Lompat ke isi

Betadine

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Betadine adalah nama merek dagang produk antiseptik yang dijual bebas, dengan bahan aktif Povidon-iodin.

Betadine
Nama sistematis (IUPAC)
2-Pyrrolidinone, 1-ethenyl-, homopolymer
Data klinis
AHFS/Drugs.com International Drug Names
Kat. kehamilan ?
Status hukum Amerika Serikat OTC
Rute Topikal
Pengenal
Nomor CAS 25655-41-8 YaY
Kode ATC D08AG02
PubChem CID 410087
UNII 85H0HZU99M YaY
ChEMBL CHEMBL1201724 YaY
Data kimia
Rumus (C6H9NO)n·xI
Massa mol. variabel

Sejarah

Iodin pertama kali ditemukan oleh kimiawan Prancis Bernard Courtois pada tahun 1811 berupa kristal berwarna gelap yang terbentuk dari asap ungu hasil reaksi asam sulfat dengan sisa abu rumput laut yang sebelumnya dipergunakan untuk mengisolasi sodium karbonat sebagai bahan dasar pembuatan mesiu. ]].[1]. Ketika Perang Dunia Pertama berlangsung pada tahun 1914-1918, Ilmuwan Skotlandia Alexander Fleming menemukan bahwa iodin lebih efektif dalam menekan risiko timbulnya gangrene pada luka yang diderita oleh para prajurit, dibandingkan dengan asam karbol.[2]. Kendati demikian, iodin dirasakan masih memiliki kekurangan karena tidak larut dalam air dan karena itu tidak stabil sehingga para apoteker saat itu kerap menambahkan alkohol hingga 70%. Padahal kadar alkohol yang tinggi justru berisiko memperlambat penyembuhan luka itu sendiri. Pada tahun 1955, H. A. Shelanski dan M. V. Shelanski menemukan senyawa Povidon-iodin yang terbukti lebih stabil serta lebih superior dibandingan dengan formulasi iodin lainnya.[3]. Pada tahun 1960-an Povidon-iodin mulai diperkenalkan penggunaannya sebagai iodofor, yaitu sebagai antiseptik yang tidak terlalu menimbulkan sengatan rasa sakit dan iritasi dibandingkan antiseptik berbasis iodin sebelumnya.[4] Merek dagang Betadine untuk produk antiseptik dengan zat aktif Povidon-iodine pertama kalinya didaftarkan di Amerika Serikat pada tahun 1958, dan hingga saat ini masih terdaftar sebagai merek dagang di banyak negara di dunia serta dipercaya oleh Rumah Sakit diseluruh dunia karena kelebihannya .

Komposisi

Bahan aktif Betadine adalah Povidon-iodin, yang merupakan zat antimikroba dengan spektrum paling luas yang mampu membunuh bakteri, jamur, protozoa dan virus[5]. Povidon-iodin secara efektif mampu mengendalikan penyebaran infeksi topikal bagi penggunanya[6]. Studi In-Vitro menunjukkan bahwa Povidon-iodin sebagai bahan aktif utama Betadine dapat mengatasi 99.99% kuman penyebab infeksi dalam 15 detik seperti virus MERS-CoV, SARS-CoV, EBOLA, dan Influenza[7]; dan tidak menimbulkan resistensi yang bermakna secara klinis[8] yang artinya dapat sering digunakan tanpa perlu khawatir kehilangan efektivitasnya dalam membunuh bakteri, jamur, protozoa ataupun virus.

NASA

Betadine adalah antiseptik yang dipilih oleh badan antariksa Amerika Serikat NASA untuk mensterilkan modul dan awak Apollo 11 setelah kembali dari misi yang berhasil mendaratkan manusia untuk pertama kalinya di bulan, demi membasmi bakteri-bakteri dari luar angkasa yang mungkin terbawa pulang dalam perjalanan tersebut.[4]

Betadine di Indonesia

Di Indonesia Betadine diproduksi dan dipasarkan oleh PT Mahakam Beta Farma di bawah lisensi dari Mundipharma sebagai pemilik merek global. Berdasarkan data Indonesia Total Market Audit (ITMA) 2015 Betadine tercatat sebagai antiseptik nomor satu di Indonesia. Di Indonesia sendiri, Betadine memiliki empat kategori produk, yakni perawatan luka, perawatan area kewanitaan, perawatan kesehatan rongga mulut serta produk sabun antiseptik untuk memenuhi berbagai kebutuhan pelanggan untuk mengatasi infeksi.

Produk Perawatan Luka

Untuk perawatan luka, Betadine menghadirkan produk berupa Betadine Antiseptic Solution dengan kandungan Povidon-iodin 10%, Betadine Antiseptic Ointment atau Salep Antiseptik dengan kandungan Povidon-iodin 10%, dan Betadine Stick dengan kandungan Povidon-iodin 10% yang hadir dengan kemasan praktis dan mudah digunakan.

Produk Perawatan Kesehatan Rongga Mulut

Betadine Obat Kumur adalah obat kumur antiseptik untuk menjaga kesehatan rongga mulut dengan kandungan Povidon-iodin 1% untuk membantu mengatasi sakit tenggorokan, seriawan, gusi bengkak, sakit gigi dan bau napas tak sedap. Betadine Obat Kumur dapat digunakan dengan 3 – 5 kali sehari saat infeksi rongga mulut terjadi dengan cara gargle atau kumur sampai dengan tenggorokan. Betadine Obat Kumur ini dapat digunakan sebagai pencegahan sakit tenggorokan, influenza / batuk hingga infeksi rongga pernapasan bagian atas seperti MERS-CoV dan SARS. Di beberapa Negara lain telah hadir juga dalam kemasan spray (throat spray)

Produk Perawatan Area Kewanitaan

Betadine Feminine Hygiene adalah antiseptik khusus kewanitaan dengan kandungan Povidon-iodin 10%, yang dapat digunakan untuk mengatasi kuman penyebab keputihan, gatal dan iritasi ringan dimana biasanya risiko infeksi meningkat saat menstruasi.

Produk Pembersih Antiseptik

Betadine Antiseptic Skin Cleanser adalah pembersih kulit dengan kandungan Povidon-iodin 7.5% untuk mengatasi kuman penyebab penyakit termasuk Flu Singapura / HMFD yang biasa menyerang anak usia 10 tahun ke bawah. Betadine Antiseptic Skin Cleanser dapat digunakan saat mandi / cuci tangan termasuk cuci tangan para dokter sebelum melakukan operasi.

Pranala luar

Referensi

  1. ^ - Retrieved February 22, 2017
  2. ^ - Retrieved February 22, 2017
  3. ^ Sneader, Walter (2005). Drug Discovery: A History. New York: John Wiley & Sons. hlm. 68. ISBN 0-471-89979-8. 
  4. ^ a b - Retrieved February 22, 2017
  5. ^ Remington “The Science & Practice of Pharmacy” 20th Ed, William K. Nichols, PhD. Anti-Infectives. Chapter 87-1516.
  6. ^ Mayer DA, et al. Povidone-Iodine and wound healing: A Critical Review. Wounds: A Compendium of Clinical Research and Practice; 5(1): 14-23. 1993.
  7. ^ M. Eggers, et al. Can Oral Disinfection with Povidone Iodine Prevent Viral Respiratoey Infections. 1st International Meeting on Respiratory Pathogens (IMRP), 2-4 September 2015, Singapore.
  8. ^ Boudouma M, Enjalbert L and Didier J. A simple method for the evaluation of antiseptic and disinfectant virucidal activity. J Virological Methods; 9: 271-276. 1984.