Lompat ke isi

Basimalin

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 2 Februari 2021 13.21 oleh Rahmatdenas (bicara | kontrib) (Menambah Kategori:Sastra lisan Minangkabau menggunakan HotCat)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Basimalin adalah pertunjukan penyampaian Kaba Malin Deman. Malin Deman adalah tokoh utama dalam cerita itu. Basilmalin hanya ditampilkan di daerah Harau, Lima Puluh Kota. Cerita Malin Deman merupakan legenda tentang seorang pemuda yang kawin dengan bidadari kahyangan. Ia merupakan putri langit kahyangan yang paling bungsu, yang mandi di sebuah telaga di bumi bersama dengan enam orang saudaranya, Kemudian, ia tinggal dan kawin dengan Malin Deman dan memperoleh seorang anak bernama Sutan Duano.[1]

Basimalin disebut juga dengan Basigeneang (Suryadi, 1998). Basigeneang berarti yang mulia, yang elok, yang cantik, manja. Cerita ini juga menyerupai pola cerita lain tentang bidadari yang kawin dengan manusia, misalnya cerita Jaka Tarub di Jawa (Suryadi,1999; Junus,1994).

Basimalin agak berbeda dengan pertunjukan bakaba yang lain. Penyampaian cerita dalam Basimalin berdasarkan naskah yang terdapat di hadapan penampil yang mendendangkannya. Hal itu menurut Suryadi (1999), agak menyimpang dari tradisi bakaba yang lain di Sumatera Barat, karena dalam pertunjukan bakaba yang lain tidak terdapat resitasi naskah.

Pertunjukan Basimalin bergantung pada patokan atau pakem dalam naskah. Dalam pertunjukan selain Basimalin, penyampai kaba tidak terikat dengan naskah. Tukang kaba dapat membuat improvisasi. Naskah itu memakai dialek Lima Puluh Kota, ditulis dalam aksara Jawi.

Perunjukan Basimalin dilaksanakan pada malam hari sekitar pukul 21.00 hingga pukul 04.00. Biasanya, pertunjukan dilaksanakan pada acara tradisional keagamaan, pesta perkawinan, sunatan anak, kelahiran anak, dan turun mandi. Pertunjukan dilaksanakan dengan membacakan teks oleh sekelompok penampil, sekitar empat orang secara bergiliran. Setiap orang membacakannya dalam satu tarikan nafas.

Keterikatan khalayak dalam pertunjukan itu tidaklah sekuat pertunjukan lain. Hal itu disebabkan penampil hanya membacakan naskah, tidak berimprovisasi. Penampil hanya terikat pakem. Oleh karena itu, keahlian tukang Basimalin tidak setinggi tukang kaba yang lain.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Ensiklopedia Sastra Minangkabau. Padang: Balai Bahasa Padang. 2008. ISBN 9789796857739.