Lompat ke isi

Teater

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 18 Januari 2021 10.08 oleh YogiYY (bicara | kontrib)
Pementasan teater di Gedung Kesenian Rumentang Siang Kota Bandung.

Teater (Inggris: theater atau theatre; Prancis théâtre; bahasa Yunani theatron (θέατρον) adalah salah satu seni bermain peran (drama) yang menyajikan cerita kehidupan nyata di atas pentas. Jalan cerita yang disajikan biasanya mengandung pesan moral yang tersirat dan bisa dijadikan pelajaran kehidupan oleh para penonton.[1]

Teater adalah cabang kesenian yang lahir pada masa Yunani klasik. Pada masa itu, sekitar 500 tahun SM dimainkan di atas altar oleh pendeta-pendeta dan salah satu adegannya adalah upacara memberi kurban pada dewa. Hingga kemudian bentuk itu berubah pada masa Athena, dimana kurban diganti oleh peran antagonis yang dihukum atas dasar kehendak masyarakat dan mati bagi semua orang.  Dalam makna tersebut teater modern Indonesia dipahami secara konseptual (teater realis) dimulai sejak Usmar Ismail dan Asrul Sani mendirikan ATNI (Akademi Teater Nasional Indonesia) pada 10 September 1955 di Jakarta. Sejak itu bentuk teater di Indonesia mengalami perubahan yang cukup mendasar dibandingkan dengan bentuk-bentuk tradisionalnya, seperti Randai, Ludruk, Mahyong, Ktoprak, Ledhek dan lainnya.[2]

Fungsi

Ritual atau upacara

Di dalam fungsi ritualnya, suatu peristiwa teater menjadi ajang penjelasan, penghayatan dan pengukuhan nilai-nilai kepercayaan atau agama yang dianut oleh masyarakat yang melaksanakannya. Sampai sekarang pada berbagai teater etnik unsur-unsur upacara tetap menonjol dengan dibicarakannya mantera-mantera, disediakannya sajen serta tindak upacara yang dilakukan baik oleh dalang maupun oleh pihak lain yang tidak terlibat langsung dalam pertunjukan.

Seni atau Estetik

Di dalam peristiwa teater suatu masyarakat bukan saja mengungkap- kan pikiran, perasaan, kecemasan, harapan dan sebagainya, akan tetapi juga menikmati bentuk-bentuk pengungkapan itu. Dalam peristiwa seperti itu, suatu masyarakat tidak hanya merasa puas dengan telah dapat mengungkapkan pengalaman- nya, akan tetapi mereka juga merasa puas atau tidak puas dalam hubungan dengan bentuk-bentuk ungkapan yang mereka gunakan.

Hiburan

Dalam hubungan ini seni teater memenuhi keperluan masyarakat akan pengalaman yang berbeda dengan pengalaman mereka sehari- hari. Bahkan kadang-kadang meme- nuhi keperluan bagi masyarakat yang ingin melepaskan diri atau melarikan diri dari persoalan kehidupan mereka sehari-hari.[3]

Rujukan

  1. ^ Niswan, Muhamad; Bilada, Hirar; Sukarelawati, Sukarelawati (2018-10-18). "HUBUNGAN PERTUNJUKAN TEATER DENGAN PERILAKU PENONTON". JURNAL SOSIAL HUMANIORA (dalam bahasa Inggris). 9 (2): 139. doi:10.30997/jsh.v9i2.1381. ISSN 2550-0236. 
  2. ^ Sahrul (2017). TEATER DALAM KRITIK. Padangpanjang: ISI Padangpanjang. hlm. 3. ISBN 978-602-60147-9-5. 
  3. ^ Zakia, Hasma Katifah; M. Nurhamsyah; Putro, Jawas Dwijo (Juni 2013). "PUSAT SENI TEATER DI KOTA PONTIANAK". Jurnal Teknik Sipil. 13 (1): 95. ISSN 2621-8429.