Allah
Etimologi
Etimologi dari kata Allāh telah dibahas secara luas oleh para filolog Arab klasik[1]. Ahli tata bahasa dari aliran Basra menganggapnya sebagai salah satu yang dibentuk secara "spontan" (murtajal) atau sebagai bentuk lāh yang pasti (dari akar kata bahasa lyh dengan makna "luhur" atau "tersembunyi")[2]. Yang lain berpendapat bahwa itu dipinjam dari bahasa Syria atau Ibrani, tetapi sebagian besar menganggapnya berasal dari kontraksi kata Arab yang al- "the" dan ilāh "god, god" menjadi al-lah yang berarti "the god", atau " Tuhan"[3][4]. Mayoritas sarjana modern dengan skeptis meyakini teori yang terakhir, dan melihat kemungkinan kata ini merupakan pinjaman[5].
Kemiripan kata atau nama "Allāh" ada dalam bahasa Semit lainnya, termasuk bahasa Ibrani dan Aram[6]. Bentuk bahasa Aram yang sesuai adalah Elah (אלה), tetapi bentuk empatiknya adalah Elaha (אלהא). Ini ditulis sebagai ܐܠܗܐ (ʼĔlāhā) dalam bahasa Aram Alkitab dan ܐܲܠܵܗܵܐ (ʼAlâhâ) dalam bahasa Syria sebagaimana digunakan oleh Gereja Asyur, keduanya hanya berarti "Tuhan"[7].
Penggunaan
Pra Islam-Arab
Variasi dari kata Allah ditemukan di prasasti pra-Islam pagan dan Kristen.[8][9] Beberapa teori yang berbeda muncul mengenai peran Allah dalam kultus politeisme pra-Islam. Beberapa penulis menyebut bahwa orang-orang Arab politeistik menggunakan nama ini sebagai referensi kepada dewa pencipta atau dewa tertinggi dari jajaran mereka.[10][11] Istilah ini mungkin terdapat dalam Agama asli Mekkah.[10][12] Menurut satu hipotesis, dari peneliti Julius Wellhausen, Allah (dewa tertinggi federasi suku di sekitar Quraysh) adalah sebutan yang menahbiskan superioritas Hubal (Dewa Bulan, dewa tertinggi Quraisy) atas dewa-dewa lainnya.[8] Namun, ada juga bukti bahwa Allah dan Hubal adalah dua dewa yang berbeda.[8] Menurut hipotesis itu, Ka'bah pertama kali ditahbiskan kepada dewa tertinggi bernama Allah dan kemudian menjadi tuan rumah dari jajaran suku Quraisy setelah penaklukan mereka atas Mekkah, sekitar satu abad sebelum era Muhammad.[8] Beberapa prasasti tampaknya menunjukkan penggunaan Allah sebagai nama dewa berabad-abad sebelumnya, tetapi belum diketahui banyak tentang bagaimana penggunaan dan pengkultusannya ketika itu.[8] Beberapa ahli berpendapat bahwa Allah mungkin telah mewakili dewa pencipta jarak jauh yang secara bertahap melebihi kedudukan dewa-dewa lokal yang lebih khusus.[13][14] Ada ketidaksepakatan tentang apakah Allah memainkan peran utama dalam praktik pemujaan agama di Mekkah.[13][15] Nama ayah Muhammad sendiri adalah ʿAbd-Allāh yang berarti "pelayan Allāh".[12] Ini menunjukkan bahwa penyembahan terhadap Allah itu memang ada sebelum Islam muncul atau Muhammad lahir.
Kristen
Penutur bahasa Arab dari semua agama Abraham, termasuk Kristen dan Yahudi, menggunakan kata "Allah" untuk berarti "Tuhan".[16] Orang-orang Arab Kristen saat ini tidak memiliki kata lain untuk "Tuhan" selain dari kata "Allah".[17] Kata Allah dalam tradisi Kristen Asyria (Church of the east) di Mesopotamia (sekarang Iraq) juga digunakan daalam liturgi berbahasa Arab. Demikian juga Gereja Syria dan Koptik Mesir yang sama-sama telah menyebar sejak abad 1, semenjak Yesus mengutus para murid-Nya ke berbagai daerah. Bahkan keturunan bahasa Arab yang berbahasa Malta,[18][19] menggunakan kata Allah untuk "Tuhan" meskipun hampir seluruh populasi Malta adalah pemeluk agama Katolik Roma.
Orang Kristen Arab, menggunakan istilah Allāh al-ab (الله الأب) untuk Allah Bapa, Allāh al-ibn (الله الابن) untuk Allah Anak, dan Allāh al-rūḥ al-quds (الله الروح القدس) bagi Allah Roh Kudus di dalam banyak ritual Tradisi Gereja. Contoh tradisi Tanda Salib berdoa, memasuki ruang ibadah, dan juga pembaptisan[20]. Mereka mengadopsi bismillāh Muslim, dan juga menciptakan bismillāh mereka sendiri di awal abad ke-8.[21] Bismillah Muslim berbunyi: "Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang." Sedangkan Bismillāh Trinitias berbunyi: "Dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, Satu Tuhan." Doa Syria, Latin, dan Yunani tidak memiliki kata "Satu Tuhan" di akhir. Penambahan ini dibuat untuk menekankan aspek monoteistik dari keyakinan Trinitarian dan juga untuk membuatnya lebih familiar di kalangan Muslim.[21] Menurut Marshall Hodgson, tampaknya pada masa pra-Islam, beberapa orang Kristen Arab menziarahi Ka'bah yang ketika itu adalah bangunan kuil pagan, menghormati Allah di sana sebagai Tuhan Sang Pencipta.[22]
Beberapa temuan arkeologi telah mengarah pada penemuan prasasti pra-Islam kuno dan makam yang dibuat oleh orang Kristen Arab di reruntuhan gereja di Umm el-Jimal di Yordania Utara, yang berisi referensi kata-kata Allah. Beberapa kuburan berisi nama-nama seperti "Abd Allah" yang berarti "hamba/pelayan Allah".[23][24] Nama Allah dapat ditemukan berkali-kali dalam laporan dan daftar nama-nama para martir Kristen di Arab Selatan, seperti yang dilaporkan oleh dokumen-dokumen Syriac antik tentang nama-nama para martir dari era kerajaan Himyarite dan Aksumite.[25] Seorang pemimpin Kristen bernama Abd Allah ibn Abu Bakar bin Muhammad menjadi martir di Najran pada tahun 523, karena ia mengenakan cincin yang mengatakan "Allah adalah Pemilikku".[26] Dalam sebuah prasasti martyrion Kristen pada tahun 512 M, referensi untuk Allah dapat ditemukan dalam bahasa Arab dan Aram, yang memanggilnya "Allah" dan "Alaha", dan tulisan dimulai dengan pernyataan "Dengan Pertolongan Allah".[27][28]
Dalam Injil pra-Islam, nama yang digunakan untuk Tuhan adalah "Allah", sebagaimana dibuktikan oleh beberapa versi bahasa Arab Perjanjian Baru yang ditemukan oleh orang-orang Kristen Arab selama era pra-Islam di Arabia Utara dan Selatan.[29] Namun demikian dalam penelitian terbaru di area Study Islam ini, contohnya oleh Sydney Griffith (2013), David D. Grafton (2014), Clair Wilde (2014) & ML Hjälm dan lainnya (2016 & 2017) menyatakan bahwa: "yang bisa dikatakan tentang kemungkinan Injil Kristen dalam bahasa Arab adalah bahwa belum ada tanda-tanda keberadaannya atau sebenarnya kata ini belum muncul"[30][31][32][33][34].
Orang-orang Kristen Arab pra-Islam dilaporkan telah meneriakkan pekikan "Ya La Ibad Allah" (Wahai hamba-hamba Allah) untuk saling mengundang sesama dalam sebuah pertempuran.[35] "Allah" juga disebutkan dalam puisi Kristen pra-Islam oleh beberapa penyair Ghassanid dan Tanukhid di Suriah dan Arabia Utara.[36][37][38] Selain itu ML Hjälm dalam penelitian terbarunya (2017) menyatakan bahwa "manuskrip yang berisi terjemahan Injil ditemukan paling awal tahun 873"[39]
Irfan Shahid mengutip koleksi ensiklopedia abad ke-10 Kitab al-Aghani mencatat bahwa orang-orang Kristen Arab pra-Islam diketahui telah mengangkat seruan perang "Ya La Ibad Allah", artinya Wahai hamba Allah mari kita terjun berperang[40]. Menurut Shahid, bagi sarjana Muslim abad ke-10 Al-Marzubani, "Allah" juga disebutkan dalam puisi Kristen pra-Islam oleh beberapa penyair seperti Ghassanid dan Tanukhid di Suriah dan Arab Utara[41][42][43].
Islam
Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah (bahasa Arab: الله) dan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam[44].
Islam menitikberatkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa (tauhid)[45]. Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa[46]. Menurut Al-Quran terdapat 99 Nama Allah (asma'ul husna artinya: "nama-nama yang paling baik") yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda[47][48]. Semua nama tersebut mengacu pada Allah, nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha Luas[49]. Di antara 99 nama Allah tersebut, yang paling terkenal dan paling sering digunakan adalah "Maha Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha Penyayang" (ar-rahim)[50][51].
Penciptaan dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu tindakan kemurahhatian yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya dan menjadi saksi atas keesan-Nya dan kuasa-Nya. Menurut ajaran Islam, Tuhan muncul di mana pun tanpa harus menjelma dalam bentuk apa pun[52]. Al-Quran menjelaskan, "Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui." (Al-'An'am 6:103)[53].
Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan yang personal: Menurut Al-Quran, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi manusia. Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya. Di atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang diridhai-Nya.”[54] Islam mengajarkan bahwa Tuhan dalam konsep Islam merupakan Tuhan sama yang disembah oleh kelompok agama Abrahamik lainnya seperti Kristen dan Yahudi[55][56]. Namun, hal ini tidak diterima secara universal oleh kalangan kedua agama tersebut.
Kontroversi kata "Allah" di Malaysia
Pemerintah Malaysia pada tahun 2007 melarang penggunaan kata Allah di luar konteks Muslim, tetapi pengadilan tinggi Malaysia pada tahun 2009 membatalkan keputusan itu dengan dasar in-konstitusional. Pemerintah Malaysia telah mengajukan banding atas keputusan pengadilan, dan pengadilan tinggi Malaysia telah menunda pelaksanaan hasil keputusan hingga banding diajukan. Pada 14 Oktober 2013, kemudian Kristen Malaysia dilarang menggunakan kata Allah. Keputusan itu telah diambil oleh tiga hakim di pengadilan banding Malaysia, untuk membatalkan keputusan pengadilan yang lebih rendah yang memperbolehkan tabloid mingguan berbahasa Melayu, yakni The Herald untuk menggunakan kata Allah. Gereja-gereja di negara bagian Borneo yakni Sabah dan Sarawak telah menegaskan bahwa mereka akan tetap menggunakan kata itu, meski ada larangan dari pengadilan.[57][58][59]
Kontroversi kata "Allah" di Indonesia
Adanya kontroversi di kalangan Kristen di Indonesia terkait kata Allah ini dimulai dengan masuknya Gerakan Nama Suci yang berasal dari Amerika sekitar tahun 1930-an. Gerakan modern ini masuk ke Indonesia secara bergelombang, dimulai sekitar 1970-an oleh dua orang pendeta di Yogyakarta. Kemudian tahun 1980-an dipelopori oleh rohaniwan Kristen yang murtad dari Islam, mereka mendirikan Yayasan Nehemia pada tahun 1987. Mereka banyak menginjili umat Muslim dengan mengajarkan bahwa Allah adalah nama Dewa Arab bukan nama Tuhan sejati dalam buku: Siapakah yang Bernama Allah itu? [60][61][62].
Tradisi penyebutan kata Allah dalam kalangan Kristen sebenarnya berasal dari Alkitab yang mereka pegang sendiri. Dalam sejarah penterjemahan Alkitab, Albert Cornelius Ruyl, seorang pedagang Belanda yang menterjemahkan Alkitab ke Bahasa Melayu pada tahun 1962[63]. Di dalam terjemahannya ini sudah memuat nama Allah[64]. Saat itu, bahasa yang dipakai adalah Bahasa Melayu, sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara. Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7[65]. Kata "Tuhan" (Inggris: God, Yunani: Theos, Ibrani: El/Eloah/Elohim) belumlah digunakan. Buku pertama yang memberi keterangan tentang hubungan kata tuan dan Tuhan adalah Ensiklopedi Populer Gereja oleh Adolf Heuken SJ pada tahun 1976. Menurut buku tersebut, arti kata Tuhan ada hubungannya dengan kata Melayu tuan yang berarti atasan/penguasa/pemilik[66]. Jadi yang terjadi pada umat Kristen di Nusantara dulu seperti yang terjadi pada umat Kristen di Arab, mereka hanya mengenal kata Allah sebagai pengganti kata Yunani "Theos".
Bahasa Indonesia sendiri baru mulai dibakukan sebagai bahasa pemersatu pada Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Dan dalam perjalanan waktu, pemerintah menerbitkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang menjadi pedoman definisi kata atau istilah yang mulai terbit pada tahun 1988. Di dalam KBBI inilah, makna kata "Allah" dicatatkan menjadi sebuah nama bukan jabatan. Allah adalah nama Tuhan dalam Bahasa Arab atau merujuk kepada bagi sesembahan Umat Islam[67]. Allah yang merupakan sebuah nama, maka tidak bisa diterjemahkan seperti kata jabatan. Kata ini berbeda makna dengan kata "Tuhan" yang artinya adalah sesembahan manusia (Inggris: God).
Proses penterjemahan Alkitab yang dimulai sejak abad 17 oleh pihak Hindia-Belanda, kemudian diambil alih oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) yang mulai berdiri secara resmi pada 9 Februari 1954[68]. Versi terjemahan LAI yang dipakai saat ini adalah Terjemahan Baru yang sudah diselesaikan sejak 1974. Walaupun KBBI edisi I sudah mulai memuat makna kata Allah yang berbeda dengan kata Tuhan pada tahun 1988, mereka tetap memakai kata Allah untuk menggantikan kata El/Eloah/Elohim (Ibrani) dan kata Theos Yunani sampai saat ini. TB LAI juga merekam kata-kata ALLAH (semua huruf besar) dan allah (semua huruf kecil) selain kata Allah. Terlepas apakah Allah itu adalah nama dewa atau bukan, sarjana sastra banyak menyoroti LAI karena terjemahannya tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa kita. Di lain pihak, pengikut Geraka Nama Suci terus menggaungkan bahwa pengucapan kata Allah bisa berujung pada penyembahan berhala. Maka kontroversi nama Allah di Indonesia ini semakin ramai terjadi.
Ada banyak pihak menuntut LAI agar merevisi terjemahan mereka. Bukan hanya kalangan Kristen, pihak Muslim juga mengambil inisiatif untuk menegur LAI serta Bimas Kristen di bawah Departemen Agama. Isi kedua surat[69] tersebut pada intinya adalah:
- Allah adalah nama sesembahan Umat Muslim.
- Meminta menarik Alkitab yang mencatat nama Allah dari peredaran.
- Meminta menegur keras gereja-gereja yang masih memakai nama Allah.
- Meminta menegur para rohaniawan Kristen yang masih menggunakan nama Allah juga.
Pihak LAI sempat dituntut ke meja hijau. Berita ini dimuat di Tabloit Kristen Reformata[70], namun tuntutannya dibatalkan oleh hakim. Banyak gereja yang mengambil posisi untuk membela LAI. Perdebatan nama Allah ini tidak bisa dihindari dan terjadi baik di forum terbuka maupun melalui jaringan online sampai sekarang. Pengikut Gerakan Nama Suci pada tahun 2007 menerbitkan Kitab Suci Indonesian Literal Translation[71]. Dan sampai sekarang sudah tersebar di banyak kalangan Kristen yang tidak lagi menyebut nama Allah dalam pengajaran dan peribadatan mereka.
Referensi
- ^ D.B. Macdonald. Encyclopedia of Islam, Edisi ke-2, Brill. "Ilah", Vol. 3, Hal. 1093.
- ^ D.B. Macdonald. Encyclopedia of Islam, Edisi ke-2, Brill. "Ilah", Vol. 3, Hal. 1093.
- ^ D.B. Macdonald. Encyclopedia of Islam, Edisi ke-2, Brill. "Ilah", Vol. 3, Hal. 1093.
- ^ "Allah". Online Etymology Dictionary. Arabic name for the Supreme Being, 1702, Alha, from Arabic Allah, contraction of al-Ilah, literally "the God," from al "the" + Ilah "God," which is cognate with Aramaic elah, Hebrew eloah. Diakses tanggal 5/24/2020.
- ^ Gerhard Böwering. Encyclopedia of the Quran, Brill, 2002. Vol. 2, Hal. 318
- ^ Columbia Encyclopedia: "Derived from an old Semitic root referring to the Divine and used in the Canaanite El, the Mesopotamian ilu, and the biblical Elohim and Eloah, the word Allah is used by all Arabic-speaking Muslims, Christians, Jews, and other monotheists".
- ^ The Comprehensive Aramaic Lexicon – Kata Kunci ʼlh, Diarsipkan pada 18 Oktober 2013 di the Wayback Machine
- ^ a b c d e Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaRobin304
- ^ Hitti, Philip Khouri (1970). History of the Arabs. Palgrave Macmillan. hlm. 100–101.
- ^ a b Encyclopaedia of Islam, Allah Kesalahan pengutipan: Tanda
<ref>
tidak sah; nama "EoI" didefinisikan berulang dengan isi berbeda - ^ Zeki Saritopak, Allah, The Qu'ran: An Encyclopedia, ed. by Oliver Leaman, p. 34
- ^ a b Gerhard Böwering, God and his Attributes, Encyclopedia of the Qur'an, ed. by Jane Dammen McAuliffe
- ^ a b Jonathan Porter Berkey (2003). The Formation of Islam: Religion and Society in the Near East, 600-1800. Cambridge University Press. hlm. 42. ISBN 978-0-521-58813-3.
- ^ Daniel C. Peterson (26 February 2007). Muhammad, Prophet of God. Wm. B. Eerdmans Publishing. hlm. 21. ISBN 978-0-8028-0754-0.
- ^ Francis E. Peters (1994). Muhammad and the Origins of Islam. SUNY Press. hlm. 107. ISBN 978-0-7914-1875-8.
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaColumbia
- ^ Lewis, Bernard; Holt, P. M.; Holt, Peter R.; Lambton, Ann Katherine Swynford (1977). The Cambridge history of Islam. Cambridge, Eng: University Press. hlm. 32. ISBN 978-0-521-29135-4.
- ^ Borg and Azzopardi-Alexander, 1997 (1997). Maltese. Routledge. hlm. xiii. ISBN 978-0-415-02243-9.
In fact, Maltese displays some areal traits typical of Maghrebine Arabic, although over the past 800 years of independent evolution it has drifted apart from Tunisian Arabic
- ^ Brincat, 2005. Maltese - an unusual formula. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-12-08.
Originally Maltese was an Arabic dialect but it was immediately exposed to Latinisation because the Normans conquered the islands in 1090, while Christianisation, which was complete by 1250, cut off the dialect from contact with Classical Arabic. Consequently Maltese developed on its own, slowly but steadily absorbing new words from Sicilian and Italian according to the needs of the developing community.
- ^ Matius 28:19 TB LAI "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus"
- ^ a b Thomas E. Burman, Religious Polemic and the Intellectual History of the Mozarabs, Brill, 1994, p. 103
- ^ Marshall G. S. Hodgson, The Venture of Islam: Conscience and History in a World Civilization, University of Chicago Press, p. 156
- ^ James Bellamy, "Two Pre-Islamic Arabic Inscriptions Revised: Jabal Ramm and Umm al-Jimal", Journal of the American Oriental Society, 108/3 (1988)
- ^ Enno Littmann, Arabic Inscriptions (Leiden, 1949)
- ^ Ignatius Ya`qub III, The Arab Himyarite Martyrs in the Syriac Documents (1966), Pages: 9-65-66-89
- ^ Alfred Guillaume& Muhammad Ibn Ishaq, (2002 [1955]). The Life of Muhammad: A Translation of Isḥāq's Sīrat Rasūl Allāh with Introduction and Notes. Karachi and New York: Oxford University Press, page 18.
- ^ Adolf Grohmann, Arabische Paläographie II: Das Schriftwesen und die Lapidarschrift (1971), Wien: Hermann Böhlaus Nochfolger, Page: 6-8
- ^ Beatrice Gruendler, The Development of the Arabic Scripts: From the Nabatean Era to the First Islamic Century according to Dated Texts (1993), Atlanta: Scholars Press, Page:
- ^ Frederick Winnett V, Allah before Islam-The Moslem World (1938), Pages: 239–248
- ^ Sidney H Griffith, "The Gospel In Arabic: An Enquiry Into Its Appearance In The First Abbasid Century", Oriens Christianus, Volume 69, Hal. 166. "All one can say about the possibility of a pre-Islamic, Christian version of the Gospel in Arabic is that no sure sign of its actual existence has yet emerged.
- ^ Grafton, David D (2014). The identity and witness of Arab pre-Islamic Arab Christianity: The Arabic language and the Bible.
Christianity [...] did not penetrate into the lives of the Arabs primarily because the monks did not translate the Bible into the vernacular and inculcate Arab culture with biblical values and tradition. Trimingham's argument serves as an example of the Western Protestant assumptions outlined in the introduction of this article. It is clear that the earliest Arabic biblical texts can only be dated to the 9th
- ^ Sidney H. Griffith, The Bible in Arabic: The Scriptures of the 'People of the Book' in the Language of Islam. Jews, Christians and Muslims from the Ancient to the Modern World, Princeton University Press, 2013, Hal 242- 247
- ^ The Arabic Bible before Islam – Clare Wilde on Sidney H. Griffith's The Bible in Arabic. June 2014.
- ^ Hjälm, ML (2017). Senses of Scripture, Treasures of Tradition: The Bible in Arabic Among Jews, Christians and Muslims. Brill. ISBN 9789004347168.
- ^ Irfan Shahîd, Byzantium and the Arabs in the Fourth Century, Dumbarton Oaks Trustees for Harvard University-Washington DC, page 418.
- ^ Irfan Shahîd, Byzantium and the Arabs in the Fourth Century, Dumbarton Oaks Trustees for Harvard University-Washington DC, Page: 452
- ^ A. Amin and A. Harun, Sharh Diwan Al-Hamasa (Cairo, 1951), Vol. 1, Pages: 478-480
- ^ Al-Marzubani, Mu'jam Ash-Shu'araa, Page: 302
- ^ Hjälm, ML (2017). Senses of Scripture, Treasures of Tradition, The Bible in Arabic among Jews, Christians and Muslims (Biblia Arabica) (English and Arabic Edition). Brill. ISBN 900434716X.
By contrast, manuscripts containing translations of the gospels are encountered no earlier then the year 873 (Ms. Sinai. N.F. parch. 14 & 16)
- ^ Irfan Shahîd, Byzantium and the Arabs in the Fourth Century, Dumbarton Oaks Trustees for Harvard University-Washington DC, Hal 418.
- ^ Irfan Shahîd, Byzantium and the Arabs in the Fourth Century, Dumbarton Oaks Trustees for Harvard University-Washington DC, Hal. 452
- ^ A. Amin and A. Harun, Sharh Diwan Al-Hamasa (Cairo, 1951), Vol. 1, Hal: 478-480
- ^ Al-Marzubani, Mu'jam Ash-Shu'araa, Hal. 302
- ^ John L. Esposito, Islam: The Straight Path, Oxford University Press, 1998, Hal.22
- ^ John L. Esposito, Islam: The Straight Path, Oxford University Press, 1998, Hal.88
- ^ "Allah." Encyclopædia Britannica. 2007. Encyclopædia Britannica
- ^ Bentley, David (1999). The 99 Beautiful Names for God for All the People of the Book. William Carey Library. ISBN 0-87808-299-9.
- ^ Encyclopedia of the Modern Middle East and North Africa, Allah
- ^ Annemarie Schimmel,The Tao of Islam: A Sourcebook on Gender Relationships in Islamic, SUNY Press, Hal.206
- ^ Bentley, David (1999). The 99 Beautiful Names for God for All the People of the Book. William Carey Library. ISBN 0-87808-299-9.
- ^ Encyclopedia of the Modern Middle East and North Africa, Allah
- ^ Britannica Encyclopedia, Islam, Hal. 3
- ^ John L. Esposito, Islam: The Straight Path, Oxford University Press, 1998, Hal.22.
- ^ John L. Esposito, Islam: The Straight Path, Oxford University Press, 1998, Hal.22.
- ^ "...dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri." (Surah Al-'Ankabut 29:46)
- ^ F.E. Peters, Islam, p.4, Princeton University Press, 2003.
- ^ Kristen Malaysia dilarang menggunakan kata Allah
- ^ "Penggunaan kata "Allah" di Malaysia hanya untuk muslim". BBC. 14 Oktober 2013. Diakses tanggal 5/25/2020.
- ^ "Malaysia Keluarkan Larangan Penggunaan Kata 'Allah' untuk Umat Kristen". Voa Indonesia. 14/10/2013. Diakses tanggal 5/25/2020.
- ^ Herlianto. Gerakan Nama Suci Nama Allah yang Dipermasalahkan. BPK Gunung Mulia. hlm. 17.
- ^ Makugoru, Paul (16 Mei 2007). "Pekabaran Injil di Tengah Tuduhan Kristenisasi". Tabloti Reformata. Diakses tanggal 25 Mei 2020.
- ^ Aritonang, Jan S. (2004). Sejarah perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia. BPK gunung Mulia. hlm. 485.
- ^ "Matius Terjemahan Ruyl". Sejarah Alkitab Indonesia. Diakses tanggal 25 Mei 2020.
- ^ Herlianto (2001). Siapakah yang bernama Allah itu?. BPK Gunung Mulia. hlm. 101.
- ^ "Sekilas Tentang Sejarah Bahasa Indonesia". Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Budaya. Diakses tanggal 25 Mei 2020.
- ^ Heuken, Adolf (1976), Ensiklopedi Populer Gereja
- ^ "Allah". Kamus Besar Bahasa Indonesia. Allah n nama Tuhan dalam bahasa Arab. Diakses tanggal 25 Mei 2020.
- ^ "Sejarah Lembaga Alkitab Indonesia". Lembaga Alkitab Indonesia. Diakses tanggal 25 Mei 2020.
- ^ Herlianto. Gerakan Nama Suci: nama Allah yang dipermasalahkan. BPK Gunung Mulia. hlm. 19.
- ^ "Tabloid Reformata Edisi 81 April Minggu II 2008". 16 April 2008. Diakses tanggal 25 Mei 2020.
- ^ "Indonesian Literal Translation". Sejarah Alkitab Indonesia. Diakses tanggal 25 Mei 2020.
Bacaan lanjutan
- Pickover, Cliff, The Paradox of God and the Science of Omniscience, Palgrave/St Martin's Press, 2001. ISBN 1-4039-6457-2
- Collins, Francis, The Language of God: A Scientist Presents Evidence for Belief, Free Press, 2006. ISBN 0-7432-8639-1
- Miles, Jack, God: A Biography, Vintage, 1996. ISBN 0-679-74368-5
- Armstrong, Karen, A History of God: The 4,000-Year Quest of Judaism, Christianity and Islam, Ballantine Books, 1994. ISBN 0-434-02456-2
- Paul Tillich, Systematic Theology, Vol. 1 (Chicago: University of Chicago Press, 1951). ISBN 0-226-80337-6
- Hastings, James Rodney (2nd edition 1925–1940, reprint 1955, 2003) [1908–26]. Encyclopedia of Religion and Ethics. John A Selbie (edisi ke-Volume 4 of 24 ( Behistun (continued) to Bunyan.)). Edinburgh: Kessinger Publishing, LLC. hlm. 476. ISBN 0-7661-3673-6.