Lompat ke isi

Karya sastra

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 6 Desember 2020 18.24 oleh JumadilM (bicara | kontrib) (menambahkan teks)

Karya sastra adalah ciptaan yang disampaikan dengan komunikatif tentang maksud penulis untuk tujuan estetika.[1] Karya-karya ini sering menceritakan sebuah kisah, dalam sudut pandang orang ketiga maupun orang pertama, dengan plot dan melalui penggunaan berbagai perangkat sastra yang terkait dengan waktu mereka.[1] Karya sastra dikenal dalam dua bentuk, yaitu fiksi dan nonfiksi.[2] Jenis karya sastra fiksi adalah prosa, puisi, dan drama.[2] Sedangkan contoh karya sastra nonfiksi adalah biografi, autobiografi, esai, dan kritik sastra.[2] Menurut Suroto, roman terbentuk atas pengembangan seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut.[2] Karya sastra digunakan untuk memenuhi kepuasan rohani penulis dan para pembacanya. Bentuk kepuasan ini dapat diwakilkan melalui penggunaan bahasa yang bermakna kesenangan, kesedihan, kekecewaan, maupun ungkapan lain yang memiliki nilai keindahan.[3]

Ciri khas

Karya sastra merupakan karya yang sebagian besar memiliki sifat imajinatif dan kreatif. Karya-karya sastra yang masih menggunakan fakta dalam penceritaan ditemukan pada sastra Inggris dan sastra Prancis. Penggunaan fakta berdasarkan pada pengalaman penulisnya, ditemukan pada khotbah John Donne, autobiografi John Bunyan, falsafah René Descartes dan falsafah Blaise Pascal.[4] Karya sastra yang memiliki pengetahuan tentang sesuatu yang hanya imajinasi dianggap lebih bernilai dibanding dengan karya sastra yang memberitahukan tentang kenyataan-kenyataan yang sungguh terjadi di dalam kehidupan.[5]

Ciri lain yang membedakan karya sastra dengan karya lainnya adalah penggunaan bahasa yang khas dengan daya khayal dan bernilai seni. Bahasa digunakan sebagai sistem tanda yang memberikan arti dan makna bagi pembacanya. Bahasa yang digunakan di dalam karya sastra mengikuti paham strukturalisme atau paham formalisme. Paham strukturalisme memandang karya sastra dari unsur-unsur pembangunnya atau strukturnya. Bahasa yang digunakan dalam karya sastra merupakan sistem tanda yang berupa bahasa teks dengan kandungan pemahaman dan saling berhubungan satu sama lain. Sedangkan paham formalisme memandang bahwa bahasa sastra merupakan bahasa yang khas dan menyimpang dari bahasa sehari-hari.[6]

Bahasan

Bahasan utama dalam karya sastra yaitu tentang permasalahan di sekitar kehidupan manusia. Adanya keinginan manusia untuk mengungkapkan tujuan keberadaan dirinya membuat terciptanya karya sastra. Karya sastra menjadi lembaga sosial yang bertindak sebagai perantara manusia dalam menciptakan lingkungan sosial. Karya sastra menyerupakan antar gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiri sebagai realitas sosial. Bahasan di dalam karya sastra berkaitan dengan manusia dengan manusia lainnya atau perasaan pribadi dari manusia. Selain itu, karya sastra juga membahas tentang hubungan timbal-balik antarindividu atau antara individu dengan masyarakat.[7]

Jenis

Berdasarkan bentuknya

Puisi

Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang disajikan secara monolog. Kata-kata yang digunakan dalam penulisan puisi bersifat indah dan memiliki beragam makna yang mendalam. Penggunaan diksi, majas, rima, dan irama menjadi penentu keindahan puisi. Sedangkan pemadatan unsu-unsur bahasa menjadi penentu keberagaman makna yang terkandung dalam puisi. Bahasa yang digunakan dalam puisi tidak sama dengan bahasa sehari-hari. Puisi menggunakan bahasa yang ringkas dengan makna yang mendalam dan beragam. Penggunaan kata di dalam puisi mengandung konotasi yang disertai dengan beragam penafsiran dan pengertian.[8] Puisi merupakan perwujudan dari imajinasi manusia, yang digunakan sebagai sumber untuk memperoleh kreativitas. DI dalam puisi terdapat penyampaian perasaan seseorang yang menimbulkan simpati atau empati kepada orang lain ke dalam keadaan yang dialaminya.[9]

Prosa

Prosa merupakan karya sastra yang disusun dalam bentuk cerita atau narasi. Penyajian prosa dilakukan dengan menggabungkan bentuk monolog dan dialog. Di dalam prosa, pencerita memasukkan pemikirannya ke dalam pikiran-pikiran tokoh. Pemikiran para tokoh kemudian memunculkan dialog antartokoh.[10] Prosa dibedakan menjadi prosa non-sastra dan prosa sastra. Prosa non-sastra merupakan karangan yang berisfat ilmiah, seperti laporan penelitian, makalah, atau artikel. Sedangkan posa sastra terbagi menjadi prosa fiksi dan prosa nonfiksi. Prosa fiksi meliputi dongeng, cerita pendek, dan novel, sedangkan prosa nonfiksi meliputi biografi, autobiografi, dan esai.[11]

Drama

Drama merupakan jenis karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan. Pemberian gambaran dilakukan dengan peristiwa konflik dan emosi melalui perilaku dan dialog. Penyajian perilaku dan dialog mirip dengan perilaku dan dialog sehari-hari. Drama merupakan pembuatan ulang dan peniruan kehidupan sehari-hari ke dalam pentas dengan memanfaatkan kegiatan harian yang nyata. Unsur drama yang terutama ialah bahasa, gerak, posisi, isyarat, dan ekspresi wajah. Bahasa dalam drama memperhatikan penggunaan kata, intonasi, tempo kalimat, pelafalan, serta volume suara dan tekanannya.[12]

Berdasarkan periode waktunya

Karya sastra lama

Karya sastra lama merupakan karya sastra yang tercipta di dalam kehidupan masyarakat lama. Kriteria masyarakat lama yaitu masih mempertahankan dan meyakini adat istiadat yang berlaku di daerahnya. Karya sastra lama pada mulanya merupakan suatu ujaran yang kemudian berbentuk bahasa lisan. Pesan yang terkandung di dalam karya sastra lama berupa ajaran agama, moral, pendidikan, nasihat, dan adat istiadat.[13] Karya sastra lama dipengaruhi oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat lama. Kepercayaan tentang roh dan kekuatan gaib menjadi pesan penting di dalam karya sastra lama. Karya sastra lama kemudian mendapatkan pengaruh dari agama-agama besar yaitu Hindu, Budha, dan Islam. Karya sastra lama dapat dibedakan menjadi prosa lama dan puisi lama.[14]

Media

Media yang digunakan di dalam karya sastra adalah bahasa. Penggunaan bahasa menentukan kualitas dari suatu karya sastra. Bahasa yang digunakan dalam karya sastra berbeda dengan bahasa ilmiah dan bahasa sehari-hari. Dalam karya sastra, bahasa keseharian diubah dan dipadatkan sehinga memiliki makna yang ambigu dan homonim. Penggunaan kategori bahasa di dalam karya sastra juga tidak beraturan dan tidak rasional. Karya sastra memiliki sifat yaitu menggunakan karya yang telah ada sebagai acuan penulisan karya baru. Penulisan bahasa pada karya sastra bersifat ekspresif dan pragmatik serta berusaha untuk mempengaruhi dan mengubah sikap pembacanya. Selain itu, bahasa dalam karya sastra digunakan sebagai tanda dan simbol yang memiliki keindahan, daya khayal, dan bersifat tidak nyata.[5]

Mutu

Bentuk, isi, ekspresi dan bahasa yang ditampilkan di dalam karya sastra menjadi penentu mutu karya tersebut. Karya sastra yang bermutu mampu memberikan gambaran secara jelas terhadap perasaan penulisnya serta mampu menjadi alat komunikasi dengan orang lain. Selain itu, karya sastra yang bermutu juga memiliki bentuk penulisan dengan pola yang teratur serta memiliki kesatuan antarunsur sastra. Karya sastra yang bermutu juga memiliki kemampuan untuk menghasilkan penemuan dan pembaruan. Ekspresi ditampilkan apa adanya dengan cerita yang merupakan pengkhayatan kehidupan penulisnya yang diperoleh melalui penafsiran.[15]

Fungsi

Fungsi karya sastra yaitu untuk mengkomunikasikan ide dan menyalurkan pikiran serta perasaan estetis manusia pembuatnya.[16] Ide itu disampaikan lewat amanat yang pada umumnya ada dalam sastra.[16] Selain ide, dalam sastra terdapat juga deskripsi berbagai peristiwa, gambaran psikologis, dan berbagai dinamika penyelesaian masalah.[16] Hal ini dapat menjadi sumber pemikiran dan inspirasi bagi pembacanya.[16] Konflik-konflik dan tragedi yang digambarkan dalam karya sastra memberikan kesadaran pada pembaca bahwa hal itu dapat terjadi dalam kehidupan nyata dan dialami langsung oleh pembaca.[16] Kesadarannya itu membentuk semacam kesiapan dalam diri untuk menghadapi kondisi sosial yang terjadi di masyarakat.[16] Sastra juga berguna bagi para pembacanya sebagai media hiburan.[16]

Memberikan pengalaman imajinatif

Karya sastra digunakan untuk mengungkapkan suatu gagasan, ide, atau pemikiran dengan berlandaskan pada pengetahuan dari pengalaman. Sasaran utama dari karya sastra adalah kejiwaan manusia, Aspek kejiwaan ini meliputi aspek kognitif, afektif dan konatif. Karya sastra mampu memberikan tambahan keterampilan dalam pemikiran, pengindraan dan daya fantasi. Sebuah karya sastra berusaha menggugah pengalaman imajinatif melalui kesadaran panca indra. [17]

Referensi

  1. ^ a b "Pengertian Karya Sastra". SHVOONG.com. Diakses tanggal 2014-06-05. 
  2. ^ a b c d "Latar Belakang Masalah Karya Sastra" (pdf). Diakses tanggal 2014-06-06. 
  3. ^ Kosasih 2008, hlm. 4.
  4. ^ Mahliatussikah 2015, hlm. 2-3.
  5. ^ a b Mahliatussikah 2015, hlm. 3.
  6. ^ Mahliatussikah 2015, hlm. 3-4.
  7. ^ Suswandari dan Hatmo 2018, hlm. 1.
  8. ^ Kosasih 2008, hlm. 31.
  9. ^ Ahyar 2019, hlm. 34.
  10. ^ Kosasih 2008, hlm. 51.
  11. ^ Ahyar 2019, hlm. 235.
  12. ^ Kosasih 2008, hlm. 81.
  13. ^ Sumaryanto 2010, hlm. 1.
  14. ^ Sumaryanto 2010, hlm. 1-2.
  15. ^ Mahliatussikah 2015, hlm. 6.
  16. ^ a b c d e f g "Salah satu Manfaat Karya Sastra". Diakses tanggal 2014-06-06. 
  17. ^ Suswandari dan Hatmo 2018, hlm. 5.

Daftar pustaka

  1. Ahyar, Juni (2019). Apa Itu Sastra: Jenis-Jenis Karya Sastra dan Bagaimanakah Cara Menulis dan Mengapresiasi Sastra (PDF). Sleman: Deepublish. ISBN 978-623-02-0145-5. 
  2. Kosasih, E. (2008). Apresiasi Sastra Indonesia (PDF). Jakarta: Nobel Edumedia. ISBN 978-602-8219-57-0. 
  3. Mahliatussikah, Hanik (2015). Pembelajaran Puisi Teori dan Penerapannya dalam Kajian Puisi Arab. Malang: Universitas Negeri Malang. ISBN 978-979-495-785-1. 
  4. Sumaryanto (2010). Mengenal Puisi dan Syair. Semarang: PT. Sindur Press. ISBN 978-979-067-054-9. 
  5. Suswandari, M., dan Hatmo, K. T. (2018). Ontologi Puisi (PDF). Kebumen: CV. Intishar Publishing. ISBN 978-602-5692-57-4.