Lompat ke isi

Boros kata

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 11 Februari 2020 11.26 oleh Pinerineks (bicara | kontrib)

Boros kata atau bahasa boros[1] adalah penggunaan lebih banyak kata daripada yang sebenarnya diperlukan pada suatu tulisan atau ujaran. Menghindari pemborosan kata adalah salah satu kunci dalam menciptakan kalimat yang efektif dalam berbahasa. Boros kata dapat dilawankatakan dengan istilah hemat kata yang berhubungan dengan pembuatan kalimat efektif.[2][3]

Purwadarminta pernah berpendapat tentang keborosan kata:[4]

Penuturan yang ringkas pada umumnya kuat dan tegas. Penuturan yang luas karena banyak kata-katanya yang mubazir biasanya lemah dan kabur. Demikianlah pada umumnya. Karena itu maka kalimat yang sudah jelas dan terang dengan empat kata, misalnya, jangan dikatakan dengan lima atau enam kata.

Boros kata sering disinonimkan dengan kalimat tidak efektif, kalimat mubazir, mubazir kata,[5] kalimat bertele-tele atau kalimat berbelit-belit.

Contoh

Beberapa contoh pemborosan kata:[3]

  • Sejarah daripada perjuangan dan pertumbuhan bangsa ikut memberi dasar dan arah daripada politik kita yang bebas dan aktif.
    • Sejarah perjuangan dan pertumbuhan bangsa ikut memberi dasar dan arah politik kita yang bebas dan aktif.
  • Bilamana terjadi hujan yang turun dengan sangat lebatnya, pekarangan sekolah kami dipenuhi air banyak sekali yang meluap dari selokan.
    • Bila turun hujan lebat, pekarangan sekolah kami dibanjiri air dari selokan itu.

Contoh dalam kata-kata yang sering bersanding tetapi sebenarnya merupakan pemborosan kata:[6]

  • Demi untuk (dapat memilih salah satu saja)
  • Majalah mading (kata majalah telah ada dalam kata mading, alias majalah dinding)
  • Agar supaya (dapat memilih salah satu saja)
  • Para hadirin (kata hadirin telah menggambarkan semua orang yang hadir)

Catatan kaki

  1. ^ "Glosarium ~ Kateglo". kateglo.com. Diakses tanggal 2020-02-10. 
  2. ^ * Terampil Berwicara ..SMU 2. Grasindo. ISBN 978-979-732-186-4. 
  3. ^ a b Widyamartaya, A. (1989-01-01). Seni menerjemahkan. Kanisius. ISBN 978-979-413-043-8. 
  4. ^ Widyamartaya, A. (1990). Seni menggayakan kalimat: bagaimana mengembangkan, mengefektifkan dan mencitarasakan kalimat. Kanisius. ISBN 978-979-413-272-2. 
  5. ^ developer, mediaindonesia com (2017-07-22). "Hanya Saja". mediaindonesia.com. Diakses tanggal 2020-02-10. 
  6. ^ Rizka, Ajeng (2019-11-13). "10 Kata Boros bin Nggak Efektif yang Sering Dipakai Orang. Cuma Keliru Atau Emang Nggak Tahu nih?". Hipwee. Diakses tanggal 2020-02-10.