa Inggris). 2013-08-27. Diakses tanggal 2020-01-10. 
  5. ^ a b c "KRI PULAU ROMANG-723 SUKSES LAKSANAKAN SURVEI DI PERAIRAN SORONG DAN MANOKWARI". 
  6. ^ a b REDAKSI (2018-11-08). "KRI Pulau Romang -723 Lakukan Tugas Survei di Perairan Tolitoli". PORTALSULAWESI.com. Diakses tanggal 2020-01-10. 
  7. ^ aksi.id. "Dansatsurvei Hidros Kukuhkan Komandan KRI Pulau Rote-721, KRI Pulau Romang-723 & KAL Antares". aksi.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-01-10. 
  8. ^ Media, Kompas Cyber. "Delapan Hari Terombang-ambing di Laut, Seorang Nelayan Tewas dan Dua Lainnya Kritis". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2020-01-10. 
  9. ^ "KRI Pulau Romang Lakukan Operasi Survey dan Pemetaan di Tolitoli". rri.co.id (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 2020-01-10.