Lompat ke isi

Bapak pucung kapas

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 28 Januari 2021 04.00 oleh Labdajiwa (bicara | kontrib)
Bapak pucung kapas
Dysdercus cingulatus Edit nilai pada Wikidata

Edit nilai pada Wikidata
Taksonomi
Galat Lua: callParserFunction: function "Template" was not found.
SpesiesDysdercus cingulatus Edit nilai pada Wikidata
Fabricius, 1775

Bapak pucung atau bok bok cong (bahasa Latin: Dysdercus cingulatus) adalah spesies dari kepik sejati dalam famili Pyrrhocoridae. Bapak pucung merupakan hama bagi tanaman kapas. Nimfa dewasa dan tua memakan buah kapas yang muncul dan biji kapas yang akan matang.[1]

Deskripsi

Bapak pucung di Pili, Camarines Selatan, Filipina

Bapak pucung tumbuh dengan panjang sekitar 12–18 mm. Spesies ini memiliki warna merah yang dominan, tetapi mereka juga memiliki kerah berwarna putih dan tiga bintik hitam. Mereka berkaitan erat dan sangat mirip dengan Dysdercus koenigii, tetapi D. cingulatus sedikit lebih besar dan femur-nya memiliki jumlah warna hitam yang bervariasi, sementara D. koenigii seluruh femur-nya memiliki warna merah.[2]

Persebaran

Bapak pucung tersebar di Nepal, Sri Lanka, timur laut dan selatan India, Bangladesh, Thailand, Filipina, Sumatra, Jawa, Borneo, Papua New Guinea, dan utara Australia.[2]

Tanaman inang

Selain kapas, bapak pucung memakan sejumlah tanaman-tanaman lain termasuk okra, kembang sepatu, kapasan, yute putih, jeruk, dan jagung. Serangga ini juga menyerang pohon randu alas, kapuk randu, jati, dan waru laut.[3]

Biologi

Seekor bapak pucung memakan serbuk sari bunga ketul

Seperti halnya kepik sejati yang lain, bapak pucung mengisap cairan dari tanaman inangnya. Satu-satunya bagian tanaman kapas yang terkena hama ini adalah bunga dan kapsul biji atau buah kapasnya. Saat buah kapas akan matang dan karpelnya terbuka, serangga ini memasuk-masukkan cotoknya di antara karpel tumbuhan dan mengisap cairan dari biji yang masih lunak di dalamnya. Mikroorganisme dapat masuk saat proses ini berlangsung dan membuat kandungan buah kapas membusuk atau seratnya menjadi berubah warna. Sementara itu, biji menjadi layu, seratnya kemungkinan gagal berkembang dan buah kapas bisa gugur.[3] Ketika biji tanaman inang matang dan tanaman inang menjadi tidak cocok untuk ditempat tinggali, serangga dewasa bermigrasi ke tanaman inang baru dari spesies tanaman yang sama atau berbeda. Sementara jauh dari inang mereka, mereka memakan nektar dan buah tanaman yang bukan inang, dan dapat bertahan hidup selama beberapa hari tanpa makanan. Mereka tampak menyukai buah jeruk, tetapi ini mungkin hanya karena sering ada perkebunan jeruk di dekat ladang kapas.[4]

Serangga betina dewasa bertelur sebanyak 60–90 butir telur di dalam bilik yang mereka gali di tanah. Telur-telur tersebut menetas setelah sekitar lima hari dan nimfa berkembang melalui empat tahap nimfa selama 30–40 hari atau lebih sebelum mereka menjadi serangga dewasa.[5]

Referensi

  1. ^ Jaleel, Waqar; Saeed, Shafqat; Naqqash, Muhammad Nadir (2013). "Biology and bionomics of Dysdercus koenigii F. (Hemiptera: Pyrrhocoridae) under laboratory conditions". Pakistan Journal of Agricultural Science. 50 (3): 373–378. ISSN 2076-0906. 
  2. ^ a b Schaefer, Carl W. & Panizzi, Antonio Ricardo (2000). Heteroptera of Economic Importance. CRC Press. hlm. 276–280. ISBN 978-1-4200-4185-9. 
  3. ^ a b "Red cotton stainer (Dysdercus cingulatus)". Plantwise Knowledge Bank. Plantwise. Diakses tanggal 11 May 2016. 
  4. ^ Panizzi, Antônio R. & Grazia, Jocélia (2015). True Bugs (Heteroptera) of the Neotropics. Springer. hlm. 522–523. ISBN 978-94-017-9861-7. 
  5. ^ Sahayaraj, K. & Ilyaraj, R. (2008). "Ecology of Dysdercus cingulatus (Fab.)". Egyptian Journal of Biology. 10: 122–125.