Sindo Citra Media
- Artikel ini bukan mengenai dan tidak berhubungan dengan Surya Citra Media maupun Sindo Media.
Industri | Rumah produksi |
---|---|
Nasib | Likuidasi, operasional bergabung dalam Divisi Berita RCTI |
Didirikan | 1 November 1990 |
Pendiri | Peter F. Gontha Chrys Kelana |
Ditutup | 1 Oktober 1999 |
Kantor pusat | Jakarta, Indonesia |
Induk | PT Bima Intan Kencana |
PT Sindo Citra Media didirikan pada 1 November 1990 sebagai rumah produksi bagi acara berita milik RCTI, yang saat itu baru berdiri sebagai stasiun televisi swasta lokal di Jakarta[1]. Pendirian PT Sindo Citra Media dirintis oleh Chrys Kelana, seorang wartawan harian Kompas yang pada saat itu direkrut oleh Peter F. Gontha, salah satu pimpinan RCTI. Pembentukan PT Sindo didasarkan pada kebijakan pemerintah pada saat itu, yang hanya mengizinkan TVRI sebagai stasiun TV yang boleh menyiarkan siaran berita di Indonesia, dan stasiun TV swasta diwajibkan untuk merelay siaran tersebut.
Awalnya, Chrys tidak bermaksud untuk mendirikan PT Sindo, dikarenakan RCTI pada waktu awal bersiaran tidak menyiarkan siaran berita, namun tetap berusaha untuk menyampaikan informasi berupa bincang-bincang dalam acara Dialog Ekonomi setiap hari Minggu pagi. Keadaan berubah ketika seorang anak diplomat, Desi Anwar direkrut oleh Gontha yang mengusulkan pembentukan semacam acara berita features atau soft news, mencontoh dari stasiun BBC di Inggris. Ide Desi ini kemudian mengarah ke pembentukan program berita Seputar Jakarta yang tayang sejak 1 September 1989. Pada tanggal 2 November 1990, Program Seputar Jakarta resmi diganti menjadi Seputar Indonesia. Namun, Harmoko selaku Menteri Penerangan pada saat itu selalu memperingatkan RCTI agar tidak membuat program berita, dan harus tetap me-relay siaran berita TVRI. Hal ini merujuk pada SK Menpen Nomor 111/1990 tentang larangan televisi swasta membuat berita sendiri[2]. Maka, di titik inilah, PT Sindo seperti mendapat "keharusan" untuk berdiri. Sahamnya dipegang oleh PT Bima Intan Kencana yang masih dimiliki oleh pemilik RCTI, Bambang Trihatmodjo[3].
Dalam kerjanya, meskipun terpisah operasinya untuk menyiasati larangan pembuatan berita oleh televisi swasta namun PT Sindo berada satu kompleks dengan RCTI, di studio 5 Kebon Jeruk Jakarta. Gontha waktu itu juga berharap agar PT Sindo bisa mendapatkan keuntungan tersendiri, terpisah dari RCTI. Seiring waktu, acara berita yang dihasilkan oleh PT Sindo bertambah menjadi 4: Nuansa Pagi, Buletin Siang, Indonesia Today dan Buletin Malam serta ditambah acara Aneka Dialog. Harapan lain dari pendirian PT Sindo adalah, agar jika pemerintah Orde Baru merasa terganggu oleh pemberitaannya, maka bukan RCTI yang mendapatkan akibatnya, melainkan PT Sindo[4]. Untuk membantu kinerjanya, PT Sindo sepanjang 1989/1990 juga merekrut sejumlah penyiar, reporter dan kamerawan yang ditempatkan di RCTI Kebon Jeruk dan SCTV Darmo Surabaya. Namun, kemudian PT Sindo yang awalnya dikelola secara bersama oleh RCTI dan SCTV, kemudian berpisah karena adanya kebijakan pemerintah yang membolehkan TV swasta memproduksi beritanya sendiri. RCTI kemudian tetap mempertahankan program PT Sindo, sedangkan SCTV membentuk acaranya sendiri yaitu Liputan 6[5][6].
Pasca kejatuhan Orde Baru, relevansi PT Sindo menurun karena kebijakan pemerintah seperti "membebaskan" stasiun TV swasta untuk memproduksi beritanya sendiri. Ditambah dengan konflik yang terjadi pada Agustus 1999, perusahaan yang dipimpin oleh Chrys dan Adolf Posumah, seorang presenter berita RCTI ini pada akhirnya diputuskan untuk ditutup pada 1 Oktober 1999. Kinerjanya sendiri diteruskan oleh Dewan Redaksi RCTI, sedangkan karyawan PT Sindo sejak 1 November 1999 resmi menjadi karyawan RCTI[7][8].
Hubungan PT Sindo dan stasiun televisi lain
Kebijakan RCTI untuk membentuk perusahaan terpisah dalam mengelola programnya ini kemudian dicontoh juga oleh stasiun TV swasta ke-5, Indosiar. Setelah sempat merelay acara Seputar Indonesia selama setahun, Indosiar juga membentuk perusahaan sendiri untuk memproduksi acara beritanya, yaitu Horison dan Fokus. Perusahaan ini lahir dari kerjasama Kompas dan Indosiar bernama PT Indomediatama Wartatama sebanyak masing-masing 30% dan 70% pada 1996. Layaknya PT Sindo, PT Indomediatama hanya berumur pendek dan berakhir pada tahun 1999 setelah keduanya memutuskan untuk berpisah dan Indosiar memiliki departemen beritanya sendiri[9].
Referensi
- ^ Seabad pers kebangsaan, 1907-2007 hlm. 1008-1009
- ^ Ishadi S.K. 2014. Media dan Kekuasaan - Televisi di Hari-hari Terakhir Presiden Soeharto. Jakarta: Penerbit Buku Kompas
- ^ Korupsi Berjamaah, Sebuah Studi Kasus
- ^ Media Fortunes, Changing Times
- ^ [1]
- ^ Jurnalisme: liputan 6 SCTV : antara peristiwa dan ruang publik, Yogyakarta: LP3ES, hlm. 50
- ^ Pers dalam "Revolusi Mei": runtuhnya sebuah hegemoni, hlm. 222. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
- ^ RCTI diguncang mosi
- ^ Ishadi S.K. 2014. Media dan Kekuasaan - Televisi di Hari-hari Terakhir Presiden Soeharto. Jakarta: Penerbit Buku Kompas hlm. 110-120.