Lompat ke isi

Peter Dominggus Latuihamallo

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Peter Dominggus Latuihamallo merupakan salah satu dosen teolog Indonesia dan juga seorang anggota DPR (1960-1966). Peter Dominggus Latuihamallo lahir di Mamasa, Sulawesi Selatan, pada tanggal 11 Agustus 1918. Dominggus pernah menjabat sebagai rektor di Sekolah Teologia GPM. Ia menempuh kuliah di HTS belakangan menjadi STT (Sekolah Tinggi Teologia)- Jakarta, tertunda karena penyerbuan Jepang ke Indonesia menutup sekolah itu. Dari perjalanannya selama enam bulan inilah ia juga turut mempelajari musik Barat dan akting opera Italia di sekolah musik di Jalan Jeruk, Jakarta.[1]

Menjadi centeng gedung sekolah pun terpaksa ia jalanii. Seorang Belanda-Indo yang lolos dari interniran Jepang dan bersembunyi di kawasan Menteng memberinya uang 25 gulden yang dimanfaatkannya sebagai modal berdagang sayur dan buah-buahan. Sore harinya Dominggus mengayuh sepeda mencari dagangan di Pasar Minggu; keesokan harinya ia berjaya.

Selain, sekolah musik di Jakarta pada tahun 1945, ia sempat mengikuti pendidikan di Sekolah Islam Tinggi, di bawah pimpinan Mohammad Natsir. Teman kuliahnya antara lain Mukti Ali, yang kemudian hari menjadi menteri agama Republik Indonesia.

Dominggus lahir sebagai anak kedua (dengan empat saudara) E.J. Latuihamalo, pendeta dan guru berasal dari Maluku. Sampai lulus Mulo bagian B, Dominggus menjalani pola kehidupan yang secara ketat diatur ayahnya di Ujungpandang.

Tahun 1948 ia menikahi Daisy Soselisa, gadis yang ia kenal karena sama-sama aktif di Gereja Imanuel, Gambir, Jakarta. di tahun yang sama Dominggus meraih Ijazah Sttnya dan menjadi pendeta yang di angkat menjadi gembala Gereja Protestan Maluku di Dobo dengan panggilan Latui. Melalui disertasinya yang berjudul Church and World, A Critical Study about the Relation of Church in the World in the Writing of Hendrick Kraemer, Pak Latui meraih gelar Doktor di bidang Teologi dan etika sosial dari Union Theologycal Seminary, New York, 1959.

Penggemar film kungfu ini menjaga kondisi badannya dengan menghindari rokok, menolak minuman keras dan menghindari makanan pedas. Ayah enam anak dan beberapa cucu ini juga rajin berolah raga lari santai pagi, sesekali juga bermain tenis meja. [1]

Referensi

  1. ^ a b APA & SIAPA sejumlah orang Indonesia 1985-1986. Tempo (Jakarta, Indonésie) (edisi ke-Cet. 1). Jakarta: Grafiti Pers. 1986. ISBN 979-444-006-X. OCLC 37095471.