Lompat ke isi

Aprila Wayar

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Aprila Russiana Amelia Wayar atau yang biasa disapa Emil adalah seorang novelis perempuan pertama dari Papua dan juga seorang jurnalis yang lahir di Jayapura, 15 April 1980, ia dibesarkan di Jawa setelah mengikuti orangtuanya yang pindah ke Tasikmalaya Jawa barat. [1]Setelah selesai menempuh sekolah menengah atas, kemudian ia melanjutkan pendidikan di bangku perguruan tinggi dengan mengambil jurusan Ekonomi Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta. Ketika lulus pada tahun 2006, seorang kawannya yang baru membuka hotel di Bitung mengajaknya untuk bergabung, walaupun ia berkesempatan untuk menerapkan ilmu yang diperolehnya di perguruan tinggi yakni manajemen pada pekerjaannya, tetapi Emil hanya bertahan enam bulan dalam pekerjaannya tersebut. Emil memilih kembali ke Jayapura Papua dan bergabung dengan Forum Kerja sama Lembaga Swadaya Masyarakat (Foker-LSM) Papua sebagai seorang peneliti.

Pengalamanlah yang menghantarkan Emil menjadi peneliti di Foker-LSM Papua sehingga sangat akrab dengan dunia riset, disaat yang bersamaan Emil juga menjadi kontributor aktif di Jubi, sebuah situs pemberitaan online di Papua. Bagi Emil, menjadi seorang jurnalis dapat memberikan dirinya kesempatan yang lebih luas untuk melihat masalah ataupun isu-isu sosial di tanah Papua, namun sayangnya dalam dunia jurnalistik ia mengalami kendala dimana tidak semua hal yang ditemui dapat dimuat dalam laporan jurnalistiknya. Pengalaman dirinya menjadi seorang jurnalis yang dirasakan dirinya paling menantang ialah ketika dirinya melakukan liputan konflik Papua, tokoh-tokoh Papua seperti Goliath Tabuni, Richard Yoweni, dan Seth Jafet Rumkorem sudah pernah ia wawancarai ketika bertugas. [2]

Selain sebagai seorang jurnalis Papua, Emil juga memiliki kegemaran menulis cerita pendek saat ia berada pada semester akhir di bangku perkuliahannya. Pada tahun 2006 saat dirinya mencoba menulis sebuah cerita pendek dan berniat untuk mempublikasikannya ke Jubi, tak disangka ide-ide yang dimilikinya dalam alur cerita pendek tersebut mendapat sorotan dari pihak redaksi Jubi saat itu, sehingga draf cerpen miliknya berubah menjadi sebuah naskah novel. Dari titik inilah seorang Emil mencatatkan dirinya sebagai seorang novelis perempuan pertama asal Papua. Novel pertama Emil yang berjudul Mawar Hitam Tanpa Akar (2009) yang menggambarkan perjuangan orang asli Papua di tengah pelanggaran HAM besar-besaran oleh oknum aparat keamanan kala itu berhasil mengantarnya ke Ubud Writers and Readers Festival (2012 dan 2015) di Bali bersama penulis-penulis terbaik di seluruh Indonesia. Ia juga diundang menghadiri ASEAN Literary Festival tahun 2014.[1]

Pada 27 April 2018, Emil merilis novel ketiganya yang berjudul "Sentuh Papua" di Kantor Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta. Pada cetakan pertamanya novel "Sentuh Papua" dicetak sebanyak 300 eksemplar dengan jumlah halaman sebanyak 374 lembar. Adapun novel tersebut mengisahkan tentang sebuah undercover reporting jurnalis Belanda bernama Rohan di tanah Papua yang mengunjungi Papua menggunakan visa turis, kemudian melakukan penjelajahan untuk sampai ke sebuah daerah di Papua yang bernama Tanah Merah dan melakukan wawancara terhadap tokoh Organisasi Papua Merdeka (OPM) atau dalam pandangan Indonesia sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua. Menurut pengakuan Emil, selaku penulis Novel "Sentuh Papua" cerita di dalam novel tersebut diangkat dari kisah nyata, dimana isinya delapan puluh lima persen adalah fakta.[3]

Pada 21 Februari 2020, Emil kembali meluncurkan sebuah novel berjudul "Tambo Bunga Pala" yang diluncurkan di Pendopo Yayasan LKIS, Sorowajan Yogyakarta. Peluncuran novel tersebut dilaksanakan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta dan Fawawi Club yang merupakan komunitas sastra para penulis asal Papua. Novel "Tambo Bunga Pala" yang diterbitkan secara mandiri oleh Wayar dengan donasi dari Aliansi Demokrasi untuk Papua (AlDP) tersebut menceritakan Kota Fakfak sebagai salah satu poros peradaban di Papua yang cenderung luput dari perhatian publik, padahal faktanya Fakfak yang merupakan salah satu kota tertua di Papua dan awal peradaban orang Papua dimulai memiliki berbagai keunikan mulai dari sejarahnya hingga lanskap kotanya yang "bertingkat" atau "bersusun". Dalam proses penyusunan novel "Tambo Bunga Pala" tersebut, Emil mengaku kesulitan mencari dan menghimpun data terkait perkembangan Kota Fakfak di Papua Barat. Dalam peluncuran novel keempatnya tersebut, Emil juga berharap kisah yang tertulis dalam novelnya dapat memotivasi generasi muda Papua, khususnya generasi muda yang berada di Kota Fakfak untuk menulis sendiri sejarahnya.


Referensi

  1. ^ a b "Indonesiana". Aprila Wayar, Novelis Perempuan Papua Pertama. 27/04/2019. Diakses tanggal 26/02/2020. 
  2. ^ Fitriyanto, Aprila (12/03/2019). "Seorang penulis dan novelis". Aprila Russiana Amelia, Seorang Novelis dan Jurnalis. Diakses tanggal 26/02/2020. 
  3. ^ Zakaria, Anang (22/06/2018). "Aprila Russiana, Identitas Ganda Jurnalis dan Novelis". Loka Data. Diakses tanggal 26/02/2020.