Lompat ke isi

Pengguna:Rendy Latief

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 26 Februari 2021 17.22 oleh Rendy Latief (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi ''''Id dan Ego!''' Menurut Sigmund Freud Keinginan manusia menciptakan keinginan dari ID, dan tugas dari Ego adalah sebagai rem yang menahan keinginan itu. Tapi,...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Id dan Ego!

Menurut Sigmund Freud

Keinginan manusia menciptakan keinginan dari ID, dan tugas dari Ego adalah sebagai rem yang menahan keinginan itu. Tapi, jika kemampuan untuk berpikir yang menjadi sumber dari Ego, telah kalah karena suatu alasan, maka orang itu akan menjadi binatang yang bertindak menuruti keinginan ID. Dengan kata lain, orang itu menjadi BODOH, dan bagi manusia yang otaknya berjalan biasanya berjalan lancar efeknya akan terlihat jelas. Secara sekilas, dia terlihat seperti sedang bangun, tapi sebenarnya dia sedang berada dalam mimpi demam. Setelah dia sembuh, dia tak akan ingat apapun tentang saat-saat dia sakit sama seperti saat seseorang sedang mabuk.

1. Id

Sigmund Freud menyebut id sebagai pusat dari seluruh energi dinamis mental seseorang (Psychic Energy). Ini adalah komponen utama dari sifat manusia yang telah ada sejak baru lahir ke dunia. Aspek ini sepenuhnya terjadi tanpa disadari serta melibatkan perilaku primitif dan berdasarkan pada insting.Hal yang menggerakkan id ini adalah nafsu, keinginan, serta kebutuhan. Apabila hal-hal itu tidak segera terpenuhi, akan muncul rasa marah hingga cemas. Contohnya ketika seseorang kelaparan atau kehausan, segera muncul rasa ingin makan dan minum.Elemen id ini sangat penting bagi manusia bahkan sejak lahir karena menjamin kebutuhan bayi terpenuhi. Lihat saja bagaimana bayi akan menangis saat merasa tidak nyaman atau lapar, kemudian kembali tenang setelah kebutuhannya terpenuhi.Begitu pula dengan anak-anak. Mereka sepenuhnya masih digerakkan oleh id. Tidak ada alasan yang bisa menghentikan kebutuhan mereka terpenuhi. Mustahil meminta anak kecil menunggu hingga siang hari ketika mereka kelaparan di pagi hari.Hingga tumbuh dewasa bahkan menua sekalipun, elemen id ini akan tetap berdasarkan pada insting. Hanya saja, pola pikir membuat seseorang berperilaku secara realistis dan bisa diterima secara sosial.

2. Ego

Elemen ego adalah perkembangan lebih jauh dari id. Dengan adanya ego, keinginan yang muncul bisa terpenuhi lewat cara yang bisa diterima di dunia nyata. Fungsi ego ini ada pada pola pikir sadar, pra-sadar, dan bawah sadar. Artinya, elemen ini sangat penting untuk menghadapi dunia nyata.Ketika seseorang melakukan sesuatu dengan mempertimbangkan ego, artinya ada hitungan tentang untung rugi dari sebuah tindakan. Mereka tidak akan serta merta melakukan apa yang diinginkan seenaknya.Jenisnya beragam, mulai dari menghindari suatu perilaku seperti tidak mengambil makanan milik orang lain saat lapar hingga menunda tindakan hingga waktu dan lokasinya sudah tepat. Contohnya saat merasa kelaparan di tengah rapat penting, ego akan membuat seseorang dapat menahan diri tidak meninggalkan rapat tiba-tiba. Dengan ego, seseorang bisa mencari makan di waktu yang tepat yaitu ketika rapat telah rampung.Lebih jauh lagi, Freud membandingkan id sebagai seekor kuda, sementara ego adalah penunggangnya. Id memberikan tenaga dan kemampuan bergerak, sementara ego menjadi pengarah ke mana kuda bergerak. Tanpa adanya ego, id bisa berkelana ke manapun tanpa pertimbangan logis.