Uang kertas rupiah
Uang kertas pertama kali digunakan di kepulauan Indonesia oleh Perusahaan Hindia Timur Belanda, surat kredit dari rijksdaalder berasal antara tahun 1783 dan tahun 1811. Kertas kredit Gulden Hindia Belanda diikuti pada tahun 1815, dan dari tahun 1827 menjadi uang kertas gulden dari De Javasche Bank. Denominasi yang lebih rendah (di bawah 5 gulden) yang dikeluarkan oleh pemerintah pada 1919-1920 dan 1939-1940, karena kekurangan logam untuk perang, tetapi sebaliknya sehari-hari transaksi dilakukan dengan menggunakan koin.
Uang kertas gulden dikeluarkan oleh 'Pemerintah Jepang' selama pendudukan dari tahun 1942, menjadi 'roepiah' pada tahun 1943.
Uang kertas yang sebenarnya rupiah baru diterbitkan pada tahun 1946, selama perang kemerdekaan dengan Belanda, setelah deklarasi kemerdekaan sepihak oleh Indonesia pada akhir Perang Dunia II pada tanggal 17 Agustus 1945. Uang ini dikenal sebagai 'Oeang Republik Indonesia'
Oeang Republik Indonesia (ORI)
Oeang Republik Indonesia (ORI) adalah mata uang pertama yang dimiliki Republik Indonesia setelah merdeka. Pemerintah memandang perlu untuk mengeluarkan uang sendiri yang tidak hanya berfungsi sebagai alat pembayaran yang sah tapi juga sebagai lambang utama negara merdeka.
Meski masa peredaran ORI cukup singkat, namun ORI telah diterima di seluruh wilayah Republik Indonesia dan ikut menggelorakan semangat perlawanan terhadap penjajah. Pada Mei 1946, saat suasana di Jakarta genting, maka Pemerintah RI memutuskan untuk melanjutkan pencetakan ORI di daerah pedalaman, seperti di Yogyakarta, Surakarta, dan Malang.
Namun peredaran ORI tersebut sangat terbatas dan tidak mencakup seluruh wilayah Republik Indonesia. Di Sumatra yang beredar adalah mata uang Jepang. Pada tanggal 8 April 1947, Gubernur Provinsi Sumatra mengeluarkan uang kertas URIPS-Uang Republik Indonesia Provinsi Sumatra.
Pada tanggal 17 Oktober 1945, tepat dua bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, diluncurkanlah "Oeang Republik Indonesia" (ORI) untuk pertama kalinya. Namun, belum sepenuhnya diedarkan. Baru pada tanggal 10 Oktober 1946, ORI mulai diedarkan untuk pertama kalinya di Pulau Jawa.
Bagian Depan | Bagian Belakang | Pecahan | Ukuran | Warna Dominan | Gambar Depan | Gambar Belakang | Tanda Tangan | Tanggal Pengeluaran | Tanggal Peredaran | Tanggal Penarikan Kembali |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Berkas:1 Sen 1945.jpg | 1 Sen | 97 × 45 mm | Hijau | Keris | Tulisan legal, Batik | A. A. Maramis | 17 Oktober 1945 | 10 Oktober 1946 | 1 Mei 1950 | |
5 Sen | 100 × 50 mm | Coklat | Batik | |||||||
10 Sen | 105 × 55 mm | |||||||||
Rp 1/2 | 120 × 60 mm | Hijau | ||||||||
Rp1 | 138 × 65 mm | Ir. Soekarno | Gunung Berapi | |||||||
Rp5 | 148 × 71 mm | Abu-Abu | Tulisan legal, Batik | |||||||
Rp10 | 160 × 77 mm | Biru | ||||||||
Rp100 | 174 × 86 mm |
ORI seri kedua diluncurkan di Yogyakarta pada tanggal 1 Januari 1947, ketika ibu kota dan pusat pemerintahan Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta.
Gambar Utama | Pecahan | Warna Dominan | Gambar Depan | Gambar Belakang | Tanda Tangan | Tanggal Pengeluaran dan Peredaran | Tanggal Penarikan Kembali |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Rp5 | Hijau | Ir. Soekarno | Tulisan legal, Batik | Sjafruddin Prawiranegara | 1 Januari 1947 | 1 Mei 1950 | |
Rp10 | |||||||
Rp25 | Coklat | Kerbau | |||||
Rp100 | Biru | Tulisan legal, Batik |
Seri ini merupakan kelanjutan dari Seri ORI kedua, dan merupakan seri yang cukup jarang ditemukan, sebab jumlah peredarannya terbatas.
Bagian Depan | Bagian Belakang | Pecahan | Ukuran | Warna Dominan | Gambar Depan | Gambar Belakang | Tanda Tangan | Tanggal Pengeluaran | Tanggal Peredaran | Tanggal Penarikan Kembali |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Rp1/2 | 104 x 55 mm | Coklat | Harga dan Otoritas | Tulisan legal, Harga | A. A. Maramis | 26 Juli 1947 | 26 Juli 1947 | 1 Mei 1950 | ||
Rp2 1/2 | 124 x 65 mm | Ungu tua | Harga dan otoritas | Teks legal, harga | A. A. Maramis | 26 Juli 1947 | 26 Juli 1947 | 1 Mei 1950 | ||
Rp25 | 170 x 83 mm | Hijau | Soekarno dan pemandangan | Banteng mengamuk | A. A. Maramis | 26 Juli 1947 | 26 Juli 1947 | 1 Mei 1950 | ||
Rp50 | 143 x 83 mm | Coklat | Soekarno dan penyadap karet | Teks legal, ornamen | A. A. Maramis | 26 Juli 1947 | 26 Juli 1947 | 1 Mei 1950 | ||
Rp100 | 172 x 85 mm | Coklat/Merah | Soekarno dan Keris | Teks legal, harga | A. A. Maramis | 26 Juli 1947 | 26 Juli 1947 | 1 Mei 1950 | ||
Rp100 | 150 x 84 mm | Coklat | Soekarno dan perkebunan tembakau | Teks legal, harga | A. A. Maramis | 26 Juli 1947 | 26 Juli 1947 | 1 Mei 1950 | ||
Rp250 | 154 x 94 mm | Coklat | Soekarno dan petani | Teks legal, harga | A. A. Maramis | 26 Juli 1947 | 26 Juli 1947 | 1 Mei 1950 |
Seri ORI IV (1948)
Seri ini merupakan kelanjutan dari Seri ORI ketiga, dan merupakan seri yang sangat sulit ditemukan, sebab jumlah peredarannya terbatas. Pada seri ini pula, hampir semua nominalnya bersifat ganjil atau jarang ditemukan dalam nominal biasa yang diketahui masyarakat. Uang ini ditandatangani di Yogyakarta oleh Mohammad Hatta pada 23 Agustus 1948
Bagian Depan | Bagian Belakang | Pecahan | Ukuran | Warna Dominan | Gambar Depan | Gambar Belakang | Tanda Tangan | Tanggal Pengeluaran | Tanggal Peredaran | Tanggal Penarikan Kembali |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Rp40 | 138 x 40 mm | Hijau | Soekarno dengan penenun | Tulisan legal, Harga | Mohammad Hatta | 23 Agustus 1948 | 23 Agustus 1948 | tidak diketahui | ||
Rp75 | 150 x 88 mm | Cokelat | Soekarno dengan pandai besi | Teks legal, harga | Mohammad Hatta | 23 Agustus 1948 | 23 Agustus 1948 | tidak diketahui | ||
Rp100 | 148 x 80 mm | Coklat dan Merah | Soekarno dan perkebunan tembakau | Teks legal, harga | Mohammad Hatta | 23 Agustus 1948 | 23 Agustus 1948 | tidak diketahui | ||
Rp400 | 158 x 105 mm | Hijau | Soekarno dan Pohon Tebu | Teks legal, ornamen | Mohammad Hatta | 23 Agustus 1948 | 23 Agustus 1948 | tidak diketahui | ||
tidak diketahui | Rp600 | 164 x 105 mm | Kuning | Soekarno dan lambang RI | tidak diketahui | Mohammad Hatta | tidak diedarkan | tidak diedarkan | tidak diketahui |
Seri ORI Baru (1949)
Seri ORI Baru merupakan seri yang juga dikeluarkan di Yogyakarta tetapi ditandatangani oleh Loekman Hakim. Seri ini sulit ditemukan, dan jumlah edarnya sangat terbatas
Bagian Depan | Bagian Belakang | Pecahan | Ukuran | Warna Dominan | Gambar Depan | Gambar Belakang | Tanda Tangan | Tanggal Pengeluaran | Tanggal Peredaran | Tanggal Penarikan Kembali |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Rp10 Sen | 102 x 61 mm | Biru-Coklat Merah-Hijau |
Harga dan otoritas | Teks undang-udang | Loekman Hakim | 17 Agustus 1949 | 17 Agustus 1949 | tidak diketahui | ||
Rp1/2 | 101 x 83 mm | Merah-Hijau Biru muda-Ungu |
Harga dan teratai | Pohon beringin | Loekman Hakim | 17 Agustus 1949 | 17 Agustus 1949 | tidak diketahui | ||
Rp1 | 110 x 68 mm | Ungu Hijau (Proof) |
Otoritas dan Harga | Harga dan ornamen | Loekman Hakim | 17 Agustus 1949 | 17 Agustus 1949 | tidak diketahui | ||
Hitam |
Cokelat |
Rp10 | 127 x 79 mm | Hitam Coklat |
Soekarno, daun pisang, dna padi | Corak sayap | Loekman Hakim | 17 Agustus 1949 | 17 Agustus 1949 | tidak diketahui |
Rp100 | 152 x 95 mm | Biru | Soekarno | Teks undang-undang, Harga | Loekman Hakim | 17 Agustus 1949 | 17 Agustus 1949 | tidak diketahui |
Seri Republik Indonesia Serikat (1950)
Bagian Depan | Bagian Belakang | Pecahan | Ukuran | Warna Dominan | Gambar Depan | Gambar Belakang | Tanda Tangan | Tanggal Pengeluaran | Tanggal Peredaran | Tanggal Penarikan Kembali |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Rp5 | 136 x 44 mm | Merah | Soekarno, tulisan legal | Undang-undang dan pemandangan alam | Syafruddin Prawiranegara | 1 Januari 1950 | 1 Januari 1950 | 17 Agustus 1950 | ||
Rp10 | 136 x 64 mm | Hitam | Soekarno, tulisan legal | Undang-undang dan pemandangan alam | Syafruddin Prawiranegara | 1 Januari 1950 | 1 Januari 1950 | 17 Agustus 1950 |
Seri pemandangan alam I (1951)
ORI seri ketiga diluncurkan pada tahun 1951 sebagai nasionalisasi dari De Javasche Bank. Ditandatangani oleh Sjafruddin Prawiranegara (1951) dan Soemitro Djojohadikoesoemo (1953)
Gambar Utama | Pecahan | Ukuran | Warna Dominan | Gambar Depan | Gambar Belakang | Tanda Tangan | Tahun Pengeluaran dan Peredaran |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Rp1 | 127 × 66 mm | Biru | Pantai dan Sawah | Pegunungan | Sjafruddin Prawiranegara | 1951 | |
Rp2½ | Merah dan Hijau | Pantai dan Pohon Kelapa | Garuda Pancasila |
Seri pemandangan alam II (1953)
Bagian Depan | Bagian Belakang | Pecahan | Ukuran | Warna Dominan | Gambar Depan | Gambar Belakang | Tanda Tangan | Tahun Pengeluaran dan Peredaran |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Rp1 | 127 × 66 mm | Biru | Pantai dan Sawah | Pegunungan | Soemitro Djojohadikoesoemo | 1953 | ||
Rp2½ | Merah dan Hijau | Pantai dan Pohon Kelapa | Garuda Pancasila |
Meskipun Bank Indonesia telah terbentuk pada tahun 1952, namun peredaran ORI masih terus berlanjut. Ditandatangani oleh Ong Eng Die (1954) dan Jusuf Wibisono (1956).
Bagian Depan | Bagian Belakang | Pecahan | Ukuran | Warna Dominan | Gambar Depan | Gambar Belakang | Tanda Tangan | Tahun Pengeluaran dan Peredaran |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Rp1 | 130 × 60 mm | Biru | Wanita | Garuda Pancasila | Ong Eng Die | 1954 | ||
Rp2½ | Merah dan Hijau | Pria |
Bagian Depan | Bagian Belakang | Pecahan | Ukuran | Warna Dominan | Gambar Depan | Gambar Belakang | Tanda Tangan | Tahun Pengeluaran dan Peredaran |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Rp1 | 130 × 60 mm | Biru | Wanita | Garuda Pancasila | Jusuf Wibisono | 1956 | ||
Rp2½ | Merah dan Hijau | Pria |
Uang kertas Bank Indonesia
Seri Kebudayaan (1952)
Uang kertas pertama Bank Indonesia dikeluarkan pada tahun 1952 dengan pecahan Rp5, Rp10, Rp25, Rp50, Rp100, Rp500, dan Rp1.000 dengan tanda tangan Sjafruddin Prawiranegara dan Indra Kasuma.
Bagian Depan | Bagian Belakang | Pecahan | Warna Dominan | Gambar Depan | Gambar Belakang | Tanda Tangan | Tahun Pengeluaran | Tahun Penarikan Kembali |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Rp5 | Biru | R.A. Kartini | Batik | Sjafruddin Prawiranegara dan Indra Kasuma | 1952 | 1962 | ||
Rp10 | Coklat | Patung | Batik | Sjafruddin Prawiranegara dan Indra Kasuma | 1952 | 1962 | ||
Rp25 | Biru | Pohon | Batik | Sjafruddin Prawiranegara dan Indra Kasuma | 1952 | 1962 | ||
Rp50 | Hijau | Pohon dan burung | Batik | Sjafruddin Prawiranegara dan Indra Kasuma | 1952 | 1962 | ||
Rp100 | Coklat | Pangeran Diponegoro | Batik | Sjafruddin Prawiranegara dan Indra Kasuma | 1952 | 1962 | ||
Rp500 | Hijau, Coklat | Relief | Batik | Sjafruddin Prawiranegara dan Indra Kasuma | 1952 | 1962 | ||
Rp1.000 | Hijau, Coklat | Patung | Batik | Sjafruddin Prawiranegara dan Indra Kasuma | 1952 | 1962 |
Seri hewan (1957)
Uang kertas kedua Bank Indonesia dengan seri hewan diluncurkan pada tahun 1957 dengan tanda tangan Sjafruddin Prawiranegara dan Sabaroedin, dengan pecahan baru, Rp5.000. Kecuali pada pecahan Rp2.500, tanda tangan gubernur oleh Loekman Hakim.
Seri pekerja (1958)
Seri ini merupakan seri keempat uang kertas Bank Indonesia dan dicetak oleh Pertjetakan Kebajoran. Sebenarnya, uang kertas seri ini pertama kali diluncurkan pada tahun 1958 (pecahan Rp5-Rp5.000).
Bagian Depan | Bagian Belakang | Pecahan | Warna Dominan | Gambar Depan | Gambar Belakang | Tanda Air | Tanda Tangan | Tahun Pengeluaran | Tahun Penarikan Kembali |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Rp5 | Coklat | Pembuat batik | Rumah Adat Jawa Tengah | Kepala Banteng | Loekman Hakim dan Sabaroedin | 1958 | 1966 | ||
Rp10 | Coklat | Pembuat patung | Rumah Adat Bali | Kepala Banteng | Loekman Hakim dan Sabaroedin | 1958 | 1966 | ||
Rp25 | Hijau | Pengrajin ulos | Rumah Adat Sumatra Utara | Kepala Banteng | Loekman Hakim dan Sabaroedin | 1958 | 1966 | ||
Rp50 | Coklat | Pemintal benang | Rumah Adat Timor | Kepala Banteng | Loekman Hakim dan Sabaroedin | 1958 | 1966 | ||
Rp100 | Coklat | Penebangan pohon | Rumah Adat Kalimantan | Kepala Banteng | Loekman Hakim dan Sabaroedin | 1958 | 1966 | ||
Rp500 | Coklat | Pembelahan buah kelapa | Rumah Adat Minahasa | Kepala Banteng | Loekman Hakim dan Sabaroedin | 1958 | 1966 | ||
Rp1.000 | Violet | Pengrajin perak | Rumah Adat Sumatra Barat | Kepala Banteng | Loekman Hakim dan Sabaroedin | 1958 | 1966 | ||
Rp1.000 | Merah | Pengrajin perak | Rumah Adat Sumatra Barat | Garuda Pancasila | Loekman Hakim dan Sabaroedin | 1958 | 1966 | ||
Rp5.000 | Hijau | Petani | Sawah | Kepala Banteng | Loekman Hakim dan Sabaroedin | 1958 | 1966 | ||
Rp5.000 | Merah | Petani | Sawah | Garuda Pancasila | Loekman Hakim dan Sabaroedin | 1958 | 1966 |
Seri bunga dan unggas (1959)
Seri ini merupakan seri ketiga uang kertas Bank Indonesia dan dicetak oleh Thomas De La Rue (TDLR) Co. Ltd., Inggris. Uang kertas seri ini sangat diminati oleh kolektor karena gambarnya yang menarik.
Seri Pekerja II (1963-1964)
Beberapa pecahan uang kertas seri pekerja, dimulai dari Rp10 hingga Rp10.000 mengalami perombakan. Tetapi, gambar pada bagian depan dan belakangnya masih sama seperti pada tahun 1958.
Bagian Depan | Bagian Belakang | Pecahan | Warna Dominan | Gambar Depan | Gambar Belakang | Tanda Air | Tanda Tangan | Tahun Pengeluaran | Tahun Penarikan Kembali |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Rp10 | Abu-abu | Pembuat patung | Rumah Adat Bali | Garuda Pancasila | Soemarno dan Hertatijanto | 1963 | 1966 | ||
Rp25 | Abu-abu | Pengrajin ulos | Rumah Adat Sumatra Utara | Garuda Pancasila | Jusuf Muda Dalam dan Hertatijanto | 1964 | 1966 | ||
Rp50 | Coklat | Pemintal benang | Rumah Adat Timor | Garuda Pancasila | Jusuf Muda Dalam dan Hertatijanto | 1964 | 1966 | ||
Rp100 | Coklat (versi pertama) Biru (versi kedua) |
Penebangan pohon | Rumah Adat Kalimantan | Garuda Pancasila | Jusuf Muda Dalam dan Hertatijanto | 1964 | 1966 | ||
Rp10.000 | Hijau | Nelayan | Sungai Barito | Kepala Banteng Garuda Pancasila |
Jusuf Muda Dalam dan Hertatijanto | 1964 | 1966 | ||
Rp10.000 | Merah | Nelayan | Sungai Barito | Kepala Banteng Garuda Pancasila |
Jusuf Muda Dalam dan Hertatijanto | 1964 | 1966 |