Agama di dalam Batas-Batas Rasio Murni
Pengarang | Immanuel Kant |
---|---|
Judul asli | Die Religion innerhalb der Grenzen der bloßen Vernunft |
Negara | Jerman |
Bahasa | Jerman |
Subjek | Filsafat agama |
Diterbitkan | 1793 |
Jenis media | Cetak |
Halaman | 464 |
Agama di dalam Batas-Batas Rasio Murni (bahasa Jerman: Die Religion innerhalb der Grenzen der bloßen Vernunft) adalah buku karya filsafat Jerman, Immanuel Kant, yang diterbitkan pada tahun 1793. Buku ini sangat berpengaruh terhadap ilmu teologi dan filsafat agama. Buku ini terdiri dari empat bagian dan masing-masing disebut Stück. Di dalam buku ini, ia sangat mengkritik ritual, takhayul, dan hierarki gereja. Ia merasa bahwa pengalaman keagamaan paling baik dijelaskan dengan sudut pandang rasionalisme. Ia berpendapat bahwa agama yang institusional atau terorganisir itu menghalangi pengalaman keagamaan yang sesungguhnya, sehingga mengancam perkembangan moralitas manusia.
Dalam Bagian Pertama, Kant membicarakan tentang sifat manusia, apakah manusia itu pada dasarnya jahat atau baik. Ia merasa bahwa manusia punya kecenderungan untuk berbuat baik dalam bentuk tiga insting: memperbanyak spesies manusia, mengembangkan hubungan yang stabil dan berarti dengan yang lain, dan menghormati hukum moral. Kant merasa bahwa pada saat yang sama, manusia punya kecenderungan untuk berbuat jahat atau tidak bermoral. Kant menyatakan bahwa manusia akan melihat kebenaran pernyataan ini jika mereka melihat kejahatan yang ada di sekitar mereka. Kemudian, dalam Bagian Kedua, Kant berpendapat bahwa manusia dapat menjadi baik secara moral dengan mengikuti contoh Yesus Kristus yang menghindari segala godaan dan dengan mengubah perilaku secara sungguh-sungguh. Dalam Bagian Ketiga, Kant merasa bahwa manusia dapat mendirikan masyarakat yang mendorong perilaku bermoral. Masyarakat semacam itu akan menyerupai "gereja tak terlihat" yang ideal, yaitu perkumpulan individu-individu yang berkomitmen untuk hidup dengan mengikuti moral. Kant berkata bahwa ritual dan pernyataan iman tidak diperlukan untuk mendirikan komunitas keagamaan yang baik secara moral. Manusia tahu apa saja yang menjadi kewajiban moralnya tanpa perlu mukjizat atau praktik keagamaan yang sering dilakukan. Sementara itu, dalam bagian terakhir, Kant terus mengkritik berbagai aspek agama institusional. Ia mengatakan bahwa agama-agama institusional tidak membantu orang memperbaiki moral mereka. Bacaan, pernyataan iman, dan bahkan ibadah tidak dapat mengubah orang yang rusak secara moral menjadi orang yang tegak moralnya.[1]
Penyensoran
Bagian Pertama awanya muncul sebagai artikel Berlinische Monatsschrift (April 1792). Upaya Kant untuk menerbitkan Bagian Kedua di jurnal yang sama ditentang oleh petugas sensor raja. Kant lalu mencoba menerbutkan keempat bagian ini sebagai sebuah buku lewat departemen filsafat di Universitas Jena untuk menghindari penyensoran teologis. Kant ditegur dengan keras akibat pembangkangan. Namun, ia masih tetap menerbitkan edisi kedua pada tahun 1794, sehingga petugas sensor pun mendapatkan surat perintah yang menyatakan bahwa Kant tidak boleh lagi menerbitkan tulisan tentang agama atau berbicara di muka umum soal isu tersebut.
Referensi
Bacaan lanjut
- Chris L. Firestone, Stephen R. Palmquist (eds.), Kant and the New Philosophy of Religion, Indiana University Press, 2006.