Lompat ke isi

Narakasura

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 23 Agustus 2008 16.59 oleh Antapurwa (bicara | kontrib)
Ilustrasi dari kitab Bhagawatapurana yang menggambarkan adegan Kresna dan Satyabama menyerang pasukan Narakasura.

Narakasura (Sanskerta: नरकासुर; Narakāsura) atau Bomasura (Sanskerta: भौमासुर; Bhaumāsura) atau Boma Narakasura adalah tokoh mitologi Hindu yang digambarkan sebagai seorang raja raksasa yang memerintah negeri Pragjyotisha, atau yang di masa sekarang dikenal sebagai daerah Assam, di India Timur.

Kisah kematian Narakasura di tangan Kresna juga ditemukan dalam sastra Jawa Kuna berjudul Kakawin Bhomakawya, yang ditulis pada zaman Kerajaan Majapahit. Selain itu, Boma Narakasura juga dikenal dalam pewayangan Jawa sebagai raja Kerajaan Trajutrisna, yang tewas di tangan Kresna.

Versi Bhagawatapurana

Beberapa sumber dari India menyebutkan bahwa Narakasura merupakan putra Pertiwi sang dewi bumi dengan Waraha Awatara, sedangkan sumber lain mengatakan bahwa ia merupakan putera dari Hiranyaksa.

Menurut kitab Bhagawatapurana, Narakasura memerintah Kerajaan Pragjyotisha dengan kejam dan mengalahkan banyak raja serta menawan puteri mereka, bahkan juga para dewa. Karena merasa resah, Indra raja kahyangan melaporkan kejadian tersebut kepada Kresna. Kresna berhasil mengalahkan Narakasura dengan menggunakan senjata Cakra Sudarsana. Setelah itu ia pun membebaskan para raja dan putri yang ditawan oleh Narakasura.

Kresna kemudian mengangkat putera Narakasura yang bernama Bhagadatta untuk menjadi raja Pragjyotisha yang selanjutnya. tokoh Bhagadatta ini memihak Korawa ketika meletus perang besar di Kurukshetra. Ia akhirnya tewas di tangan Arjuna.

Versi Pewayangan Jawa

Menurut pewayangan Jawa, Boma Narakasura adalah putra Batara Wisnu dengan Batari Pertiwi. Ia dilahirkan di Kahyangan Ekapratala tempat tinggal Batara Ekawarna, kakeknya dari pihak ibu. Nama kecil Boma adalah Sitija, dan memiliki adik perempuan bernama Sitisundari.

Setelah dewasa, Sitija diminta para dewa untuk mengalahkan pamannya sendiri, bernama Bomantara yang berani menyerang kahyangan. Dalam pertempuran tersebut Sitija berhasil membunuh Bomantara. Roh Bomantara kemudian bersatu dalam diri Sitija sehingga menambah kekuatannya.

Sitija kemudian menjadi raja Kerajaan Surateleng bergelar Boma Narakasura. Negeri peninggalan Bomantara tersebut kemudian diganti namanya menjadi Trajutrisna. Boma mendengar bahwa ayahnya, yaitu Wisnu, telah terlahir ke dunia sebagai manusia bernama Kresna raja Dwarawati. Setelah melalui perjuangan panjang, Boma pun mendapat pengakuan sebagai putra sulung Kresna.

Boma dalam pewayangan dilukiskan sebagai sosok antagonis yang sering terlibat persaingan dengan Gatutkaca dari keluarga Pandawa. Meskipun demikian kematian Boma dalam pewayangan tetap dikisahkan oleh tangan Kresna, "ayahnya" sendiri.

Kematian Boma dalam pewayangan dimodifikasi dari Kakawin Bhomakawya oleh para dalang, terutama Ki Narto Sabdo sehingga lebih terkesan dramatis. Peristiwa tersebut dinamakan Gojalisuta atau perang antara ayah melawan anak.

Dikisahkan Boma memiliki istri bernama Agnyanawati yang tidak mencintai dirinya. Ia bersedia melayani Boma sebagai suami asalkan dibuatkan jalan raya lurus tanpa berbelok dari Trajutrisna menuju negeri kelahirannya, yaitu Giyantipura. Boma merasa bimbang karena jalan tersebut pasti menerobos bukit Gandamadana, tempat leluhur Kresna dimakamkan.

Atas pertimbangan ibunya, Boma akhirnya memutuskan untuk menolak permintaan Agnyanawati, bahkan ia bersedia menceraikan istrinya itu. Ternyata Agnyanawati telah dilarikan Samba, putra Kresna yang lahir dari Jembawati. Namun Boma merelakannya. Bahkan ia berencana untuk menikahkan keduanya.

Utusan Boma yang bernama Pancadnyana datang meminta kepada Kresna supaya menyerahkan Samba dan Agnyanawati. Kresna merestuinya, namun Arjuna mencurigai keputusan Boma. Tanpa sepengetahuan Kresna, Arjuna mengirim surat tantangan agar Boma merebut Samba dan Agnyanawati dengan pertempuran.

Boma marah membaca surat tantangan Arjuna. Ia pun memimpin pasukan menyerbu Kerajaan Dwarawati. Karena dihasut kendaraannya yang berwujud burung raksasa bernama Wilmana, Boma pun tega membunuh Samba dan Agnyanawati dengan cara memotong-motong tubuh mereka.

Perang besar pun meletus. Arjuna mundur setelah dipermalukan di depan umum karena pakaiannya robek terkena senjata Boma. Boma kemudian terlibat pertempuran sengit melawan Gatutkaca yang memihak Dwarawati.

Kresna muncul dan menyesali terjadinya perang. Ia pun melepaskan senjata Cakra Sudarsana ke angkasa agar para prajurit yang sedang berperang mengetahui kehadirannya dan segera menghentikan perang. Namun Boma justru mengalami kecelakaan. Burung Wilmana yang dikendarainya silau melihat kilauan Cakra Sudarsana sehingga ia terbang menabrak senjata tersebut. Akibatnya, Wilmana sekaligus Boma sama-sama tewas dengan tubuh hancur karena menabrak senjata Cakra.