Lompat ke isi

Katilayu (batu)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Liontin amber. Liontin berbentuk oval berukuran 52 kali 32 mm (2 kali 1,3 inchi).

Ambar atau amber adalah resin pohon yang menjadi fosil dan dihargai karena warna serta kecantikannya. Ambar berkualitas bagus digunakan dalam pembuatan barang permata dan ornamen. Meski tidak termineralisasi, ambar sering digolongkan sebagai sebuah batu permata.

Ambar sering disalahpahami terbentuk dari getah pohon; padahal tidak. Getah adalah cairan yang bersirkulasi melalui sistem pembuluhnya tanaman, sedangkan resin merupakan substansi organik amorf setengah-padat yang dikeluarkan dalam kantung dan kanal (saluran) melalui sel epitelium pada tanaman.

Sebagian besar amber di dunia ini berumur 30 sampai 90 juta tahun. Karena dulunya adalah resin pohon yang lunak dan lengket, kadang-kadang di dalam ember terdapat serangga dan bahkan hewan vertebrata yang kecil.

Resin setengah terfosilkan atau amber sub-fosil dikenal sebagai kopal.

Tidak hanya berwarna oranye kekuning-kuningan, ambar memiliki warna yang beragam mulai dari keputih-putihan, kuning limau yang pucat, coklat, dan hampir hitam. Ambar berwarna merah (terkadang dikenal sebagai "cherry amber"), hijau, dan biru termasuk langka dan sangat dicari-cari.

Kebanyakan ambar yang bernilai tinggi memiliki permukaan transparan, tapi amber yang keruh dan gelap juga sangat umum. Amber yang permukaannya gelap berisikan sejumlah gelembung renik. Amber jenis ini dikenal sebagai "bastard amber", meski kenyataannya ia adalah ambar sungguhan.

Asal mula istilah

Resin kayu, sumber purbanya ambar

Kata amber berasal dari kata anbargris atau ambergris dari bahasa Arab kuno dan merujuk pada zat wewangian berminyak yang disekresikan oleh ikan paus sperma. Ambergris mengapusng di air dan terhanyut ke pantai. Karena terjadi kebingungan istilah (lihat: Abu Zaid al Hassan from Siraf & Sulaiman the Merchant (851), Silsilat-al-Tawarikh (travels in Asia), amber menjadi nama untuk resin fosil, yang ditemukan pula di pantai dan lebih ringan dari batu, tapi tidak cukup ringan untuk mengambang.

Keberadaan serangga di dalam ambar dituliskan oleh Pliny the Elder dalam Naturalis Historia karangannya dan mengarahkannya pada teori bahwa ambar harus berada dalam keadaan cair untuk menyelubungi tubuh serangga. Oleh karena itu Pliny menjulukinya succinum atau batu getah, sebuah nama yang masih digunakan sampai sekarang untuk mendeskripsikan asam suksinat (sama pula halnya dengan succinite, istilah yang diberikan untuk jenis ambar tertentu oleh James Dwight Dana).

Nama Yunani untuk ambar adalah ηλεκτρον (Elektron) dan berhubungan dengan Dewa Matahari yang digelari Elector atau Yang Membangunkan.[1] Theophrastus mengelompokkan ambar dan magnetit sebagai mineral yang memiliki daya tarik.

Ambar yang dipanaskan akan mengalami pelunakan dan akhirnya terbakar, itulah yang menyebabkan kata amber dalam bahasa Jermanik merupakan terjemahan harfiah dari burn-Stone (Bernstein dalam bahasa Jerman, barnsteen dalam bahasa Belanda). Jika dipanaskan di atas 200°C, ambar mengalami dekomposisi, menghasilkan "minyak amber", dan meninggalkan residu warna hitam yang dikenal sebagai "kolofoni amber" atau "amber pitch"; yang saat dilarutkan dalam minyak terpentin atau minyak biji rami membentuk "pernis ambar" atau "lak ambar ".

Ambar dari Laut Baltik telah diperdagangkan secara luas sejak jaman dulu dan dalam main land, tempat ambar diperdagangkan 2000 tahun lalu. Penduduk setempat menyebutnya glaes (merujuk pada sifatnya yang tembus pandang seperti kaca).

Seekor nyamuk dan lalat di dalam kalung ambar Baltik ini berumur antara 40 dan 60 juta tahun

Kimia Ambar

Komposisinya bersifat heterogen, tapi ambar terdiri dari zat-zat beresin yang lebih atau kurang terlarut di dalam alkohol, eter serta kloroform, yang diasosiasikan dengan substansi bitumen yang tak bisa dilarutkan. Amber merupakan sebuah makromolekul yang terbentuk oleh polimerisasi radikal bebasnya sejumlah prekursor dalam keluarga labdane (terpena bisiklik alami), communic acid, cummunol dan biformene.[2] Labdane-labdane ini adalah terpena (C20H32) dan triena yang berarti bahwa rangka organik memiliki tiga kelompok alkena yang tersedia untuk polimerisasi. Seiring dengan proses pematangan ambar selama bertahun-tahun, semakin banyak pula polimerisasi yang terjadi begitu pula dengan reaksi isomerisasi, pertautan silang, dan siklisasi. Komposisi rata-rata dari ambar mengarah ke formula umum C10H16O.

Ambar tidak sama dengan kopal. Polimerisasi molekul yang disebabkan oleh tekanan dan panas mengubah resin lebih dahulu menjadi kopal, lalu melalui evaporasi turpene-lah maka kopal berubah menjadi ambar.

Ambar dalam geologi

Ambar tertua berasal dari periode Karbon Awal sekitar 345 juta tahun lalu. Amber tertua yang di dalamnya berisikan serangga datang dari periode Kapur Akhir, kira-kira 146 juta tahun lalu.

Berkas:Fossil amber with abee.jpg
Seekor lebah dan daun di dalam ambar

Cadangan amber Baltik dan Dominika dianggap paling penting dari segi komersial. Keduanya berasal dari Jaman Tersier.[3]

Ambar Baltik atau succinite (secara historis didokumentasikan sebagai ambar Prusia) ditemukan sebagai bintil-bintil (nodul) tak beraturan di dalam pasir glaukonitik laut, dikenal sebagai bumi biru, yang terdapat di lapisan tanah Oligosen dari Samland di Prusia, dalam sejumlah sumber historis disebut sebagai Glaesaria. Setelah 1945, wilayah di sekitar Königsberg diubah menjadi Oblast Kaliningrad, Rusia, tempat dimana kini ambar ditambang dengan sistematis.[4] Tapi tampaknya sebagian batu ambar berasal dari cadangan periode Tersier yang lebih awal (Eosen); dan ambar juga terdapat sebagai mineral turunan dalam formasi-formasi selanjutnya, seperti drift (terowongan sejajar lurus). Jasad tumbuhan yang terdapat di dalam ambar disebabkan tumbuhan itu terjebak di dalamnya saat resin masih segar, menunjukkan hubungan dengan flora Asia Timur dan bagian selatannya Amerika Utara. Heinrich Göppert menamakan pohon cemara penghasil ambar pada umumnya dari hutan Baltik sebagai Pinites succiniter, tapi sebagai kayu, menurut sejumlah pihak, sepertinya tidak berbeda dari marga Pinus succinifera. Tidak mungkin amber hanya diproduksi sebuah spesies saja.

Amber Dominika dianggap retinite (resin mineral yang mudah terbakar) karena tidak memiliki asam suksinat. Ada tiga lokasi utama sumber batu ambar di Republik Dominika: La Cordillera Septentrional, di utara, Bayaguana dan Sabana, di timur. Di wilayah utara, unit yang mengandung ambar berbentuk batuan klastik, batu pasir yang tertumpuk di daerah delta atau bahkan lingkungan air dalam. Ambar tertua dan terkeras terdapat di wilayah pegunungan sebelah utaranya Santiago, dari tambang-tambang di La Cumbre, La Toca, Palo Quemado, La Bucara, dan Los Cacaos di Cordillera Septentrional tidak jauh dari Santiago. Ambar di pegunungan itu tertempel dengan erat di dalam lapisan lignitnya batu pasir.

Ambar yang terdapat di wilayah Bayaguana/Sabana sebelah tenggara lebih halus, terkadang rapuh dan menderita oksidasi setelah diambil dari tambang, sehingga harganya lebih murah. Di tempat yang sama ditemukan pula kopal berumur 15-17 juta tahun. Di wilayah timur, ambar ditemukan dalam formasi sedimen dari pasir lapis (berlamina) yang kaya organik, liat berpasir, lignit berintekaler (sisipan).

Baik ambar Baltik maupun Dominika merupakan sumber fosil dan memberikan banyak informasi mengenai kehidupan dalam hutan purba. [5]

Ambar dari periode Kapur Tengah dari Ellsworth County, Kansas. Ambar yang umurnya kira-kira 100 juta tahun lalu ini mengandung bakteri dan amuba yang secara morfologis sangat mirip dengan Leptothrix, dan genera (marga) modern Pontigulasia dan Nebela. Stasis morfologis masih akan dikonfirmasikan.[6]

Isi batu ambar

Seekor laba-laba terjebak di dalam amber
Semut yang terperangkap di dalam ambar.

Resin mengandung, selain berbagai struktur tanaman yang diawetkan dengan indah, sisa-sisa serangga, laba-laba, anelida, kodok, [7] binatang berkulit keras dan lalu terseliputi saat rembesan masih bersifat cari. Dalam kebanyakan kasus struktur organiknya hilang, yang tertinggal hanya rongga tubuh, dan mungkin sisa-sisa kitin. Terkadang terdapat pula rambut dan bulu di dalam ambar, walaupun itu jarang. Yang sering adalah pecahan kayu, jaringannya diawetkan dengan baik oleh impregnasi dengan resin; sementara daun, bunga, dan buah terkadang ditemukan dalam keadaan masih sempurna. Terkadang ambar mempertahankan bentuk tetesan dan stalaktit, saat ia menetes dari saluran dan tempat penampungannya pohon yang terluka. Selain menetes ke permukaannya pohon, resin ambar juga mengalir ke retakan maupun rongga cekung di pohon, dengan begitu menyebabkan terbentuknya gumpalan amber yang besar dan bentuknya tak beraturan.[8]

Pertumbuhan resin yang tak normal disebut succinosis. Ketidakmurnian agak sering ada, khususnya saat resin jatuh di tanah, sehingga material hanya berguna untuk pembuatan pernis, dari situlah ambar yang tak murni dijuluki firniss. Pirit yang menutupi ambar akan memberi warna kebiru-biruan. Ambar hitam hanyalah sejenis jet. Permukaan bony amber yang tak tembus pandang dan keruh disebabkan oleh gelembung renik di bagian dalam resin.

Permukaan batu ambar yang tidak tembus cahaya akan menjadi transparan begitu permukaannya dipoles. European Synchrotron Radiation Facility sedang mengembangkan teknik memberondong ambar yang permukaannya tidak tembus pandang dengan sinar-X beresolusi tinggi, kontras tinggi, dan energi tinggi.[9] Sekitar 360 fosil invertebrata yang diambil dari ambar bepermukaan gelap ditemukan di Charente, Prancis: semut, laba-laba, lalat, dan tawon purba, khususnya invertebrata yang hanya berukuran beberapa milimeter. Citra 3 dimensi dari organisme yang terjebak itu dibuat dengan mikrotomografi, yang memperlihatkan detil berskala mikrometer.

Lokasi-lokasi batu ambar

Ambar Baltik

Dua wanita Lithuania berpakaian nasional, yang menyertakan sebuah kalung dari ambar.

Ambar Baltik memiliki distribusi yang amat luas, mulai dari sebagian besar Eropa utara sampai Pegunungan Ural.

Ambar Baltik dihasilkan dari penyulingan keringnya asam suksinat, perbandingan bervariasi dari sekitar 3% sampai 8%, dan kualitas terbaik didapatkan dari varian gelap pucat atau bony. Ciri khas dari ambar baltik adalah menghasilkan asam suksinat, dari situlah Profesor James Dwight Dana mengusulkan nama succinite, dan kini umum digunakan dalam berbagai tulisan ilmiah sebagai istilah yang spesifik untuk ambar Prusia. Gas berbau harum dan mengganggu yang dikeluarkan oleh ambar yang dibakar berkaitan erat dengan asam ini. Succinite memiliki kekerasan di antara 2 dan 3, yang agak lebih besar daripada resin fosil yang lain. Berat jenisnya bervariasi dari 1,05 sampai 1,10. Alat yang efektif untuk menganalisa ambar Baltik adalah spektroskopi inframerah yang mampu membedakan berbagai varietas ambar Baltik dengan yang bukan Baltik karena terdapat penyerapan karbonil yang spesifik dan mampu pula mendeteksi umur relatifnya sebuah sampel amber. Di lain pihak, sejumlah ilmuwan berkesimpulan bahwa asam suksinat bukanlah komponen aslinya ambar, tapi merupakan hasil pemecahan asam abietat.(Rottlaender, 1970)

Meski ambar ditemukan di sepanjang sebagian besar pantai di Laut Baltik serta Laut Utara, wilayah penghasil ambar terbanyak selama berabad-abad adalah tanjung Sambia atau Samland, pantai di sekitar Königsberg di Prusia, yang sejak 1945 menjadi bagian dari Rusia. Sekitar 90% ambar terekstrakkan di dunia ini masih berlokasi di Oblast Kaliningrad Rusia di Laut Baltik.[10] Pecahan ambar dari dasar laut dikandaskan oleh gelombang laut, dan terkumpul di pasang turun (air surut).

Lihat pula

Rujukan

  1. ^ King, Rev. C.W. (1867). The Natural History of Gems or Decorative Stones. Cambridge (UK).Amber Chapter, Online version
  2. ^ Assignment of vibrational spectra of labdatriene derivatives and ambers: A combined experimental and density functional theoretical study Manuel Villanueva-García, Antonio Martínez-Richa, and Juvencio Robles Arkivoc (EJ-1567C) pp 449-458 Online Article
  3. ^ Lecture at the university of cologne http://www.fortunecity.com/campus/geography/243/ambdepos.html
  4. ^ Langenheim, Jean (2003). Plant Resins: Chemistry, Evolution, Ecology, and Ethnobotany. Timber Press Inc. ISBN 0-88192-574-8. 
  5. ^ Howard Stableford, BBC, Radio 4: amber http://db.bbc.co.uk/radio4/science/amber.shtml
  6. ^ http://www.ucmp.berkeley.edu/museum/171online/PB171BMWPG1.html Benjamin M. Waggoner, Bacteria and protists from Middle Cretaceous amber of Ellsworth County, Kansas, from: PaleoBios, Volume 17, Number 1, Pages 20-26, July 13, 1996
  7. ^ Scientist: Frog could be 25 million years old
  8. ^ What is amber?
  9. ^ BBC News, " Secret 'dino bugs' revealed", 1 April 2008
  10. ^ How Products Are Made: Amber

Pranala luar