Lompat ke isi

Ringhals

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ringhals
Hemachatus haemachatus Edit nilai pada Wikidata

Edit nilai pada Wikidata
Status konservasi
Risiko rendah
IUCN177556 Edit nilai pada Wikidata
Taksonomi
Galat Lua: callParserFunction: function "Template" was not found.
SpesiesHemachatus haemachatus Edit nilai pada Wikidata
Bonnaterre, 1790
Tata nama
Sinonim takson
  • Vipere haemachate — LACÉPÈDE 1789: 115 (nom. reject.)
  • Coluber haemachates — BONNATERRE 1790: 31
  • Vipera haemachates — LATREILLE 1801
  • Sepedon haemachates — MERREM 1820
  • Naia capensis — SMITH 1826: 252
  • Naja haemachates — SCHLEGEL 1837
  • Sepedon haemachates — DUMÉRIL & BIBRON 1854: 1259
  • Aspidelaps haemachates — JAN 1859
  • Sipedon haemachates — LOCKINGTON 1886: 300
  • Sepedon haemachates — GADOW 1909: 633
  • Sepedon haemachates — STERNFELD 1910: 34
  • Sepedon haemachates — DITMARS 1911
  • Hemachatus haemachatus — STEJNEGER 1936
  • Hemachatus haemachatus — HARDING & WELCH 1980
  • Hemachatus haemachatus — WELCH 1994: 63
  • Hemachatus haemachatus — DOBIEY & VOGEL 2007
  • Hemachatus haemachates — WALLACH et al. 2014: 324[1]

Ringhals (Hemachatus haemachatus) adalah spesies ular berbisa yang endemik di benua Afrika. Sebutannya dalam bahasa Inggris adalah Rinkhals, Ringhals, atau Ring-necked spitting cobra. Walaupun disebut spitting-cobra juga, tetapi ular ini bukan kobra sejati (genus Naja), melainkan diklasifikasikan sebagai spesies tunggal genus (monotypic genus) Hemachatus.

Deskripsi fisik

Close-up kepala
Seekor ringhals mengembangkan lehernya

Ringhals memiliki pewarnaan tubuh yang bervariasi berdasarkan sebaran geografisnya, tetapi karakteristik utamanya adalah bagian bawah tubuh (ventral) yang berwarna gelap dengan satu atau dua belang berwarna terang pada lehernya (throat). Panjang tubuh ular ini berkisar antara 90 sampai 110 cm (0.9—1.1 meter).[2] Beberapa spesimen mungkin berwarna nyaris kehitaman, sedangkan spesimen lainnya memiliki garis-garis. Sisik ringhals berbeda dengan sisik kobra (genus Naja), berupa sisik menonjol dan berlunas.

Susunan sisik (scalation) pada tubuh ringhals terdiri dari:[3]

  • Sisik-sisik dorsal (tubuh atas) berlunas,[4] sebanyak 17—19 baris di bagian tengah badan.
  • Sisik-sisik ventral sebanyak 116–150 buah
  • Sisik anal
  • Sisik subkaudal 30–47, berpasangan
  • Sisik labial (bibir) atas 7 buah, sisik 3 dan 4 bersentuhan dengan mata
  • Sisik preokular 1 (atau bisa 3) buah
  • Sisik postokular sebanyak 3 buah
  • Sisik labial bawah 8–9 buah

Penyebaran dan habitat

Ringhals tersebar di Afrika bagian selatan, meliputi Afrika Selatan, Zimbabwe, Lesotho, dan Swaziland.[1] Habitat utamanya adalah padang rumput dan kemungkinan juga rawa-rawa.[5]

Makanan dan pertahanan diri

Ringhals memangsa berbagai jenis hewan kecil. Mangsa utamanya adalah kodok,[3] tetapi juga memangsa mamalia kecil, amfibia, dan reptilia lain.[5]

Ketika merasa terganggu, ular ini akan melakukan pertahanan diri dengan mengembangkan lehernya, memperlihatkan lehernya yang bergaris-garis. Ular ini adalah kobra penyembur (spitting cobra), dan mampu menyemprotkan bisanya sampai sejauh 2.5 meter. Ular ini juga diketahui berpura-pura mati dengan cara menggulungkan badannya sedemikian sehingga posisi ventral berada di atas, dan membiarkan mulutnya menganga.[6]

Reproduksi

Ringhals adalah spesies ular sendok yang berkembangbiak dengan bertelur-melahirkan (ovovivipar).[2] Jumlah anak yang dihasilkan sebanyak 20 sampai 35 ekor, tetapi pernah tercatat jumlah anaknya mencapai 65 ekor.[3]

Bisa

Ringhals adalah salah satu ular berbisa Afrika yang sangat mematikan. Bisanya memiliki kandungan neurotoksin dan sedikit sitotoksin, dan viskositasnya lebih rendah daripada spesies Elapidae Afrika lainnya.[2] Ketika berhadapan dengan manusia, ular ini menyemprotkan bisanya ke arah wajah. Jika mengenai mata, akan menimbulkan rasa sakit yang parah.[5]

Antibisa polivalen untuk pengobatan akibat gigitan ringhals sedang dibuat oleh lembaga Instituto Clodomiro Picado milik Universidad de Costa Rica.[7]

Referensi

  1. ^ a b Hemachatus haemachatus di Reptarium.cz Reptile Database. Diakses 25 Januari 2020.
  2. ^ a b c S. Hunter (2000). "Venomous Reptiles". 
  3. ^ a b c R. Mastenbroek (2002). "Rinkhals". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-11-24. 
  4. ^ Branch, Bill. 2004. Field Guide to Snakes and Other Reptiles of Southern Africa, Third Revised edition, Second impression. Ralph Curtis Books. Sanibel Island, Florida. 400 pp. ISBN 0-88359-042-5.
  5. ^ a b c B. Branch (1988). Field Guide to the Snakes and Other Reptiles of southern Africa. Struik, Cape Town. 
  6. ^ BBC Earth Unplugged (2018-03-10), Rinkhals Snake Plays Dead | Deadly 60 | Earth Unplugged, diakses tanggal 2019-02-16 
  7. ^ Sánchez, Andrés; et al. (2017). "Expanding the neutralization scope of the EchiTAb-plus-ICP antivenom to include venoms of elapids from Southern Africa". Toxicon. 125: 59–64. doi:10.1016/j.toxicon.2016.11.259. PMID 27890775. 

  • Bonnaterre, 1789 : Tableau encyclopédique et méthodique des trois règnes de la nature, Erpétologie.
  • Fleming, 1822. The philosophy of zoology; or a general view of the structure, functions, and classification of animals. Edinburgh, (Constable), vol. 2 (lihat teks).