Lompat ke isi

Abdullah bin Saba'

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 1 Februari 2021 23.15 oleh A154 (bicara | kontrib)

Abdullah bin Saba'
Lahirca Abad ke-7
KebangsaanYaman
Nama lain
  • Abdullah bin Saba' al-Himyari
  • Ibnu Saba'
  • Ibnu Saudah
  • Ibnu Wahb
  • Ibnu Harb
Dikenal atasMendirikan gerakan Saba'iyyah

Abdullah bin Saba' al-Himyari (bahasa Arab: عبد الله ابن سبأ الحميري) atau Ibnu Saba' (juga kadang-kadang disebut sebagai Ibnu Saudah, Ibnu Wahb, atau Ibnu Harb)[1] adalah tokoh abad ke-7 yang kontroversial dalam sejarah Islam dan sering dikaitkan dengan sekelompok pengikut yang disebut Saba'iyyah (Bahasa Arab: سبئية).[2]

Menurut tradisi Sunni dan Syiah, Abdullah bin Saba' adalah seorang Yahudi Yaman dari suku Himyar Arab yang masuk Islam pada masa pemerintahan khalifah Utsman.[2][3] Karena penghormatannya yang berlebihan terhadap Ali, ia secara tradisional dianggap sebagai sosok Ghulat yang pertama. Dalam catatan yang dikumpulkan oleh Saif bin Umar, Ibnu Saba 'dan para pengikutnya (Saba'iyyah) dikatakan sebagai orang-orang yang membujuk orang-orang Mesir melawan Utsman dan bertanggung jawab terhadap perusakan pemukiman yang berada di dekat lokasi Pertempuran Unta.[4]

Sejarawan modern mempunyai pendapat yang berbeda-beda mengenai sosok historis Abdullah bin Saba' ini.[1] Beberapa percaya bahwa Abdullah bin Saba dan Ibnu Saudah adalah dua sosok yang berbeda (menurut pendapat Marshall Hodgson). Beberapa menggambarkannya sebagai sosok semi-fiktif atau bahkan sepenuhnya fiktif (Taha Hussein, Bernard Lewis, Wilferd Madelung, Leone Caetani, dan sejarawan Syiah).[5] Sejarawan lainnya seperti Israel Friedlander, Sabatino Moscati, dan sejarawan Sunni menegaskan keberadaannya.[5] Asal Yahudi-nya juga telah diperdebatkan. Beberapa sejarawan modern menyatakan bahwa Saif bin Umar mengarang episode tentang pembunuhan Utsman untuk "menghindarkan masyarakat Madinah dari perpecahan setelah insiden pembunuhan khalifah" dan menyatakan bahwa gerakan untuk mendukung Ali sebagai pengganti Muhammad belum ada pada zaman Utsman.[6] Dengan pengecualian Taha Hussein, sebagian besar penulis Sunni modern menegaskan keberadaan Ibnu Saba'.[7]

Historisitas

Menurut sumber-sumber Sunni dan Syiah tradisional, Abdullah bin Saba 'adalah seorang Yahudi Yaman yang memeluk Islam. Tetapi sejarawan modern berbeda pendapat mengenai pada historisitas Ibnu Saba. M.G.S. Hodgson meragukan bahwa Ibn Saba 'adalah seorang Yahudi, dan menyatakan bahwa Ibnu Saba' dan Ibnu Sauda 'harus dianggap sebagai dua sosok individu yang terpisah. Menurut Leone Caetani, Ibn Saba pada mulanya adalah pendukung murni politik Ali, "yang di sekitarnya generasi berikutnya membayangkan konspirasi keagamaan seperti yang dilakukan Abbasiyah". Taha Hussein dan Ali al-Wardi berpendapat bahwa Ibnu Saba 'adalah ciptaan propaganda Umayyah.

Namun, beberapa sejarawan menegaskan keberadaan Ibnu Saba 'atau para pengikutnya. Israel Friedlander menyimpulkan bahwa Ibnu Saba 'dan Saba'iyya memang benar-benar ada. Karyanya juga telah dibuktikan oleh Sabatino Moscati, Linda D. Lau, dan A. R. Armush juga menerima kisah Saif bin Umar dan peran Saba'iyyah pada Pertempuran Unta.

Mengenai kepercayaan agama Ibnu Saba, khususnya mengenai Saba'iyyah, W. F. Tucker mencatat bahwa keyakinan mereka lebih lengkap dan lebih baik dicatat dalam sumber-sumber yang ditujukan untuk heresiografi. Matti Musa menunjukkan bahwa Saba'iyyah sebagai sekte ghulat memang ada, mencatat bahwa pandangan mereka telah dipertimbangkan secara serius oleh para ahli heresi Sunni dan Syiah. Hodgson menyatakan bahwa ada kontradiksi dalam apa pandangan keagamaan yang berasal dari dirinya dan para pengikutnya, tetapi kita dapat berasumsi bahwa dia adalah pendiri atau pahlawan dari satu atau lebih sekte yang disebut Sabaʾiyyah, yang meninggikan posisi Ali.

Abdullah bin Saba' dalam kitab-kitab

Kitab Ahlus Sunnah

Tentunya sangat banyak sekali penyebutan Abdullah bin Saba’ dalam kitab-kitab Ahlus Sunnah yang kesemuanya tidak lain menunjukkan keyakinan mereka akan keberadaannya. Berikut beberapa pendapatnya:

  • Ibnu Taimiyyah berkata, “Sesungguhnya permulaan rafidhah berasal dari seorang Zindiq, yaitu Abdullah bin Saba’.” (Majmu’ Fatawa 28/483)
  • Imam Adz-Dzahabi berkata, “Abdullah (bin Saba’) termasuk zindiq yang ekstrem, ia sesat dan menyesatkan.” (Mizanul I’tidal 2/426)
  • Ibnu Hajar berkata, “Abdullah bin Saba’ termasuk zindiq yang paling ekstrem…. Ia memiliki pengikut yang disebut Sabaiyyah, mereka (kaum Sabaiyyah) memiliki keyakinan sifat ketuhanan pada diri Ali bin Abi Thalib. Dia telah membakar mereka dengan api pada masa kekhilafaannya.” (Lisanul Mizan 3/360)
  • Abul Muzhaffar Al Isfarayini dalam Al Milal wan Nihal ketika menceritakan tentang As-Sabaiyyah berkata, “Dan bahwasanya yang membakar mereka adalah Ali, yaitu kelompok dari rafidhah yang meyakini padanya (pada Ali) ada sifat ketuhanan, merekalah yang disebut kelompok Sabaiyyah pendirinya adalah Abdullah bin Saba’ seorang Yahudi yang menampakkan keislaman…” (lihat Fathul Bari 12/270)
  • Abdullah bin Muslim bin Qutaibah dalam kitabnya Ta’wilu Mukhtalafil Hadits 1/21 berkata, “Kami tidak pernah mengetahui ada pada ahli bid’ah dan pengikut hawa nafsu yang meyakini adanya sifat ketuhanan pada manusia selain mereka (yaitu rafidhah ekstrem). Sesungguhnya Abdullah bin Saba’ meyakini adanya sifat ketuhanan pada diri Ali.”
  • Az Zarkali berkata, “Abdullah bin Saba’ pendiri kelompok Sabaiyyah.” (Al-A’lam 4/88)

Demikian pula, para ulama’ Ahlus Sunnah sering sekali menjuluki seorang rawi yang beraqidah Rafidhah ekstrem sebagai Sabaiyyah (pengikut Abdullah bin Saba’), kalau seandainya Abdullah bin Saba’ adalah tokoh fiktif mana mungkin mereka memakai istilah tersebut.

  • Ash-Shafadi berkata, “As-Sabaiyyah dinisbahkan kepada Abdullah bin Saba’.’ (Al-Wafil Wafayat 5/30)
  • Dia juga berkata, “Pendiri As-Sabaiyyah adalah Abdullah bin Saba’, dialah pendiri kelompok Sabaiyyah, dia pula yang berkata kepada Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, ‘Kamu adalah Tuhan.” (5/393)
  • Ibnu Hibban berkata, “Dan adalah al-Kalbi seorang Sabaiyyah termasuk yang berkeyakinan Sesungguhnya Ali belum mati, dia akan kembali ke dunia sebelum hari kiamat…” (Al-Majruhin 2/253)
  • Ibnu Makula berkata dalam kitab Rijalnya, “Faraj bin Sa’id bin ‘Alqamah bin Abyadh bin Hamal As Sabay… dan Sabayyah termasuk rafidhah yang paling ekstrem nisbah kepada Abdullah bin Saba’. (lihat Ikmalul Kamal 4/536)
  • As Sam’ani dalam kitabnya Al Ansab 3/209 berkata, “Dan Abdullah bin Wahb as Saba’i, gembong khawarij, menurutku bahwa Abdullah bin Wahb ini dinisbahkan kepada Abdullah bin Saba’, dia dari rafidhah, dan jama’ah dari mereka yang dinisbahkan kepadanya disebut, as Sabaiyyah.”
  • As-Suyuthi dalam kitabnya Lubbul Lubab fi Tahriril Ansab 1/42 berkata, “…Dan (dinisbahkan juga) kepada Abdullah bin Saba’ pendiri Sabaiyyah dari rafidhah.”

Kitab Syi’ah

  • Al Kisysyi dalam kitabnya Ar-Rijal 1/324 meriwayatkan dari Muhammad bin Qauluwiyah ia berkata, telah menceritakan kepadaku Sa’d bin Abdillah ia berkata, telah menceritakan kepadaku Ya’qub bin Yazid dan Muhammad bin ‘Isa dari Ali bin Mihziyar dari Fudhalah bin Ayyub al-Azdi dari Aban bin Utsman ia berkata, “Aku mendengar Abu Abdillah berkata, ‘Laknat Allah atas Abdullah bin Saba’, sesungguhnya ia meyakini adanya sifat ketuhanan pada diri Amirul Mukminiin (Ali), padahal demi Allah! Amirul Mukminin hanyalah seorang hamba yang taat.”
  • Demikian pula Al Qummi dalam kitabnya Al Khishal meriwayatkan seperti di atas dengan sanad yang berbeda.
  • Dan selain keduanya.

Maka dari uraian di atas kita mengetahui bahwa Abdullah bin Saba’ bukanlah tokoh fiktif/khayalan/rekaan/dongeng. Ini telah menjadi kesepakatan para ‘ulama sejarah, hadits, dan pengarang kitab tentang firqah, thabaqat, Rijal, adab, dan Ansab. Maka kaum Syi'ah tidak memiliki celah untuk mengingkari keberadaan Abdullah bin Saba’.

Jadi pembahasan tentang Abdullah bin Saba’ tidak sebatas ada dalam kitab Tarikh Ath-Thabari saja dan tidak hanya melalui jalur periwayatan Saif bin ‘Umar At-Tamimi, walaupun dia adalah seorang yang dapat dijadikan sandaran dalam bidang sejarah sebagaimana yang kami jelaskan di atas.

Referensi

  1. ^ a b Hodgson, M. G. S. (1960). "ʿAbd Allāh ibn Sabaʾ". Encyclopaedia of Islam. 1 (edisi ke-2nd). Brill Academic Publishers. hlm. 51. ISBN 90-04-08114-3. 
  2. ^ a b Abd Allah b. Saba, M.G.S. Hodgson, The Encyclopaedia of Islam, Vol. I, ed. H. A. R. Gibb, J. H. Kramers, E. Levi-Provencal, J. Schacht, (Brill, 1986), 51.
  3. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Anthony
  4. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Landau
  5. ^ a b Tucker, William Frederick (2008). Mahdis and millenarians: Shī'ite extremists in early Muslim IraqAkses gratis dibatasi (uji coba), biasanya perlu berlangganan. Cambridge University Press. hlm. 10–12. ISBN 978-0-521-88384-9. 
  6. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Moosa