Lompat ke isi

Pink slime

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 21 Januari 2020 10.40 oleh RXerself (bicara | kontrib) (pembuka, →‎Kontroversi)

Pink slime adalah produk sampingan dari produksi daging yang digunakan sebagai bahan aditif dalam produk-produk olahan daging. Pink slime terbuat dari daging-daging yang menempel pada lemak yang ikut terbuang pada saat pemotongan daging.[1] Pink slime disebut pula lean finely textured beef [LFTB], "daging sapi halus rendah lemak", finely textured beef, "daging sapi halus", atau boneless lean beef trimmings.[2][3][4] Pada tahun 2012, kantor berita ABC News meliput mengenai produk daging ini. Liputan tersebut menuai kontroversi dengan beberapa produsen daging sapi di Amerika Serikat menganggap bahwa ABC menampilkan citra buruk bagi produk tersebut sementara sebagian masyarakat menolak pencampuran pink slime ke dalam produk daging yang mereka konsumsi.[5]

Kontroversi

Penggunaan pink slime dalam produk-produk olahan daging sapi menuai kontroversi. Setelah liputan khusus yang ditayangkan oleh ABC News tersebut, Kementerian Pertanian Amerika Serikat (USDA) mengizinkan kantin sekolah-sekolah untuk menghentikan penggunaan pink slime di dalam makanan yang mereka sajikan.[6]

Referensi

  1. ^ "What is Pink Slime?". LiveScience. 2012-03-22. Diakses tanggal 2020-01-05. 
  2. ^ Taylor, K. (2017-06-28). "The $5.7 billion 'pink slime' lawsuit against ABC was settled, leaving the beef company feeling 'vindicated'". Business Insider Singapore. Diakses tanggal 2020-01-21. 
  3. ^ Cooper, B. (2014-06-03). "Derided beef product once referred to as 'pink slime' making a comeback". The Kansas City Star. Diakses tanggal 2020-01-21. 
  4. ^ Engber, D. (2012-10-25). "The Branding—and Rebranding, and Re-Rebranding—of Pink Slime". Slate Magazine. Diakses tanggal 2020-01-21. 
  5. ^ Berr, J. (2017-08-10). "Disney "pink slime" lawsuit settled for whopping $177 million". CBS News. Diakses tanggal 2020-01-21. 
  6. ^ Pollan, M. (2012-10-10). "Vote for the Dinner Party". The New York Times. Diakses tanggal 2020-01-21.