Lompat ke isi

Hawa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Hawa
حواءחַוָּה
Kaligrafi Hawa Ummul Basyar (ibu umat manusia)
Gelar
Suami/istriAdam
Anak

Hawa (bahasa Ibrani: חַוָּה‎, Ḥawwāh; bahasa Arab: حواء Hawwāʾ) adalah tokoh dalam agama-agama Abrahamik. Dia merupakan istri Adam. Kitab Kejadian dan hadits menyebutkan bahwa Hawa diciptakan Allah dari tulang rusuk Adam.

Bersama Adam, Hawa tinggal di surga atau taman eden. Namun karena memakan buah terlarang, keduanya akhirnya diusir dari sana. Hawa dipandang sebagai Ummul Basyar ("Ibu Umat Manusia"). Kerap disalahkan atas peristiwa kejatuhan manusia, kisah Hawa merupakan bagian Alkitab paling berpengaruh dalam dinamika gender dan identitas di Barat.

Etimologi

Nama Hawa pada umumnya dipercaya bermakna 'yang hidup' atau 'sumber kehidupan' dan secara fonetis mirip dengan "ḥāyâ", "hidup", dari akar Semit ḥyw.[1]

Kisah

Kisah Hawa dalam Tanakh dan Alkitab termuat pada Kitab Kejadian pasal 2-5. Al-Qur'an tidak menyebutkan nama Hawa secara tersurat, tetapi kisahnya disebutkan pada surah Al-Baqarah (2): 35-39, Al-A'raf (07): 19-25, dan Thaha (20): 117-126. Selain dari kitab suci, kisah Hawa juga terdapat dalam beberapa riwayat hadits[2] dan literatur Rabinik.

Penciptaan Hawa

Penciptaan Hawa, lukisan Michelangelo pada langit-langit Kapel Sistina.

Dalam Kejadian disebutkan bahwa manusia dibentuk sesuai gambar dan rupa Allah agar dapat menguasai binatang-binatang ternak, juga hewan-hewan di laut dan udara.[3] Kejadian menyebutkan bahwa saat Adam tidur, Allah mengambil salah satu tulang rusuknya dan menciptakan seorang manusia berjenis kelamin perempuan.[4] Adam menamai perempuan itu Hawa, sebab dia menjadi ibu bagi semua yang hidup.[5]

Penciptaan Hawa tidak dikisahkan secara jelas dalam Al-Qur'an dan namanya juga tidak disebutkan secara tersurat. Namun ayat Al-Qur'an yang menyatakan bahwa manusia diciptakan "dari diri yang satu dan Allah menciptakan pasangannya dari dirinya"[6][7] ditafsirkan sebagai penciptaan Hawa yang berasal dari bagian Adam. Dalam hadits juga disebutkan bahwa wanita tercipta dari tulang rusuk.[8]

Penciptaan Hawa, menurut Rabi Joshua, adalah bahwa Tuhan mempertimbangkan dari anggota badan Adam yang mana Hawa akan diciptakan. Dia tidak diciptakan dari kepala Adam karena akan menjadi orang yang sombong, tidak diciptakan dari mata karena dia akan ingin mengorek semua hal, tidak dari telinga karena dia akan berkeinginan mendengar semua hal, tidak dari mulut karena dia akan banyak bicara, tidak dari hati karena dia akan iri pada orang-orang, tidak dari tangan karena dia akan berkeinginan untuk mengambil semua hal, tidak dari kaki karena dia akan menjadi seorang petualang. Oleh karena itu Hawa diciptakan dari anggota yang disembunyikan, yaitu tulang rusuk, yang bahkan tidak terlihat ketika manusia telanjang.[9]

Pohon terlarang

Dalam surga atau taman eden, disebutkan bahwa Adam dan Hawa dapat memakan buah dari pohon mana saja, tetapi Allah melarang mereka memakan buah dari salah satu pohon. Dalam Al-Qur'an disebutkan peringatan bahwa mereka akan tergolong orang yang zalim bila mendekati pohon tersebut,[10] sementara Kejadian menjelaskan bahwa Adam akan mati.[11]

Kejadian mengisahkan bahwa ular kemudian membujuk Hawa untuk memakannya dan menyatakan bahwa jika mereka memakan buah terlarang tersebut, mereka akan menjadi seperti Allah dan mengetahui yang baik dan buruk. Hawa kemudian memakannya. Adam kemudian terbujuk oleh Hawa dan memakan buah tersebut.[12]

Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa setan yang membujuk Adam dan Hawa untuk memakan buah tersebut. Setan membujuk dengan menyatakan bahwa mereka dilarang memakan buah tersebut karena nanti mereka akan menjadi malaikat atau menjadi kekal.[13] Buah khuldi (keabadian) yang kerap dianggap sebagai nama dari buah terlarang tersebut adalah nama yang digunakan setan untuk membujuk Adam dan Hawa agar memakannya.[14] Al-Qur'an menjelaskan bahwa keduanya kemudian mencicipi buah tersebut, tanpa menyebutkan pihak yang pertama kali memakannya.[15]

Menurut Kejadian, sejak awal Adam dan Hawa tinggal di taman eden dalam keadaan telanjang, tetapi mereka tidak merasa malu.[16] Setelah memakan buah terlarang, mereka menjadi sadar akan ketelanjangan mereka dan kemudian membuat cawat dari dedaunan.[17] Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa Adam dan Hawa mengenakan pakaian saat di surga, tetapi pakaian mereka terlepas saat memakan buah terlarang tersebut.[18][19]

Kejatuhan manusia

Setelah Adam dan Hawa memakan buah terlarang, Kejadian memusatkan kisah pada hukuman dan konsekuensi dari penyimpangan yang telah dilakukan. Di hadapan Allah, Adam menyalahkan Hawa atas kesalahannya memakan buah terlarang tersebut. Hawa kemudian menyalahkan ular atas kejadian tersebut. Allah kemudian mengutuk ular dan membuatnya berjalan menggunakan perut seumur hidup, menghukum Hawa dengan memberikan kepayahan saat mengandung dan melahirkan dan membuat suaminya berkuasa atasnya, dan menghukum Adam dengan menjadikannya bersusah payah mencari rezeki dari tanah sampai dia sendiri kembali menjadi tanah.[20]

Dalam Al-Qur'an, bagian ini berpusat pada pertaubatan Adam dan Hawa atas kesalahan yang telah diperbuat.[21][22] Tidak ada perincian mengenai hukuman yang masing-masing diterima sebagaimana yang dijabarkan dalam Kejadian. Mereka berdua kemudian dikeluarkan dari surga.[23] Meski tidak tercantum dalam Al-Qur'an, banyak Muslim meyakini bahwa Adam dan Hawa diturunkan di tempat terpisah[24] dan mereka akhirnya bertemu kembali di Jabal Rahmah, Arafah.

Dalam kebudayaan Swahili, Hawa memakan buah terlarang terlebih dulu dan kemudian diusir dari surga. Adam kemudian ikut memakan buah tersebut untuk mengikuti Hawa agar dapat melindunginya di bumi.[25]

Anak

Gunung Qasiyun tampak dari Damaskus. Tempat ini diyakini sebagai tempat pembunuhan Habil oleh Qabil/Kain.

Dalam Kejadian disebutkan bahwa Hawa melahirkan seorang anak laki-laki bernama Kain (Qabil dalam sumber Islam) dan Hawa mengatakan bahwa dia mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan Tuhan. Pada kelahiran selanjutnya, Hawa melahirkan seorang putra yang dinamai Habel (Habil dalam sumber Islam). Kain menjadi petani dan Habel menjadi penggembala domba.[26]

Kejadian dan Al-Qur'an mengisahkan bahwa Qabil/Kain dan Habil melakukan kurban kepada Allah. Kurban Habil diterima, tapi tidak dengan milik Qabil. Qabil kemudian membunuh Habil.[27][28] Setelahnya, Hawa kembali melahirkan putra yang dinamai Set (Syits dalam sumber Islam) dan menyatakan bahwa Allah telah mengaruniakan anak yang lain sebagai ganti Habel, sebab Kain (Qabil) telah membunuhnya.[29]

Wafat

Tidak ada keterangan dalam Al-Qur'an dan Kejadian mengenai meninggalnya Hawa. Ibnu Katsir berpendapat bahwa Hawa meninggal setahun setelah Adam.[30]

Kedudukan

Pandangan mengenai Hawa acapkali menjadi acuan bagi peran dan kedudukan perempuan secara umum dalam agama dan masyarakat, utamanya pada masyarakat Barat Abad Pertengahan. Hawa juga kerap disalahkan mengenai kejatuhan manusia karena dalam sumber Kejadian disebutkan bahwa Hawa memakan buah terlarang terlebih dulu dan membujuk Adam agar ikut memakannya.

Sarjana Timur Dekat Carol Lyons Meyers menyatakan bahwa kisah Hawa merupakan bagian Alkitab yang paling memengaruhi gagasan masyarakat Barat terkait gender dan identitas.[31]:72 Sosiologis Linda L. Lindsey menyatakan bahwa wanita menanggung lebih berat beban dosa asal, penciptaannya dari rusuk Adam, urutan kedua diciptakan setelah Adam, dengan kutukan Tuhan saat pengusirannya dari Taman Eden kerap menjadi dasar untuk mendukung kekuasaan pria atas wanita.[32]:133,397

Dalam Yahudi, literatur rabinik awal mengandung tradisi-tradisi yang menggambarkan Hawa dengan cara yang kurang baik. Menurut Bereshith Rabba 18: 4, Adam dengan cepat menyadari bahwa Hawa ditakdirkan untuk terlibat dalam pertengkaran terus-menerus dengannya. Wanita pertama juga menjadi objek tuduhan yang dinisbatkan kepada Rabi Joshua dari Siknin, yang menurutnya Hawa, terlepas dari upaya ilahi, ternyata “berkepala bengkak, genit, penyadap, gosip, rentan terhadap kecemburuan, suka mencuri, dan petualang. "(Ibid. 18: 2). Serangkaian dakwaan yang serupa muncul dalam Bereshith Rabba 17: 8, yang dengannya penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam alih-alih dari bumi membuatnya lebih rendah dari Adam dan tidak pernah puas dengan apapun.

Dari sisi lain, Trible dan Frymer-Kensky melihat bahwa kisah Hawa dalam Kejadian tidak menunjukkan inferioritas Hawa atas Adam. Kata "penolong" (ezer) menunjukkan pendamping dalam Alkitab alih-alih pembantu, dan kata ini juga digunakan pada hubungan Tuhan pada (Bani) Israel (bukan Israel pada Tuhan).[33][34]:168 Trible menjelaskan bahwa, dalam mitologi, hal yang diciptakan terakhir secara tradisi merupakan puncak penciptaan, yang tersirat dalam Kejadian 1 bahwa manusia (Adam) diciptakan setelah segala sesuatu yang lain — kecuali Hawa.[33] Namun, sarjana Perjanjian Baru Craig Blomberg mengatakan bangsa Yahudi kuno mungkin telah melihat urutan penciptaan sebagai bentuk keistimewaan kepada putra sulung terkait hak waris (baik dalam tulisan suci mereka dan dalam budaya sekitarnya) dan menafsirkan Adam diciptakan lebih dulu dari Hawa sebagai tanda hak istimewanya.[35]:129

Gereja Katolik mengakui Adam dan Hawa sebagai santo dan santa.[36] Pesta liturgi tradisional untuk Adam dan Hawa dirayakan pada 24 Desember sejak Abad Pertengahan.

Terkait buah terlarang, Al-Qur'an tidak menjelaskan bahwa Hawa yang pertama kali memakannya. Baik Adam dan Hawa dijelaskan sama-sama bersalah, sama-sama bertaubat, juga sama-sama menerima ampunan.[37][38] Hawa dipandang sebagai Ummul Basyar (ibu umat manusia), tetapi pengaruhnya tidak begitu kuat pada peran dan kedudukan perempuan di dunia Muslim bila dibandingkan dengan di Barat.

Menurut sebagian ulama, Hawa adalah seorang nabiah (nabi perempuan). Dalam kitabnya, Ibnu Hajar menyampaikan, "Dinukil dari al-Asy’ari bahwa ada beberapa wanita yang diangkat jadi nabi. Mereka ada 6 orang:

  • Hawa (istri Nabi Adam),
  • Sarah (istri Nabi Ibrahim),
  • Ibunya Musa,
  • Hajar (istri Nabi Ibrahim),
  • Asiyah (istri Fir'aun yang beriman),
  • dan Maryam (ibu Nabi 'Isa).

Batasan menurut beliau, bahwa orang yang didatangi malaikat dari Allah, dengan membawa hukum: perintah, larangan, atau maklumat, maka dia nabi."[39]

Beberapa ulama yang mendukung adanya nabiah antara lain Ibnu Hazm, Al-Qurthubi, dan Abu al-Hasan al-Asy'ari.[39][40][41] Meski demikian, kebanyakan ulama berpendapat bahwa tidak ada nabi dari kalangan perempuan.

Tradisi Yahudi

Lilith

Dalam legenda Yahudi disebutkan bahwa istri pertama Adam bukanlah Hawa, tetapi Lilith. Adam dan Lilith diciptakan bersama-sama dari tanah. Namun terjadi perselisihan di antara keduanya karena Lilith tidak mau patuh pada Adam, sehingga Lilith pergi meninggalkan Adam. Setelahnya, Allah menciptakan pasangan baru untuk Adam dari tulang rusuk Adam sendiri. Legenda ini berkembang secara luas selama Abad Pertengahan, dalam tradisi Aggadah, Zohar, dan mistisisme Yahudi.[42][43]

Keterangan mengenai Lilith tidak terdapat dalam Al-Qur'an dan Alkitab secara tersurat, tetapi sebagian menyandarkan keberadaannya menggunakan Kejadian 1: 27 yang mengesankan bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan bersamaan dan perempuan yang disebut dalam ayat ini dianggap adalah Lilith. Ini berbeda dengan Kejadian 2: 22 yang menyebutkan bahwa seorang perempuan diciptakan dari tulang rusuk, yang secara umum telah diketahui bahwa perempuan ini adalah Hawa.

Perzinahan

Dalam tradisi Yahudi pada literatur rabi awal, terdapat banyak contoh saat Hawa didakwa berbagai pelanggaran seksual. Dituliskan dalam Bereshith Rabba 3:16 bahwa "hasratmu akan untuk suamimu," dia dituduh oleh para rabi karena memiliki dorongan seksual yang terlalu maju (Bereshith Rabba 20: 7) dan terus-menerus menggoda Adam (ibid. 23: 5). Namun, dalam hal popularitas dan penyebaran teks, motif Hawa bersanggama dengan ular purba mengambil prioritas di atas pelanggaran seksualnya yang lain. Meskipun agak membingungkan, kisah ini disampaikan di banyak tempat: Bereshith Rabba 18: 6, Sotah 9b, Shabat 145b – 146a dan 196a, Yevamot 103b dan 'Avodah zarah 22b.[44]

Dalam tradisi Yahudi, Filo, Pirkei De-Rabbi Eliezer, dan Targum Yerushalmi menyatakan bahwa Adam bukanlah ayah dari Qabil/Kain. Sebaliknya, Hawa menjadi sasaran perzinahan karena dirayu Sammael,[45][46] ular[47] (nahash, Ibrani: נחש) di Taman Eden,[48] atau iblis sendiri,[49] dan Hawa berseru saat kelahiran Kain, "Aku telah mendapatkan seorang putra melalui seorang malaikat Tuhan."[50]

Lihat pula

Rujukan

  1. ^ American Heritage Dictionary
  2. ^ http://www.muslimaccess.com/sunnah/sahabah/eve.asp, 27 Mei 2012.
  3. ^ Kejadian 1: 26
  4. ^ Kejadian 2: 21–24
  5. ^ Kejadian 3: 20
  6. ^ An-Nisa' (04): 01
  7. ^ Al-A'raf (07): 189
  8. ^ "Bersikaplah yang baik kepada wanita, karena wanita diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian paling atas. Jika kalian luruskan dengan keras, akan patah. Sebaliknya, jika kalian biarkan akan selalu bengkok. Karena itu, bersikaplah yang baik kepada wanita." (HR. Bukhari 3331 & Muslim 1468)
  9. ^ Polano, Hymen (1890). The Talmud. Selections from the contents of that ancient book... Also, brief sketches of the men who made and commented upon it, p. 280. F. Warne, ISBN 1-150-73362-4, digitized by Google Books on 7 July 2008
  10. ^ Al-Baqarah (02): 35
  11. ^ Kejadian 3: 4
  12. ^ Kejadian 3: 1–6
  13. ^ Al-A'raf (07): 20
  14. ^ Thaha (20): 120
  15. ^ Al-A'raf (07): 22
  16. ^ Kejadian 2: 25
  17. ^ Kejadian 3: 7
  18. ^ Al-A'raf (07): 27
  19. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 29-30.
  20. ^ Kejadian 3: 14–19
  21. ^ Al-Baqarah (02): 37
  22. ^ Al-A'raf (07): 23
  23. ^ Al-A'raf (07): 24
  24. ^ Wheeler, Brannon M. (2001). Introduction to the Quran : stories of the prophets. New York: Continuum. ISBN 978-0-8264-4957-3. 
  25. ^ John Renard Islam and the Heroic Image: Themes in Literature and the Visual Arts Mercer University Press 1999 ISBN 9780865546400 hlm. 122
  26. ^ Kejadian 4: 1–2
  27. ^ Al-Ma'idah (05): 27-31
  28. ^ Kejadian 4: 3–8
  29. ^ Kejadian 4: 25
  30. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 78.
  31. ^ Meyers, Carol (1988). Discovering Eve: Ancient Israelite Women in Context. New York: Oxford University Press. ISBN 9780195049343. OCLC 242712170. 
  32. ^ Lindsey, Linda L (2016). Gender Roles: A Sociological perspective. New York: Routledge. ISBN 978-0-205-89968-5. 
  33. ^ a b Trible, Phyllis (1984). Texts of Terror: Literary feminist readings of biblical narratives. Philadelphia: Fortress Press. ISBN 978-0-8006-1537-6. 
  34. ^ Frymer-Kensky, Tikva (2006). Studies in Bible and feminist criticism (edisi ke-1st). Philadelphia, PA: Jewish Publication Society. ISBN 9780827607989. OCLC 62127975. 
  35. ^ Craig L. Blomberg (2009). "Chapter 2: Women in Ministry: a complementarian perspective". Dalam Beck, James R.; et al. Two views on women in ministry. Grand Rapids, Michigan: Zondervan. ISBN 9780310254379. OCLC 779330381. 
  36. ^ Steve Ray, "St[s]. Adam and Eve, St. Abraham, St. Moses – Did You Know Some Old Testament People Are Saints?", https://www.catholicconvert.com/blog/2019/01/16/st-adam-eve-st-abraham-st-moses-did-you-know-some-old-testament-people-are-saints/; confer Catechism of the Catholic Church, 61.
  37. ^ Al-Baqarah (02): 36-37
  38. ^ Al-A'raf (07): 22-23
  39. ^ a b Ibnu Hajar, Fathul Bari, 6/447
  40. ^ Ibnu Hazm, al-Fashl fi al-Milal wa an-Nihal 2/60
  41. ^ Lawami'ul Anwar Al-Bahiyah: 2/66
  42. ^ Schwartz, Howard (2006). Tree of Souls: The Mythology of Judaism. Oxford University Press. hlm. 218. ISBN 978-0-19-532713-7. 
  43. ^ Kvam, Kristen E.; Schearing, Linda S.; Ziegler, Valarie H. (1999). Eve and Adam: Jewish, Christian, and Muslim Readings on Genesis and Gender. Indiana University Press. hlm. 220–1. ISBN 978-0-253-21271-9. 
  44. ^ Kosior, Wojciech (2018). "A Tale of Two Sisters: The Image of Eve in Early Rabbinic Literature and Its Influence on the Portrayal of Lilith in the Alphabet of Ben Sira". Nashim: A Journal of Jewish Women's Studies & Gender Issues (32): 112–130. doi:10.2979/nashim.32.1.10. 
  45. ^ Byron 2011, hlm. 17: "And Adam knew about his wife Eve that she had conceived from Sammael" – Tg.Ps.-J.: Gen.4:1, Trans. by Byron.
  46. ^ Byron 2011, hlm. 17: "(Sammael) riding on the serpent came to her and she conceived [Cain]" - Pirqe R. L. 21, Trans. by Friedlander.
  47. ^ Byron 2011, hlm. 17: "First adultery came into being, afterward murder. And he [Cain] was begotten into adultery, for he was the child of the serpent." – Gos.Phil. 61:5–10, Trans. by Isenberg.
  48. ^ Louis Ginzberg, The Legends of the Jews, Vol.1, Johns Hopkins University Press, 1998, ISBN 0-8018-5890-9, p.105–09
  49. ^ Luttikhuizen 2003, hlm. vii.
  50. ^ Ginzberg, Louis (1909). The Legends of the Jews Vol I: The Ten Generations - The Birth of Cain (Translated by Henrietta Szold) Philadelphia: Jewish Publication Society.

Daftar pustaka

Pranala luar