Ular cabai besar
Ular cabai besar
| |
---|---|
Calliophis bivirgatus | |
Status konservasi | |
Risiko rendah | |
IUCN | 191956 |
Taksonomi | |
Galat Lua: callParserFunction: function "Template" was not found. | |
Spesies | Calliophis bivirgatus F. Boie, 1827 |
Tata nama | |
Sinonim takson |
Ular cabai besar (Calliophis bivirgatus) adalah spesies ular berbisa yang endemik di Asia Tenggara. Sebutan-sebutan untuk ular ini di antaranya: "ular cabai besar", "ular karang biru", dan "ular pantai biru". Dalam bahasa inggris disebut Blue coral snake atau Blue malayan coralsnake.[1][2]
Taksonomi dan morfologi
Ular cabai besar, bersama dengan ular cabai biasa (C. intestinalis) sebelumnya dideskripsikan sebagai spesies dari genus Maticora, sampai akhirnya diklasifikasikan ke genus lain bersama kerabatnya itu.[3]
Panjang tubuh ular cabai besar mencapai 1.8 meter. Kepala, ekor, dan bagian bawah tubuhnya berwarna merah cerah. Sedangkan bagian atas tubuhnya berwarna hitam kebiruan, serta dihiasi garis berwarna putih atau kebiruan yang membentang di sepanjang sisi badannya.[1][4] Saat masih muda, penampilan ular cabai besar mirip dengan jenis ular kecil yang tidak berbisa, yaitu Calamaria schlegeli. Akan tetapi, ular cabai besar adalah ular berbisa yang mematikan.[1][2] Pewarnaan ular cabai besar juga nyaris sama dengan ular dari jenis lain yang juga berbisa tinggi, yaitu bungarus flaviceps (Krait kepala-merah).
Penyebaran
Ular cabai besar tersebar di Myanmar, Kamboja, Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia (Sumatera, Nias, Kep. Mentawai, Kep. Riau, Bangka-Belitung, Jawa, Kalimantan), dan Brunei Darussalam.[2]
Ekologi dan perilaku
Ular cabai besar menghuni hutan dataran rendah hingga ketinggian 500 meter DPL. Ular ini seringkali ditemukan menyelinap di antara dedaunan gugur di lantai hutan dan mampu menggali ke dalam tanah (semi-fossorial). Makanan utamanya adalah ular-ular yang berukuran lebih kecil darinya, dan kemungkinan juga memangsa beberapa jenis kadal kecil.[5]
Jika merasa terganggu, ular cabai besar akan mengangkat dan menggerak-gerakkan ekornya yang berwarna merah cerah untuk menakut-nakuti pengganggunya.[5]
Ular cabai besar berkembangbiak dengan bertelur (ovipar). Jumlah telur yang dihasilkan hanya satu sampai 3 butir saja.[5]
Racun bisa
Bisa ular cabai besar diketahui dapat membunuh manusia.[6] Tidak seperti jenis-jenis Elapidae pada umumnya, bisa ular ini bukan racun neurotoksin. Bisa ular ini bersifat sitotoksin (cytotoxin), yang mampu melumpuhkan sistem otot.[6]
Referensi
- ^ a b c Calliophis bivirgatus. Ecologyasia. 2016.
- ^ a b c Calliophis bivirgatus di Reptarium.cz Reptile Database. Diakses 14 Januari 2020.
- ^ J. B. Slowinski, J. Boundy and R. Lawson. 2001. The phylogenetic relationships of Asian coral snakes (Elapidae: Calliophis and Maticora) based on morphological and molecular characters. Herpetologica 57(2) 233-245
- ^ Coral snakes: colors, bites, farts, and facts. Livescience. 16 December 2014.
- ^ a b c http://ularindonesian.blogspot.com/p/calliophis-bivirgatus.html
- ^ a b Tan, C. H., et al. (2015). Unveiling the elusive and exotic: Venomics of the Malayan blue coral snake (Calliophis bivirgata flaviceps). Journal of Proteomics 132, 1.
- Boie F. 1827. "Bemerkungen über Merrem's Versuchs eines Systems der Amphibien. 1te Lieferung: Ophidier ". Isis von Oken 20: 508-566. (Elaps bivirgatus, p. 556).
- Boulenger GA. 1896. Catalogue of the Snakes in the British Museum (Natural History). Volume III., Containing the Colubridæ (Opisthoglyphæ and Proteroglyphæ), ... London: Trustees of the British Museum (Natural History). (Taylor and FRancis, printers). xiv + 727 pp. + Plates I-XXV. (Doliophis bivirgatus, pp. 400–401).
- Das I. 2006. A Photographic Guide to Snakes and Other Reptiles of Borneo. Sanibel Island, Florida: Ralph Curtis Books. 144 pp. ISBN 0-88359-061-1. (Calliophis bivirgata [sic], p. 61).
- Oshea, Mark; Halliday, Tim; Metcalf, Jonathan (editor). 2002. Reptiles and Amphibians: Smithsonian Handbooks. London: DK (Dorling Kinderley). 256 pp. ISBN 9780789493934.