Widjojo Soejono
Widjojo Soedjono | |
---|---|
Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus ke-6 | |
Masa jabatan 1967–1970 | |
Informasi pribadi | |
Lahir | 9 Mei 1928 Tulungagung, Jawa Timur |
Suami/istri | Ny. Siti Mastoechajah (Alm) |
Anak | 1. Enny Lukitaning Diah 2. Wedhia Purwaningsih 3. Ariyati Sihwarini 4. Hardini Surjaningsih 5. Budhi Soejono |
Almamater | Peta (1945) |
Karier militer | |
Pihak | Indonesia |
Dinas/cabang | TNI Angkatan Darat |
Masa dinas | 1940–1982 |
Pangkat | Jenderal TNI |
Satuan | Infanteri (Kopassus) |
Sunting kotak info • L • B |
Jenderal TNI (Purn) Widjoyo Soejono (lahir 9 Mei 1928) merupakan seorang purnawirawan dengan pangkat bintang empat di pundaknya. Dan mantan Komandan Puspasus sekarang Kopassus ke-6 periode 1967-1970.
Awal Kehidupan
Widjojo Soejono dilahirkan di Tulungagung, Jawa Timur pada tanggal 9 Mei 1928 sebagai putera bungsu 15 orang bersaudara dengan Ayah Martodidjojo yang leluhurnya berasal dari Surakarta dan Ibu Roesmirah yang leluhurnya berasal dari Yogyakarta.
Sekolah Dasar ditempuhnya di zaman penjajahan Belanda yang bernama H.I.S. Melanjutkan ke Sekolah Teknik yang di zaman penjajahan Belanda bernama K.E.S., di zaman pendudukan Jepang disebut Kogyo Gakko dan sekarang bernama SMK I Surabaya, beliau sekelas dengan Soewoto Sukendar yang kelak jadi Kepala Staf TNI Angkatan Udara dengan pangkat Marsekal TNI dan Widodo Budidarmo yang di kemudian hari jadi Kapolri dengan pangkat Jenderal Pol. Sedang Soemitro yang terakhir juga berbintang empat dan menjabat sebagai Wapangab merangkap Panglima KOPKAMTIB duduk ditingkat yang sama dengan belajar jurusan lain.
Semangat kemerdekaan yang sudah demikian bergelora ditengah-tengah masyarakat mendorong Widjojo Soejono untuk meninggalkan Sekolah pada umur 17 tahun dan mengikuti Latihan Perwira Tentara Sukarela Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor pada awal tahun 1945. Setelah lulus ia ditempatkan di Batalyon 4 Karesidenan Malang. Setelah pembubaran PETA dua hari menyusul Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ia bergabung dengan seniornya Soehardjo untuk membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) di HBS Straat yang sekarang bernama Jalan Wijaya Kusuma, Surabaya, kesatuan - kesatuan mana di kemudian hari menjadi TNI Resimen 33 Divisi VI/Narotama.
Karier Militer
Widjoyo Suyono, Mengawali karier dan pengabdiannya di dunia kemiliteran, TNI, melalui pendidikan perwira tentara sukarela Pembela Tanah Air (PETA) di masa akhir pendudukan tentara Jepang sebagai Shoodancho, pangkat setara Perwira Pertama pada 1 Juni 1945. Selanjutnya, ketika PETA dibubarkan pada 19 Agustus 1945, dan membawanya bergabung dengan seorang senior bernama Suharjo, mantan Chudancho yang membangun Badan Keamanan Rakyat (BKR) di Kota Surabaya, tepatnya di bekas gedung Hogere Burger School (HBS) yang terletak di jalan yang kini disebut Jalan Wijaya Kusuma, dan merupakan cikal bakal dari Resimen 1 Divisi VI di kemudian hari. Dengan mengaku setahun lebih tua, sesungguhnya Wijoyo ketika itu baru berumur 17 tahun dan mendapatkan tugas di Staf Resimen.[1]
Akhir tahun 1946, dengan selesainya penarikan Tentara Inggris keluar wilayah Indonesia, Perang Mempertahankan Kemerdekaan melawan agresi Belanda masih berbentuk linier frontal. Selain itu kekuatan bersenjata dari Laskar Kejuangan Bersenjata, kekuatan Tentara Republik Indonesia di Jawa Timur terdiri atas tiga divisi yaitu; Divisi V Ronggolawe, Divisi VI Narotama dan Divisi VII Untung Surapati.
Front dari Divisi VI Narotama yang menghadapi kekuatan utama tentara Belanda di wilayah Surabaya merupakan garis melingkar dari timur Gresik ke sebelah utara Krian, yang selanjutnya berakhir di Porong.
Divisi ini terdiri atas tiga Resimen dan Resimen I yang memang didirikan sejak awal di kota Surabaya mendapatkan porsi terbesar dari tugas pertahanan. Keadaan ini berlangsung sebelum nama Tentara Republik Indonesia (TRI) diubah menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) mulai 3 Juni 1947.
Kemudian ia diangkat menjadi Panglima KOWILHAN III/Sulawesi-Kalimantan (1975-1978) kemudian Panglima Panglima KOWILHAN II/Jawa-Nusra (1978-1980) dengan pangkat Letnan Jenderal TNI sebelum menjabat sebagai Kepala Staf KOPKAMTIB (1980-1982), dengan pangkat Jenderal TNI.
Jenjang Pendidikan:
- Pendidikan Umum : Sekolah Teknik, 1945 (Sekarang SMK 1 Surabaya)
- Pendidikan Militer : - Latihan Perwira Tentara Pembela Tanah Air, Bogor 1945 - Kursus Komandan Kompi di Jember, 1951- Sekolah Staf dan Komando AD, 1959- US Army Command & General Staff Colledge, 1964
Penugasan Organik dan Operasional:
- BKR, TKR, TRI di Surabaya, 1945
- Perwira Staf Resimen 33 Divisi VI, Kapten Inf.
- Perang Kemerdekaan 1 dan 2, 1945 – 1949
- Operasi Militer Terhadap Peristiwa Madiun
- Kepala Staf Batalyon 511/Brawijaya
- Operasi Militer Terhadap D.I. Jawa Barat, 1951
- Komandan Batalyon 505, 1953-1955, Kapten Inf.
- Operasi Militer Terhadap D.I. Sulawesi Selatan, 1953
- Komandan Batalyon 514/Brawijaya, Mayor Inf. 1955-1957
- Operasi Militer Terhadap D.I. Sulawesi Selatan, 1955
- Operasi Militer Terhadap D.I. Sulawesi Selatan, 1957
- Siswa Sekolah Staf & Komando AD, 1957-1959
- Guru Taktik Pusat Inf, 1959
- Kepala Staf Resimen Para Komando AD, Letnan Kolonel 1959-1961
- Operasi Militer Terhadap Permesta, 1961
- Komandan Brigade 3/Para-KOSTRAD, 1962-1964
- Operasi Militer Pembebasan Irian Barat, 1962
- Tugas Belajar di US Army Command & General Staff Colledge, 1963-1964
- Paban Operasi Mabes AD, Kolonel, 1964-1965
- Operasi Militer Terhadap G30S/PKI, 1965
- Panglima Komando Tempur IV, Sekarang Divisi I, Brigjen TNI
- Operasi Militer Konfrontasi dengan Malaysia, 1965-1967
- Operasi Militer Terhadap PARAKU
- Komandan Komando Pasukan Khusus, 1967-1970
- Panglima KODAM XIII/Merdeka, 1970-1971
- Panglima KODAM VIII/Brawijaya, 1971-1975, Mayjen TNI.
- Panglima KOWILHAN III/Sulawesi-Kalimantan, 1975-1978, Letjen TNI.
- Panglima KOWILHAN II/Jawa-Nusra, 1978-1980
- Kepala Staf KOPKAMTIB, 1980-1982, Jenderal TNI.
Penghargaan dan Bintang Jasa:
23 (dua puluh tiga) Bintang dan Satya Lencana, diantaranya Bintang Gerilya dan Bintang Mahaputra.